Sukses

Standard Chartered Kucurkan Rp 16 M Bangkitkan UMKM Perempuan dari Pandemi

Khusus untuk Indonesia, Standard Chartered telah mengalokasikan USD 1,1 juta (Rp 16,1 miliar) untuk berbagai program pelatihan yang berfokus pada wirausaha perempuan dan kaum muda yang terimbas oleh pandemi.

Liputan6.com, Jakarta Standard Chartered kembali meluncurkan program sosial Futuremakers, kali ini bekerja sama dengan CBM Global dan Mien R. Uno Foundation (MRUF), dan berfokus untuk meningkatan keterampilan wirausahawan muda yang terkena dampak pandemi COVID-19.

Melalui Futuremakers by Standard Chartered, para penerima manfaat akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh peningkatan ekonomi melalui keterampilan dan dukungan bisnis. 

Ini merupakan bagian dari program besar Futuremakers, sebuah inisiatif global dari Standard Chartered untuk mengatasi kesenjangan dengan mempromosikan inklusi ekonomi yang lebih besar bagi kaum muda yang rentan, termasuk mereka yang terdampak oleh pandemi covid-19. 

Diana Mudadalam, Head of Corporate Affairs, Brand & Marketing Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei, the Philippines), Standard Chartered mengatakan sehubungan dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia, Standard Chartered secara global mendonasikan USD 25 juta (Rp 366,3 miliar) untuk program Economic Recovery untuk membantu masyarakat dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi.

"Khusus untuk Indonesia, Standard Chartered telah mengalokasikan USD 1,1 juta (Rp 16,1 miliar) untuk berbagai program pelatihan yang berfokus pada wirausaha perempuan dan kaum muda yang terimbas oleh pandemi. Program di Jakarta ini merupakan bagian dari program-program tersebut, dan juga menjadi salah satu bagian dari kontribusi kami untuk membantu pemulihan perekonomian Indonesia pasca pandemi," tutur dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Dia menyatakan, dampak pandemi COVID-19 menyebabkan banyaknya usaha mikro yang tidak dapat berlanjut. Diantaranya adalah usaha-usaha yang dijalankan oleh kaum muda, termasuk kaum muda dengan disabilitas.

Para kaum muda, baik yang mengalami dan tidak mengalami disabilitas, yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung tidak memiliki panutan dan dorongan, serta latar belakang pendidikan yang mencukupi.

Oleh karena itu, seringkali mereka tidak memiliki sikap dan keterampilan kewirausahaan yang dibutuhkan agar dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Di sisi lain, banyak pelatihan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk wirausahawan muda, namun kebanyakan dari program tersebut belum bersifat inklusif, sehingga pada prakteknya terjadi hambatan untuk mengakses program-progam tersebut, khususnya bagi kelompok penyandang disabilitas.

Selain itu, masih banyak institusi keuangan mikro menganggap penyandang disabilitas terlalu rentan untuk membuka rekening atau mengakses kredit atas nama mereka sendiri. Hal-hal di atas merupakan bagian dari penyebab banyaknya usaha yang diinisiasi oleh para kaum muda tersebut tidak dapat bangkit kembali setelah mengalami keterpurukan.

“Salah satu bentuk upaya kepedulian kami secara global terhadap lingkungan dan masyarakat adalah lifting participation atau mendorong seluruh anggota masyarakat agar dapat menjadi bagian dalam kegiatan perekonomian. Dalam memastikan hal ini, Standard Chartered secara global berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan 1 miliar orang dan komunitas mereka dengan memaksimalkan potensi keuangan perempuan dan usaha-usaha kecil di wilayah-wilayah di mana kami beroperasi. Upaya ini kami realisasikan khususnya di Indonesia antara lain lewat beragam program-program Futuremakers yang telah berlangsung sejak tahun 2019," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Futuremakers

Futuremakers merupakan sebuah inisiatif global Standard Chartered untuk mengatasi ketidaksetaraan dengan mempromosikan perekonomian inklusif di setiap negara di mana Standard Chartered beroperasi.

