Sukses

SKK Migas: Indonesia Punya 120 Cekungan Migas, Baru 20 yang Berproduksi

Saat ini Indonesia merupakan importir migas. Dari kebutuhan yang mencapai 1,4 juta per hari, Indonesia hanya bisa memproduksi 615 ribu barel per hari.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong KKKS untuk berinovasi mengembangkan potensi sektor minyak dan gas (migas) di Indonesia. Selama ini banyak potensi yang ada tetapi belum dikembangkan dengan baik.

Sekretaris SKK Migas Taslim Z  Yunus menjelaskan, Indonesia memiliki potensi minyak dan gas bumi yang sangat besar. Namun sejauh ini potensi tersebut belum dikembangkan dengan maksimal.

"Indonesia memiliki 128 cekungan mingas, tetapi yang sudah berporduksi baru ada 20 cekungan," kata dia dalam Forum Group Discussion SKK Migas di Bandung, Senin (3/10/2022). Taslim mengatakan, sebagian besar dari cekungan memiliki adalah potensi gas . Tantangan yang ada saat ini adalah bagaimana memonetisasi potensi yang ada tersebut.

Jika cekungan-cekungan tersebut berhasil dieksplorasi dan diekploitasi maka bisa membawa banyak  keuntungan bagi Indonesia. keuntungan pertama, jika gas yang ditemukan berhasil diambil maka akan menambah bauran energi. Kedua jika cekungan-cekungan tersebut menghasilkan maka bisa mengurangi defisit transaksi berjalan.

Seperti kita ketahui, saat ini Indonesia merupakan importir migas. Dari kebutuhan yang mencapai 1,4 juta per hari, Indonesia hanya bisa memproduksi 615 ribu barel per hari.

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkap energi fosil seperti minyak dan gas bumi masih dibutuhkan di tengah upaya transisi energi baru terbarukan.

Menurutnya, ini diperlukan untuk menjaga keamanan energi secara keseluruhan. Dengan begitu proses transisi energi perlu ditangani secara hati-hati dengan mempertimbangkan kesinambungan, keamanan dan ketersediaan energi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Migas Masih Dibutuhkan

Menurut Dwi Soetjipto, salah satu isu global yang mempengaruhi industri migas dunia adalah transisi energi. Sebagaimana disebutkan dalam protokol Kyoto, Paris Agreement, atau kesepakatan global lainnya yang juga dirancang oleh banyak negara, termasuk Indonesia dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon.

Di sektor migas, beberapa perusahaan migas ternama sudah memasukkan pengurangan emisi karbon ke dalam strategi portofolio mereka. Kondisi ini memperketat persaingan untuk menarik investasi ke sektor migas.

“Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi Covid-19, dan krisis Rusia-Ukraina, turut mendorong naiknya permintaan dan harga migas. Dan oleh karenanya, tekanan untuk meningkatkan produksi migas juga semakin tinggi,” kata dia mengutip keterangan resmi, Rabu (14/9/2022).

Dwi menambahkan, sebagai kawasan yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia. Sehingga kawasan ini membutuhkan energi untuk menopang pertumbuhan tersebut.

“Kami mendukung penuh komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan, namun kami juga sangat yakin bahwa sektor migas, khususnya gas, masih sangat relevan dalam memainkan peran yang lebih strategis dalam transisi energi. Tantangannya kini adalah bagaimana meningkatkan produksi, sekaligus mengurangi emisi karbon pada saat yang bersamaan,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Dwi, dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan mengupayakan target emisi, Indonesia tidak hanya sedang mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta bpd dan gas sebesar 12 miliar kubik pada 2030.

Tetapi juga meningkatkan dampak berganda bagi perekonomian serta mendorong kesinambungan lingkungan.

 

3 dari 3 halaman

Potensi yang Ada

Dwi optimistis bahwa gugusan kepulauan Indonesia masih menyimpan cadangan potensial. Dari 128 basin, produksi migas Indonesia baru berasal dari 20 basin.

Ia menyebut masih ada 68 persen yang belum dieksplorasi. Pengeboran eksplorasi baru-baru ini di Laut Andaman menunjukkan hasil positif dengan adanya potensi cadangan gas.

“Kami mengundang lebih banyak kegiatan eksplorasi di kawasan ini. Kami ingin melakukan pengeboran 700 struktur, di mana kami berharap menemukan potensi besar. Kami juga menjajaki kegiatan eksplorasi besar-besaran untuk menemukan potensi cadangan migas non-konvensional,” ujarnya

Pada kesempatan ini, lanjut Dwi, Indonesia ingin berbagi semangat kerjasama di kawasan Asia Tenggara. Tahun ini, Indonesia menjadi pemimpin G20, dan berharap bisa meraih berbagai kemungkinan kolaborasi dalam, mempromosikan transisi energi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.