Sukses

Rupiah Hari Ini Perkasa, Tapi Masih di Level 15.600 per Dolar AS

Kurs rupiah pagi ini menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi 15.600 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.623 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada Rabu pagi, dipicu kekhawatiran ekonomi yang dapat memburuk akibat kenaikan secara agresif suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Kurs rupiah pagi ini menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi 15.600 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.623 per dolar AS.

"Kembali muncul kekhawatiran kondisi ekonomi AS yang memburuk akibat kebijakan moneter agresif dari bank sentral AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dikutip dari Antara, Rabu (26/10/2022).

The Federal Reserve, telah mengambil kebijakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak tiga kali pertemuan sebelumnya, yang menjadi langkah darurat untuk menekan inflasi yang tinggi di AS.

Tetapi belum adanya tanda-tanda penurunan inflasi dan beberapa data ekonomi yang menunjukkan kondisi ekonomi yang makin melemah, memberikan dukungan pada peringatan beberapa pejabat The Fed yang menyuarakan untuk lebih bersikap hati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.

Setidaknya tiga pejabat The Fed sudah menyuarakan kekhawatiran imbas buruk pada ekonomi jika The Fed melanjutkan untuk mengambil langkah moneter yang agresif ke depannya.

Walau dalam notula rapat sebelumnya, The Fed menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga di bawah level 75 bps, tetapi laporan inflasi tinggi di AS pada awal Oktober sempat kembali mendukung peluang kenaikan suku bunga sebesar 75 bps untuk keempat kali berturut-turut dari The Fed.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kebijakan The Fed

Beberapa pengamat ekonomi menyebutkan jika kebijakan agresif berlanjut, The Fed perlu menaikkan target tertinggi suku bunga acuan menjadi 4,5 persen-5 persen pada 2023, untuk menekan inflasi.

Tetapi tingginya infasi dan tingkat suku bunga, akan melumpuhkan ekonomi dan menjadi beban bagi kreditur dalam memenuhi pembayaran hutang akibat bunga yang tinggi. Laporan ekonomi yang melemah di AS sejak bulan lalu dipandang sudah mencerminkan imbas buruk tersebut.

The Fed akan mengambil kebijakan moneter pada pekan depan tepatnya 3 November 2022 dan dapat menjadi penggerak sentimen utama dolar AS.

Pada Selasa (25/10) lalu, rupiah ditutup menguat 37 poin atau 0,24 persen ke posisi 15.623 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.586 per dolar AS.

3 dari 3 halaman

Rupiah Hampir Sentuh 15.500 per Dolar AS, Pengusaha: BI Harus Turun Tangan

Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa efek yang berbeda di kalangan dunia usaha. Bagi pengusaha eksportir hal ini merupakan suatu berkah, namun bagi pengusaha importir hal ini adalah sebaliknya.

“Kondisi ini memang kerap kali dirasakan para pengusaha ketika rupiah berfluktuasi dan hal ini merupakan suatu kondisi yang biasa bagi dunia usaha,” kata Diana kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).

Sebagai pelaku usaha, Diana berharap pemerintah dapat melakukan beberapa langkah strategis agar rupiah tidak semakin dalam tertekan. Selain itu, kinerja dari sektor manufaktur harus tetap dijaga, dalam rangka menjaga neraca perdagangan Indonesia.

"Saya pikir BI dapat melakukan beberapa langkah dalam mengintervensi pasar mengingat cadangan devisa kita sangat cukup untuk BI melakukan hal tersebut,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, memprediksi nilai tukar rupiah masih berpotensi terus tertekan di tengah ketidakpastian global.

“Proyeksi ke depan saya kira masih bearish untuk rupiah. Hemat saya, rupiah masih berpotensi tertekan lebih jauh mengingat situasi ekonomi global makin tak pasti,” kata Ronny kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).

Dia menjelaskan, ancaman capital outflow masih tinggi karena para investor cenderung memindahkan asetnya ke instrumen investasi safe haven dan hard currency seperti dolar AS.  Akibatnya, tekanan jual jual rupiah semakin tinggi seiring dengan dorong beli dollar yang juga tinggi. 

“Jika pemerintah dan BI tak hati-hati, nilai tukar rupiah bisa level 15.750.  Kalau tembus, rupiah akan mengejar level 15.900 per dolar AS. Semakin nilai tukar kita melemah, semakin rentan ekonomi Indonesia, baik secara moneter maupun fiskal,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.