Sukses

Harga Emas Terpeleset Dolar dan Imbal Hasil Obligasi AS

Harga emas berpotensi reli ke USD 2.250 per ounce jika terjadi resesi AS yang cukup besar dan jatuh ke USD 1.500 per ounce dalam skenario Fed yang sangat hawkish.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali melemah pada penutupan perdagangan hari Senin. Pelemahan harga emas hari ini terbebani oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS.

Sementara, ekspektasi kenaikan suku bunga agresif oleg bank sentral AS membuat investor lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi.

Mengutip CNBC, Selasa (25/10/2022), harga emas di pasar spot turun 0,45 persen menjadi USD 1.649,15 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,17 persen menjadi USD 1.653,50 per ounce.

Nilai tukar dolar AS perkasa dibanding dengan para pesaingnya, membuat emas batangan yang dijual dengan dolar AS menjadi lebih mahal untuk pembeli dari luar negeri.

Sementara imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun berada di dekat puncaknya baru-baru ini.

"Pasar masih dalam mode menunggu dan melihat apa yang akan disinyalir the Fed. sejauh ini mereka lihat dengan perekonomian yang lebih lambah untuk jangka pendek seharusnya agak mendukung untuk emas," kata analis senior OANDA Edward Moya.

Tetapi inflasi adalah sesuatu yang sulit untuk dikendalikan. The Fed akan menggunakan kebijakan kenaikan suku bunga sebagai salah satu cara mengendalikan.

Pelaku pasar telah memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin oleh Fed pada November 2022, tetapi sekarang mengurangi taruhan kenaikan serupa pada bulan Desember setelah adanya laporan bahwa pejabat the Fed kemungkinan akan memperdebatkan besaran kenaikan suku bunga di masa depan.

Sebuah survei menunjukkan aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Oktober, bukti terbaru dari melemahnya ekonomi dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.

"Harga emas berpotensi reli ke USD 2.250 per ounce jika terjadi resesi AS yang cukup besar dan jatuh ke USD 1.500 per ounce dalam skenario Fed yang sangat hawkish," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, karena hal ini meningkatkan biaya untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Emas Dunia Diprediksi Turun, Siap-Siap Jual?

Sebelumnya, harga emas tercatat solid pada penutupan perdagangan Jumat (21/10/2022) pekan lalu karena pasar meningkatkan taruhan pada siklus pengetatan yang lebih lambat dari Federal Reserve setelah pertemuan November.

Dimana harga emas berjangka menguat lebih dari USD 20 dan terakhir diperdagangkan di USD 1.657,80 per ounce, setelah mencapai level terendah baru dua tahun dan hampir menembus level support utama di USD 1.620 di awal minggu.

Dikutip dari Kitco News, Senin (23/10/2022), pergerakan lebih tinggi dipicu oleh pasar yang mengkaji ulang ekspektasi kenaikan suku bunga, setelah The Wall Street Journal melaporkan bahwa The Fed akan memperdebatkan besaran kenaikan suku bunga di masa depan menyusul kenaikan 75 basis poin yang diperkirakan secara luas pada November.

"Gagasan bahwa kita dapat melihat The Fed memperdebatkan apakah mereka harus turun ke langkah pengetatan yang lebih lambat benar-benar menggembirakan investor," ungkap Analis Pasar Senior Oanda Edward Moya.

Sebelum Jumat (21/10), pasar memperkirakan kenaikan 75 bps di bulan November dan 75 bps lagi di bulan Desember. Moya menyebut itu bisa dengan mudah memicu pergeseran setengah poin pada bulan Desember. Ditambah lagi, ekonomi AS bisa mulai melihat dampak dari kenaikan suku bunga pertama.

"Harga Emas bertahan di level USD 1.620 menyusul poros utama ekspektasi kenaikan suku bunga. Banyak potensi pasar untuk volatilitas. Saya condong ke arah bullish. Kita mungkin bisa melihat gagasan downshifting Fed didukung,” jelas Moya.

Moya memperhatikan data PDB kuartal pekan ini, yang dijadwalkan Kamis. Panggilan konsensus pasar mencari pertumbuhan untuk pulih ke 2,1 persen setelah dua kuartal negatif.

“Data PDB adalah kartu liar yang besar. Kita seharusnya menjadi positif setelah dua kuartal yang buruk. Ada banyak hal yang dapat memperumit apa yang terjadi di sini. Risikonya sekarang adalah ada sesuatu yang merusak perekonomian," kata Moya.

3 dari 4 halaman

Tren Turun

Di sisi lain, Co-director Walsh Trading Sean Lusk segi teknikal, mengatakan harga emas masih dalam tren turun, dan risikonya condong ke bawah. Harga emas bisa turun lagi 5 persen menjadi USD 1.560, lalu ke USD 1.470-80.

“Itulah yang terbentuk secara teknis. Tetapi dari sudut pandang tawar-menawar, emas mengalami penurunan selama enam bulan setelah mencapai puncaknya di atas USD 2.000 per ounce pada bulan Maret. Kapan berakhir? Berapa yang cukup sebelum melihat stabilisasi?,” ujarnya.

Kendati begitu, kata Lusk, ada risiko bahwa harga emas bisa turun lagi USD 100 sebelum menemukan dasarnya.

"Tingkat USD 1.620 perlu bertahan dalam waktu dekat - potensi double bottom pada grafik. Investor telah menjual ke reli. Kami telah mencapai titik terendah jangka pendek, jadi saya bullish minggu depan. Tapi semua taruhan pergi ke pertemuan Fed November nanti,” jelas Lusk.

4 dari 4 halaman

Prediksi Harga Emas

Pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman, menambahkan, harga emas berada di wilayah yang belum dipetakan untuk saat ini, dan hal ini menunjukkan bahwa harga emas jauh di bawah beberapa level perdagangan utama dari awal tahun ini.

"Akan menarik untuk melihat seberapa cepat tingkat yang lebih tinggi menurunkan inflasi. Meskipun tingkat yang lebih tinggi negatif untuk emas, tingkat setinggi 5 persen masih di bawah tingkat inflasi, yang berarti tingkat riil masih negatif. Jadi jika Fed pivot tahun depan, kita akan melihat emas merespons secara bertahap," kata Millman kepada Kitco News.

Hal lain yang tidak diketahui untuk diperhatikan adalah China dan keputusannya untuk menunda rilis indikator ekonomi makro yang dijadwalkan untuk dipublikasikan minggu ini, termasuk data PDB kuartal ketiga.

"China kurang transparan, menunda laporan data ekonomi. Saya melihat berapa lama penundaan ini. Jika kita pergi sebulan atau lebih tanpa mengeluarkan data dari China, itu bisa menjadi bendera merah besar yang mendorong safe-haven tambahan. mengalir," tambah Millman. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.