Sukses

Harga Emas Cetak Kinerja Suram di Kuartal III 2022, Dampak Kenaikan Agresif Bunga The Fed

Harga emas telah turun 7,7 persen sepanjang kuartal III 2022. Ini juga akan menjadi penurunan bulanan keenam berturut-turut, penurunan bulanan terpanjang dalam empat tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas mampu naik ke level tertinggi dalam satu pekan pada penutupan perdagangan Jumat. Kenaikan harga emas hari ini karena nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mundur dari level tertinggi.

Namun jika dihitung Secara bulanan, harga emas dunia menuju kinerja bulanan bahkan kuartalan terburuk jika dihitung sejak Maret lalu karena terpukul kekhawatiran kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip CNBC, Sabtu (1/10/2022), harga emas di pasar spot naik 0,06 persen menjadi USD 1.661,79 per ounce pada pukul 16:00. EDT dan telah naik 1,4 persen pada minggu ini. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,05 persen menjadi USD 1.669,10 per ounce.

"Seperti yang kita lihat, harga emas mulai Masuk ke area penguatan atau menuju area yang lebih tinggi, tetapi itu semua tergantung pada apa yang akan dicetak oleh dolar AS hingga akhir pekan," kata ahli strategi pasar senior di RJO Futures Daniel Pavilonis.

Harga emas telah turun 7,7 persen sepanjang kuartal III 2022. Ini juga akan menjadi penurunan bulanan keenam berturut-turut, penurunan bulanan terpanjang dalam empat tahun.

Emas menunjukkan reaksi diam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian untuk mencaplok empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki oleh pasukannya.

“Kami benar-benar menghadapi lingkungan inflasi tinggi, yang pada akhirnya menjadi alasan mengapa The Fed harus begitu agresif. Kekuatan makro ini benar-benar melemahkan selera investasi dari emas sehingga investor tidak melihat logam sebagai lindung nilai atau safe haven yang tepat, ”kata analis komoditas di TD Securities, Daniel Ghali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dianggap Kebal Inflasi, Begini Kira-kira Laju Kripto Hingga Emas Sepanjang 2022

Emas dan kripto (cryptocurrency) sering disatukan sebagai investasi tahan inflasi. Akan tetapi, dengan kenaikan harga secara signifikan dalam beberapa dekade, tampaknya tidak ada aset yang berkinerja baik di tengah kenaikan inflasi pada tahun 2022.

Koin digital paling populer di dunia saja atau dikenal bitcoin, turun hampir 71 persen dari level tertinggi sepanjang masa di USD 65.000 pada November, per 23 September. Sedangkan untuk harga emas juga turun hampir 20 persen pada Jumat, dari puncak Maret baru-baru ini.

Kripto atau sering disebut sebagai “emas digital” karena termasuk investasi spekulatif yang secara teoritis dapat digunakan sebagai mata uang.

Di samping itu, pasokan emas dan mata uang kripto seperti bitcoin jauh lebih terbatas daripada dolar AS yang dapat dengan mudah ditingkatkan oleh Federal Reserve.

Secara teori, kelangkaan seperti itu seharusnya membuat aset ini lebih tahan terhadap kenaikan inflasi. Tetapi dengan harga naik pada kecepatan tercepat mereka dalam beberapa dekade, itu tidak terjadi.

Bagaimana kinerja crypto sebagai investasi pada tahun 2022?

Harga untuk cryptocurrency terpukul awal tahun ini, setelah Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Harga bitcoin telah turun menjadi hampir sepertiga dari puncak pandemi awal dan hanya di atas USD 18.000 pada 23 September.

“Saya percaya bahwa kenaikan kripto sebelum tahun ini disebabkan oleh suku bunga yang sangat rendah, membuat aset berisiko menarik,” kata perencana keuangan bersertifikat (CFP) di Cereus Financial Advisors David Haas seperti dilansir CNBC, Jumat (30/9/2022).

“Orang dapat meminjam dengan sedikit atau tanpa bunga dan berinvestasi dalam crypto dan aset lainnya. Saat suku bunga naik, likuiditas ini menghilang dan tiba-tiba permintaan untuk aset ini hilang,” sambungnya.

Haas mengatakan bahwa nilai aset-aset ini mungkin stabil dan membaik di kemudian hari dalam resesi, ketika The Fed menurunkan atau berhenti menaikkan suku bunga.

 

3 dari 3 halaman

Performa Emas di 2022

Meskipun sejarah lama emas sebagai komoditas langka, harga emas telah turun menjadi USD 1.645 pada 23 September, jauh dari puncak Maret USD 2.069 .

Secara historis, emas memiliki rekam jejak yang beragam sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

“Emas tampaknya melindungi daya beli dalam jangka waktu yang lama — katakanlah, 100 tahun lebih — tetapi memberikan perlindungan yang sangat kecil terhadap inflasi dalam jangka pendek,” kata CFP dan pendiri Foundry Financial Kevin Lum.

Salah satu faktor besar dalam kinerja emas adalah kekuatan dolar AS yang mencapai titik tertinggi dalam dua dekade minggu ini. Dengan perlambatan ekonomi di China dan Eropa, investor telah berbondong-bondong ke dolar, dianggap sebagai tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi global. Namun, investasi emas cenderung tidak berkinerja baik saat dolar menguat.

Sementara terkait alasan emas memiliki reputasi sebagai lindung nilai inflasi, Lum menjawab bahwa bias kebaruan mungkin menjadi faktornya.

”Antara tahun 1972 dan 1980, emas naik dari $38 per ons menjadi lebih dari $600 . Bagi siapa pun yang hidup melalui periode itu dalam sejarah, Anda akan selamanya diyakinkan bahwa emas adalah lindung nilai tertinggi terhadap inflasi,” katanya.

Harga emas selama waktu itu adalah hasil dari gelembung aset terkait dengan berakhirnya standar emas di AS, katanya. Sejak saat itu, emas telah terbukti menjadi lindung nilai yang tidak dapat diandalkan terhadap inflasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.