Sukses

Minggu III Oktober 2022 Inflasi 0,05 Persen Dipicu Harga Bensin dan Tempe

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi  0,05 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Angka itu didapat berdasarkan survei pemantauan harga sampai dengan pekan ketiga Oktober 2022. 

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, penyumbang tingkat inflasi terbesar pada 21 hari pertama di Oktober 2022 adalah bensin. Diikuti sejumlah komoditas pangan semisal tahu, tempe dan beras.

"Komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu bensin sebesar 0,05 persen (mtm), tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen (mtm), serta angkutan antar kota, rokok kretek filter, tahu mentah, tempe, dan beras masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," jelasnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/10/2022).

Di sisi lain, Erwin menyampaikan, komoditas pangan yang sebelumnya naik tajam seperti produk cabai dan telur, kini justru mengalami deflasi. 

"Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ketiga Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,10 persen (mtm), telur ayam ras sebesar -0,08 persen (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04 persen (mtm), cabai rawit sebesar -0,03 persen (mtm), serta tomat sebesar -0,01 persen (mtm)," paparnya. 

Lebih lanjut, Erwin turut melaporkan aliran modal asing yang masuk hingga pekan ketiga Oktober 2022. Premi Credit Default Swap (CDS) bertenor 5 tahun turun dari 164,24 bps per 14 Oktober 2022 menjadi 155,67 BPS per 20 Oktober 2022. 

Berdasarkan data transaksi 17-20 Oktober 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp 0,65 triliun, terdiri dari jual neto Rp 3,28 triliun di pasar surat berharga negara (SBN), dan beli neto Rp 2,63 triliun di pasar saham.

"Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Oktober 2022, nonresiden jual neto Rp 174,04 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 72,98 triliun di pasar saham," pungkas Erwin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Bongkar Biang Kerok Inflasi Indonesia, Ternyata Ini

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyebut akar masalah penyebab inflasi adalah rantai pasokan. Oleh sebab itu, Pemerintah saat ini sedang berupaya mengatasi inflasi tersebut.

Dengan usaha Presiden @Jokowi, Indonesia mencoba mengatasi inflasi dari akar masalahnya, yaitu rantai pasokan," kata Sri Mulyani dikutip dari Instagram pribadinya @smindrawati, Kamis (20/10/2022). 

Adapun upaya itu melalui kolaborasi tim pengendalian inflasi nasional dan daerah, volatilitas harga pangan Indonesia kini menurun ke angka 9 persen. Ini yang menyebabkan inflasi Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain.

"@Kemenkeuri pun turut menggunakan instrumen fiskal untuk mendukung upaya tersebut. Kita memberikan reward dalam bentuk insentif kepada setiap daerah yang inflasinya rebih rendah dari inflasi nasional," ujarnya.

Menurutnya, APBN yang sehat dan kuat juga menjadi kunci penting dalam hal ini. Dari berbagai pertemuan bilateral yang dirinta lakukan di US kemarin, banyak stakeholder melihat pengelolaan APBN secara prudent dan hati-hati.

Hal itu juga menjadi salah satu pilar yang menyebabkan ekonomi Indonesia bisa tetap terjaga, tanpa mengurangi kredibilitas dan keberlanjutan APBN.

Adapun kata Menkeu, di tengah proyeksi perekonomian dunia tahun depan, Indonesia dianggap sebagai "The bright spot", Tentu capaian ini juga tak lepas dari kerja sama yang baik antara pemerintah dengan DPR RI dalam mengeksekusi desain kebijakan fiskal yang baik dan tepat.

""The bright spot" ini harus tetap kita jaga bersama, baik pemerintah, @dpr_ri, dan seluruh lapisan masyarakat. Tahun 2023, kita akan tetap optimis, namun juga waspada," pungkas Sri Mulyani. 

3 dari 3 halaman

Di Depan Pengusaha, Jokowi Curhat Inflasi RI Tembus 5,9 Persen Gara-Gara Harga BBM

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembukaan Trade Expo Indonesia ke-37 tahun 2022. Kepala negara menyinggung, inflasi Indonesia mengalami peningkatan akibat adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

“Inflasi pada bulan Agustus masih bisa kita kendalikan di 4,6, Kuartal kedua 4,9 persen. Tapi karena kenaikan BBM kemarin, inflasi naik sedikit di angka 5,9 persen,” kata Jokowi dalam acara tersebut, seperti dikutip dari siaran daring, Rabu (19/10/2022).

Meski angkanya naik, Jokowi memastikan negara masih bisa mengendalikan hal itu. Dia pun memerintahkan untuk membandingkan Indonesia dengan negara lain. Sebab, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara-negara G20.

“Kita patut bersyukur bahwa di tengah krisis di tengah resesi, Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44 persen. Ini wajib kita syukuri. Kita termasuk negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara G20 maupun negara lainnya,” bangga presiden.

Selain itu, Jokowi juga bersyukur atas dukungan semua pihak maka selama 29 bulan. Indonesia mencatatkan kita surplus neraca perdagangan. Bahkan pada tahun ini, sejak Januari sampai September, surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD 39,8 miliar. 

“Ini jumlah tidak sedikit. Ini juga berkat kerja keras bapak ibu sekalian. Jadi kita semuanya harus tetap optimis,” Jokowi memungkasi. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.