Sukses

Dianggap Kebal Inflasi, Begini Kira-kira Laju Kripto Hingga Emas Sepanjang 2022

Kripto atau sering disebut sebagai “emas digital” karena termasuk investasi spekulatif yang secara teoritis dapat digunakan sebagai mata uang.

Liputan6.com, Jakarta Emas dan kripto (cryptocurrency) sering disatukan sebagai investasi tahan inflasi. Akan tetapi, dengan kenaikan harga secara signifikan dalam beberapa dekade, tampaknya tidak ada aset yang berkinerja baik di tengah kenaikan inflasi pada tahun 2022.

Koin digital paling populer di dunia saja atau dikenal bitcoin, turun hampir 71 persen dari level tertinggi sepanjang masa di USD 65.000 pada November, per 23 September. Sedangkan untuk harga emas juga turun hampir 20 persen pada Jumat, dari puncak Maret baru-baru ini.

Kripto atau sering disebut sebagai “emas digital” karena termasuk investasi spekulatif yang secara teoritis dapat digunakan sebagai mata uang.

Di samping itu, pasokan emas dan mata uang kripto seperti bitcoin jauh lebih terbatas daripada dolar AS yang dapat dengan mudah ditingkatkan oleh Federal Reserve.

Secara teori, kelangkaan seperti itu seharusnya membuat aset ini lebih tahan terhadap kenaikan inflasi. Tetapi dengan harga naik pada kecepatan tercepat mereka dalam beberapa dekade, itu tidak terjadi.

Bagaimana kinerja crypto sebagai investasi pada tahun 2022?

Harga untuk cryptocurrency terpukul awal tahun ini, setelah Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Harga bitcoin telah turun menjadi hampir sepertiga dari puncak pandemi awal dan hanya di atas USD 18.000 pada 23 September.

“Saya percaya bahwa kenaikan kripto sebelum tahun ini disebabkan oleh suku bunga yang sangat rendah, membuat aset berisiko menarik,” kata perencana keuangan bersertifikat (CFP) di Cereus Financial Advisors David Haas seperti dilansir CNBC, Jumat (30/9/2022).

“Orang dapat meminjam dengan sedikit atau tanpa bunga dan berinvestasi dalam crypto dan aset lainnya. Saat suku bunga naik, likuiditas ini menghilang dan tiba-tiba permintaan untuk aset ini hilang,” sambungnya.

Haas mengatakan bahwa nilai aset-aset ini mungkin stabil dan membaik di kemudian hari dalam resesi, ketika The Fed menurunkan atau berhenti menaikkan suku bunga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Performa Emas di 2022

Meskipun sejarah lama emas sebagai komoditas langka, harga emas telah turun menjadi USD 1.645 pada 23 September, jauh dari puncak Maret USD 2.069 .

Secara historis, emas memiliki rekam jejak yang beragam sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

“Emas tampaknya melindungi daya beli dalam jangka waktu yang lama — katakanlah, 100 tahun lebih — tetapi memberikan perlindungan yang sangat kecil terhadap inflasi dalam jangka pendek,” kata CFP dan pendiri Foundry Financial Kevin Lum.

Salah satu faktor besar dalam kinerja emas adalah kekuatan dolar AS yang mencapai titik tertinggi dalam dua dekade minggu ini. Dengan perlambatan ekonomi di China dan Eropa, investor telah berbondong-bondong ke dolar, dianggap sebagai tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi global. Namun, investasi emas cenderung tidak berkinerja baik saat dolar menguat.

Sementara terkait alasan emas memiliki reputasi sebagai lindung nilai inflasi, Lum menjawab bahwa bias kebaruan mungkin menjadi faktornya.

”Antara tahun 1972 dan 1980, emas naik dari $38 per ons menjadi lebih dari $600 . Bagi siapa pun yang hidup melalui periode itu dalam sejarah, Anda akan selamanya diyakinkan bahwa emas adalah lindung nilai tertinggi terhadap inflasi,” katanya.

Harga emas selama waktu itu adalah hasil dari gelembung aset terkait dengan berakhirnya standar emas di AS, katanya. Sejak saat itu, emas telah terbukti menjadi lindung nilai yang tidak dapat diandalkan terhadap inflasi .

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.