Sukses

Pertama dalam Sejarah, Utang AS Tembus Rp 471,2 Kuadriliun

Pertama dalam sejarah, utang nasional bruto AS telah menembus USD 31 triliun atau sekitar Rp 471,2 kuadriliun.

Liputan6.com, Jakarta - Utang nasional bruto Amerika Serikat telah menembus USD 31 triliun atau sekitar Rp 471,2 kuadriliun untuk pertama kalinya. Hal itu diungkapkan oleh Departemen Keuangan AS dalam laporannya yang dirilis pada Selasa (4/10), ketika AS tengah menghadapi ketidakpastian ekonomi, kenaikan inflasi dan serangkaian kenaikan suku bunga acuan.

Dilansir dari CNN Business, Rabu (5/10/2022) pemerintah AS melakukan pinjaman selama pandemi covid-19 untuk membantu perekonomian ketika penyebaran dan kasus Virus Corona mengganggu aktivitas masyarakat, pasar tenaga kerja, dan rantai pasokan.

Utang AS yang belum dibayar telah naik hampir USD 8 triliun sejak awal tahun 2020. Angka itu telah melonjak sebesar USD 1 triliun hanya dalam delapan bulan. Pinjaman yang terjadi di bawah pemerintahan Trump dan di awal pemerintahan Biden datang pada saat suku bunga rendah.

Sekarang, selama periode inflasi yang tinggi secara historis dan serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam oleh The Fed, biaya pinjaman jauh lebih tinggi.

Bulan lalu, Committee for a Responsible Fiscal Budget (CRFB) mengestimasi bahwa kebijakan Presiden Joe Biden dapat menambah defisit sebesar USD 4,8 triliun antara tahun 2021 dan 2031.

"Peminjaman yang berlebihan akan menyebabkan tekanan inflasi yang berkelanjutan, mendorong utang nasional ke rekor baru segera setelah 2030 dan pembayaran bunga federal tiga kali lipat selama dekade berikutnya - atau bahkan lebih cepat jika suku bunga naik lebih cepat atau lebih dari yang diharapkan," tulis CRFB.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tingkat Pinjaman AS Meningkat dalam 10 Tahun Terakhir

Diketahui, tingkat pinjaman Amerika Serikat telah melonjak selama satu dekade terakhir.

Data Departemen Keuangan AS mencatat bahwa utang publik sudah berada di angka USD 10,6 triliun ketika mantan Presiden Barack Obama menjabat pada 20 Januari 2009.

Utang itu naik lagi menjadi USD 19,9 triliun ketika mantan Presiden Donald Trump menjabat pada 20 Januari 2017, dan USD 27,8 triliun ketika Joe Biden menjabat sejak 20 Januari 2021.

Ekonom Mizuho Securities Alex Pelle menyebut, lonjakan utang AS ke level sejarah baru menunjukkan "masalah yang sangat besar" di masa depan.

Namun, dalam waktu dekat, tingginya tingkat inflasi bakal menjadi perhatian tertinggi.

"Semua jenis masalah utang benar-benar merupakan masalah potensial - saya bahkan tidak akan mengatakan masalah tertentu - tetapi masalah potensial selama lima hingga 10 tahun ke depan," ujarnya.

Tetapi dia menambahkan, salah satu keuntungan menjadi mata uang cadangan dunia adalah semua orang ingin membeli utang AS dengan harga murah.

3 dari 3 halaman

Tembus USD 400 Miliar, Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, mengatakan kondisi utang luar negeri Indonesia hingga kini masih dalam batas aman, karena struktur utang tersebut banyak didominasi oleh utang jangka panjang.

"Utang kita aman statistik BPS utang-utang kita sangat aman pertama utang jangka panjang jauh lebih banyak dari jangka pendek," kata Erwin saat ditemui di Ubud, Bali, Minggu (2/10/2022).

Lebih lanjut, Erwin menyebut pencatatan ULN Indonesia jelas terdata dalam statistik dibandingkan kondisi tahun 1998 ketika terjadi krisis moneter, dimana saat itu struktur utang tidak tercatat dengan baik.

"Tahun 1998 saat kita krismon besaran-besaran kita bahkan enggak tahu proporsi utang kita berapa. Sekarang dengan statistik yang lebih baik kita jadih lebih tahu. Jadi, posisi kita aman utang dalam berbagai ukuran," ujarnya.

Adapun dikutip dari laman resmi BI, tercatat utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 kembali menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Juli 2022 tercatat sebesar USD 400,4 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar USD 403,6 miliar.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN Juli 2022 mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,2 persen (yoy).

Kemudian, struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tersebut didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada bulan Juli 2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,7 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 31,8 persen.

Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 86,8 persen dari total ULN.

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

BI memastikan peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.