Sukses

Top 3: Banyak Orang Indonesia Simpan Uang di Bawah Bantal

Berikut daftar artikel yang paling banyak di baca di kanal Bisnis Liputan6.com, Jumat (22/9/2022)

Liputan6.com, Jakarta Masih banyak orang Indonesia yang menyimpan uang di bawah kasur alias tak menaruh di bank. Padahal risiko menyimpan uang sendiri sangat besar.

Terbaru, seorang penjaga SD Negeri Lodjiwetan, Solo, bernama Samin (53), harus menelan pil pahit setelah uang tabungan senilai Rp 50 juta rusak dimakan rayap.

Artikel mengenai penjelasan masih banyak orang di Indonesia menyimpan uang di bawah bantal ini menarik pembaca. Selain itu, masih ada artikel laing yang tak kalah menarik.

Berikut daftar artikel yang paling banyak di baca di kanal Bisnis Liputan6.com, Jumat (22/9/2022):

1. Mengapa Masih Banyak Orang Indonesia Simpan Uang di Bawah Bantal?

Masih banyak orang Indonesia yang menyimpan uang di bawah kasur alias tak menaruh di bank. Padahal risiko menyimpan uang sendiri sangat besar.

Terbaru, seorang penjaga SD Negeri Lodjiwetan, Solo, bernama Samin (53), harus menelan pil pahit setelah uang tabungan senilai Rp 50 juta rusak dimakan rayap.

Uang dimakan rayap bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya banyak cerita yang sama juga terjadi. Mengapa masyarakat Indonesia masih menyukai menyimpan uang sendiri dan bukan di lembaha keuangan?

Baca artikel selengkapnya di sini 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Ketahui 2 Cara Cek BSU 2022, Jangan Sampai Salah Nih!

Kabar pencairan Bantuan Subsidi Upah atau BSU 2022 masih ramai menjadi perbincangan. Dalam rangka penyaluran BSU tahap 2 di pekan ini, para pekerja atau buruh sebaiknya segera mengecek apakah terdaftar sebagai penerima BLT gaji ini atau tidak. Jika ingin tahu, Anda dapat mengeceknya dengan dua cara.

Seperti yang diketahui bersama, Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan atau Kemnaker mulai menyalurkan BSU senilai Rp 600 ribu pada minggu ini.

Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dimas Yuliharto menyampaikan, peristiwa nahas tersebut kerap terjadi diakibatkan literasi keuangan masyarakat di Indonesia masih rendah. Hal ini tercermin dari hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 yang mencatat tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan masing-masing mencapai 38,03 persen dan 76,19 persen.

Baca artikel selengkapnya di sini

3 dari 3 halaman

3. HEADLINE: Rencana Migrasi Penggunaan LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi, Plus Minusnya?

Setelah menyelesaikan masalah pembengkakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan menaikkan harga, pemerintah saat ini beralih untuk menyelesaikan pembengkakan subsidi gas.

Jika pembengkakan subsidi BBM pemerintah memilih untuk menaikkan harga, dalam pembengkakan subsidi gas pemerintah memilih untuk melakukan migrasi atau konversi dari kompor gas menuju kompor listrik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengutarakan, pemerintah tengah menjalankan program uji coba konversi kompor gas berbahan LPG 3 kg menuju kompor listrik atau kompor induksi.

Beban APBN dalam memberikan subsidi untuk tabung melon terus membengkak. Sebagai perbandingan, pada 2021 saja realisasi subsidi LPG 3 kg mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.

Baca artikel selengkapnya di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.