Sukses

Siap-siap Harga BBM Naik Lagi Awal November 2022

Kenaikan harga minyak dunia yang diiringi dengan melemahnya mata uang rupiah akan sangat mempengaruhi biaya pokok produksi BBM.

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan harga minyak dunia ditenggarai bakal turut berimbas terhadap kenaikan harga BBM. Indikasi itu terlihat lewat harga minyak mentah berjangka Brent, yang membukukan kenaikan karena dolar AS melemah dan pelonggaran pembatasan Covid-19 di China.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, kenaikan harga minyak dunia yang diiringi dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar akan sangat mempengaruhi biaya pokok produksi BBM.

"Bisa dipastikan beban biaya per liter BBM mengalami kenaikan, termasuk juga Pertalite. Hanya saja, harga BBM JBKP dan JBT saya kira tidak akan mengalami kenaikan mengingat kebijkan harga ada di pemerintah mengingat baru saja mengalami penyesuaian," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (24/10/2022).

"Pemerintah saya kira akan menjaga daya beli masyarakat dan perekonomian nasional ditengah situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian seperti saat ini," kata Mamit.

Meski Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) dan Jenis BBM Tertentu (JBT) semisal Solar dan Pertalite aman dari kenaikan, ia memperkirakan, harga BBM umum akan terkena penyesuaian di bulan depan. Imbas dari naiknya harga minyak dunia dan melemahnya kurs mata uang rupiah.

Adapun ketentuan itu pun sesuai dengan formula dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 62/2020. Dalam aturan ini, badan usaha semisal PT Pertamina (Persero) bisa melakukan evaluasi berdasarkan harga keekonomian dengan formula yang sudah ditetapkan.

"Saya kira awal bulan penyesuaian harga ini. Terutama faktor melemahnya rupiah. Jadi harusnya ada penyesuaian ya," ungkap Mamit.

"Kecuali, badan usaha merasa tidak perlu dengan margin misalnya yang dikurangi. Tapi jika mengacu kondisi saat ini, harusnya ada penyesuaian," tegas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Brent Lompat ke USD 94,04 per Barel Jelang Sanksi Eropa ke Rusia

Harga minyak mentah berjangka naik di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena ekspektasi pasokan yang lebih ketat secara global menjelang sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia mendukung harga.

Dikutip dari Antara, Senin (24/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 54 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 94,04 per barel pada pukul 01.25 GMT.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 51 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 85,56 per barel,

Brent membukukan kenaikan 2,0 persen minggu lalu karena dolar yang lebih lemah dan harapan pelonggaran pembatasan COVID-19 di China yang akan memungkinkan permintaan di konsumen minyak nomor dua dunia itu akan pulih.

Gangguan pasokan minyak global diperkirakan terjadi ketika larangan Uni Eropa atas impor Rusia mulai berlaku pada 5 Desember. Kelompok ini juga berencana untuk memblokir impor produk minyak Rusia pada Februari.

Sentimen sedang dibangun di dalam Federal Reserve (Fed) untuk kemungkinan mengurangi kecepatan atau ukuran kenaikan suku bunga di masa depan bahkan saat bersiap untuk menaikkan suku pada awal November.

Perlambatan kenaikan suku bunga Fed dapat mengurangi kekuatan dolar AS yang telah membebani harga-harga komoditas. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

3 dari 3 halaman

Xi Jinping

Pada Minggu (23/10/2022), Xi Jinping dari China mengamankan masa jabatan kepemimpinan ketiga yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Namun, analis tidak memperkirakan perubahan signifikan dalam arah kebijakan, termasuk strategi nol-COVID Xi.

Minyak Brent naik minggu lalu meskipun Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS. Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei. Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar 70 dolar AS per barel.

"Pasar lebih tertarik pada pedoman untuk mengisi ulang cadangan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai USD 70 per barel memberikan level support yang kuat."

Pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam sebuah laporan pada Jumat (21/10/2022). 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.