Futuremakers mendukung kaum muda yang kurang beruntung, terutama anak perempuan dan orang-orang dengan disabilitas, untuk mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai bisnis mereka sendiri.

Di Indonesia, Futuremakers pertama kali diluncurkan pada tahun 2019, dan hingga kini telah mendukung lebih dari 2.000 penerima manfaat lewat berbagai ragam inisiatif seperti Goal, Youth to Work dan Entrepreneur. Diharapkan, melalui program Futuremakers, kaum muda memiliki kemampuan ekonomi yang komperhensif untuk terus berdaya dan melanjutkan kehidupan secara bermakna.

“Di dalam program Futuremakers, Mien R. Uno Foundation (MRUF) dan CBM Global bekerja sama untuk mengurangi hambatan-hambatan yang dialami oleh wirausahawan muda baik yang mengalami disabilitas maupun tidak, agar mampu membangun usaha mereka kembali," ungkap Country Director CBM Global Indonesia Marisa Kristianah.

Program ini menyasar 350 wirausahawan muda yang mana 175 diantaranya adalah mereka yang mengalami disabilitas. Proyek ini juga menargetkan agar 60 persen dari penerima manfaat adalah perempuan. 

“Program ini akan memberikan serangkaian pelatihan tentang kewirausahaan, yang mencakup topik-topik seperti 'kanvas' bisnis (business plan), pemasaran digital, branding, produksi, akuntansi dasar, dan juga analisis pasar. Sebagai pendukung, pelatihan seputar soft skill, komunikasi, networking, literasi keuangan, dan penguasaan penggunaan teknologi digital juga akan diberikan. Dari jumlah tersebut, 280 (atau 80 persen) usaha yang dibangkitkan kembali akan ditingkatkan menjadi UMKM yang memiliki legalitas.“ tambah Marisa. 

 

3 dari 3 halaman

Pelatihan dan Pendampingan

Menjelang akhir program, kaum muda yang tertarik untuk mempresentasikan bisnis mereka di berbagai platform akan didukung untuk melakukannya, dan lokakarya lanjutan tentang e-commerce juga akan diadakan. Pelibatan kaum muda dengan dan tanpa disabilitas untuk belajar dan berkembang bersama akan menantang persepsi dan membangun kepercayaan diri.

Mereka akan berbagi cerita dengan komunitas mereka untuk meningkatkan kesadaran akan kemampuan kaum muda penyandang disabilitas, serta sikap dan praktik inklusif. Dengan demikian, kita akan memiliki kelompok kecil dari sebuah generasi yang tidak hanya handal dalam mengambangkan bisnis, tapi juga siap untuk menjadi agen perubahan dalam mencontohkan bekerja secara inklusif dalam keberagaman.

Selain itu, CBM akan memberikan pelatihan dan pendampingan bagi mitra MRUF untuk membangun kapasitas mereka dalam isu gender dan inklusi disabilitas. Ini akan dimulai dengan serangkaian sesi peningkatan kesadaran dan pelatihan serta modifikasi kurikulum pelatihan kewirausahaan MRUF saat ini agar lebih inklusif bagi penyandang disabilitas, baik dalam hal konten modul maupun metode penyampaian.

CBM akan membangun jejaring antara MRUF dengan gerakan difabel / Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDs) di area program. CBM akan terus mendampingi MRUF dalam hal inklusi disabilitas di sepanjang keseluruhan program.

Kegiatan ini memanfaatkan kurikulum pelatihan kewirausahaan MRUF saat ini dan materi pelatihan inklusi CBM, yang keduanya telah disempurnakan secara bertahap selama lebih dari satu dekade penggunaan di Indonesia.

Selain itu, Standard Charter Bank melalui program relawannya juga akan memberikan kontribusi dalam kegiatan ini lewat pendampingan kepada para wirausahawan muda, khususnya yang membutuhkan masukan teknis, seperti konsultasi promosi, branding, profiling dan lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.