Sukses

BI: Rupiah Melemah Terus Bisa Sebabkan Imported Inflation

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan tetap berada di pasar guna melakukan intervensi. Sebab, rupiah yang terus melemah akan menimbulkan imported inflation.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai Tukar Rupiah menguat dipicu isu bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan memperlambat kenaikan suku bunga acuan. Kurs rupiah pagi ini menguat 42 poin atau 0,27 persen ke posisi 15.590 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.632 per dolar AS. Bank Indonesia buka suara.

Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono, mengatakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan tetap berada di pasar guna melakukan intervensi. Sebab, rupiah yang terus melemah akan menimbulkan imported inflation.

Sebagai informasi, Imported inflation adalah jenis inflasi akibat efek perubahan nilai tukar yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor dari luar negeri.

"Kami jaga stabilitas nilai tukar, kami selalu berada di pasar untuk intervensi. Kenapa? Karena nilai tukar sebabkan imported inflation. Ini coba kami jaga agar bahan-bahan impor tidak tinggi," kata Doni dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulawesi Selatan,” Senin (24/10/2022).

Lebih lanjut, Doni menyebut inflasi Indonesia saat ini terbilang cukup tinggi, namun Indonesia masih mampu tumbuh perekonomiannya. Terbukti pada kuartal II-2022 ekonomi tumbuh sebesar 5,44 persen, sedangkan di negara lain banyak yang tumbuh negatif bahkan menuju arah resesi.

“Ini suatu mukjizat, di negara lain ekonominya tidak tumbuh malah stagnasi sementara di Indonesia itu tumbuh. Nah, ini yang yang yang suatu mukjizat buat kita kan emang ekonomi Indonesia tuh didukung oleh konsumsi karena mobilitasnya udah bagus terus meningkat,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menjaga Kestabilan

Kendati begitu, dia berharap semua pihak harus bisa menjaga momentum pertumbuhan ini dengan cara menjaga inflasi. Misalnya, upaya Bank Indonesia dalam menurunkan inflasi yaitu menaikkan suku bunga bank 50 basis poin.

“Nah ini kita sebut sebagai front loaded, forward looking, dan Pre-emptive untuk menurunkan ekspektasi yang 7 persen, karena itu kan ekspektasi. Jadi, kita berusaha untuk menurunkan ekspektasi itu ke bawah,” ujarnya.

Upaya lainnya, Bank Indonesia juga turut menjaga kestabilan nilai tukar. Karena jika tidak dijaga, maka nilai tukar itu mengakibatkan imported inflation.

“Inilah yang salah satunya coba kita jaga, supaya bahan-bahan impor kita juga tidak tinggi,” ujar Doni.

Kemudian, beberapa hal yang Bank Indonesia lakukan adalah kerjasama dengan pemerintah daerah, antara lain optimalisasi penggunaan belanja yang tidak terduga, membantu menjaga pasokan kelancaran distribusi barang dan penguatan ketahanan pangan.

 

3 dari 3 halaman

Rupiah Perkasa di Awal Pekan ke Level 15.590 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah menguat dipicu isu bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan memperlambat kenaikan suku bunga acuan.

Kurs rupiah pagi ini menguat 42 poin atau 0,27 persen ke posisi 15.590 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.632 per dolar AS.

"Dolar mengalami pelemahan tertekan isu yang menyatakan beberapa pejabat The Fed yang mengatakan laju kenaikan suku bunga harus diperlambat," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Senin (24/10/2022).

Beberapa pejabat bank sentral mulai menyuarakan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga segera, menurut laporan Wall Street Journal, dan bagaimana memberi sinyal rencana untuk menyetujui kenaikan yang lebih kecil pada Desember.

Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menggemakan sentimen itu dan mengatakan sudah waktunya untuk mulai berbicara tentang memperlambat laju kenaikan biaya pinjaman dan melakukannya harus menghindari mengirim ekonomi ke "penurunan paksa" dengan menaikkan suku bunga terlalu tajam.

Selain itu, Presiden The Fed Chicago Charles Evans menegaskan kembali sikapnya bahwa The Fed harus membuat kebijakan "sedikit di atas" 4,5 persen pada awal tahun depan dan kemudian menahannya di sana.

Analis secara luas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk pertemuan keempat berturut-turut pada November.

"Hal ini meredakan ekspektasi kenaikan suku bunga sesaat sehingga memberi tekanan untuk dolar AS dan memberi peluang rupiah untuk menguat," ujar Revandra.

Pada Jumat (21/10) rupiah ditutup melemah 60 poin atau 0,39 persen ke posisi 15.632 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.572 per dolar AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.