Sukses

Jokowi Yakin Ekonomi Indonesia Tumbuh 6 Persen di Kuartal III 2022

Menurut Jokowi tidak ada negara G20 yang pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 sentuh angka 5,44 persen, hanya Indonesia saja yang bisa.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 bisa tembus 6 persen. Angka ini jauh di atas realisasi kuartal II 2022 yang ada di angka 5,44 persen.

“Kuartal kedua 5,44 persen, kuartal ketiga perkiraan saya ekonomi akan tumbuh 5,4 persen sampai 6 persen. Saya pegang angka, saya bertanya ke menteri, dan saya cek kelapangan, menurut saya akan tumbuh di atas kuartal kedua,” kata Jokowi dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, Kamis (29/9/2022).

Optimisme itu muncul, karena Jokowi menilai pemulihan ekonomi Indonesia masih relatif kuat. Hal itu terlihat dari laporan-laporan diterima dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait perkembangan ekonomi terbaru setiap hari.

“Kita lihat satu-satu, saya baru saja mendapatkan laporan, saya setiap pagi selalu mendapatkan laporan angka-angka, sarapan enggak pernah enggak angka-angka.Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.764 triliun ini tumbuh 49 persen yoy,” kata Jokowi.

Kemudian, penerimaan pajak per 29 September 2022 mencapai Rp 1.171 triliun atau tumbuh 58 persen, artinya pembayar pajak masih ada dan justru tumbuh. Penerimaan bea dan cukai Rp 206 triliun, tumbuh 30,5 persen sangat melonjak.

“Relaisasi PNBP Rp 386 triliun, tumbuh 38,9 persen, ini angka-angka yang saya terima baru tadi pagi. Nanti tolong ditanyakan siapa jelasnya yang bayar pajak, artinya masyarakat masih konsisten dan memiliki kemampuan dalam hal tadi yang saya sampaikan,” kata Jokowi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Data Lain

Selanjutnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 124,7. Sedangkan pada Juli IHK tercatat di angka 123. Artinya, optimisme konsumen masih dalam posisi yang tinggi.

“Optimisme konsumen ini masih pada posisi tinggi menurut saya. Kemudian, berkaitan dengan perbankan, kredit tumbuh 10,7 persen, ini juga menurut saya cukup tinggi, neraca dagang kita juga surplus 28 bulan berturut-turut yang pada bulan Kemarin neraca kita surplus USD 5,7 miliar, ini gede banget surplusnya,” ujarnya.

Lalu, Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia juga di atas global yakni level 51,7. Menurut Jokowi tidak ada negara G20 yang pertumbuhan ekonomi kuartal II di angka 5,44 persen, hanya Indonesia.

“Jadi kalau saya memperkirakan, kalau kuartal kedua kemarin kita bisa tumbuh 5,44 persen, coba dicari negara G20 yang di atas 5 persen, kita tertinggi di G20. Saya hanya ingin menumbuhkan optimisme, jangan pesimis, yang kita hadapi bukan barang yang mudah tapi kita harus tetap optimis,” pungkas Jokowi.

3 dari 3 halaman

Resesi Global Mengancam, Ekonom: Indonesia Tak Perlu Panik

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hingga Bank Dunia memprediksi perekonomian global akan tersungkur di lubang resesi pada tahun depan.

Itu terjadi akibat adanya pengetatan moneter di sejumlah negara, hingga konflik geopolitik yang menyebabkan fluktuasi harga komoditas pangan sampai energi dunia.

Namun, Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, Indonesia tidak perlu cemas atas ancaman resesi global. Menurutnya, perekonomian RI saat ini sedang dalam situasi berbeda dengan banyak negara dunia.

"Yang memburuk itu ekonomi globasri l, memang harus diwaspadai. Tapi indikator ekonomi nasional kita masih cukup baik. Kita waspada tapi tidak perlu panik," ujar Piter kepada Liputan6.com, Kamis (29/9/2022).

Menurut dia, perekonomian nasional masih bisa terjaga lantaran adanya sektor konsumsi, investasi, ekspor, hingga pertumbuhan ekonomi yang masih baik. Piter memperkirakan indikator-indikator tersebut bakal terus terjaga hingga akhir 2022 ini.

"Waspada akan resesi global harus, tapi enggak perlu panik," imbuh dia.

Piter menganggap wajar gejolak harga komoditas yang kini tengah terjadi di pasar internasional. Selama itu tidak terlalu besar dan berlangsung terus menerus, ia menyebut itu masih aman bagi ekonomi Indonesia.

"Dorongan pulihnya mobilitas masyarakat karena meredanya pandemi Covid-19 lebih besar dampaknya terhadap perekonomian ketimbang dampak kenaikan harga-harga," pungkas Piter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.