Sukses

Harga Minyak Dunia Susut 1 Persen, Masuk Posisi Terendah dalam 2 Pekan

Harga minyak dunia susut setelah Federal Reserve AS menyampaikan kenaikan suku bunga yang besar dan kuat bisa memadamkan inflasi

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia turun sekitar 1 persen ke level terendah hampir dua minggu dalam perdagangan yang bergejolak.

Harga minyak dunia susut setelah Federal Reserve AS menyampaikan kenaikan suku bunga yang besar dan kuat bisa memadamkan inflasi yang dapat mengurangi aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.

Melansir laman CNBC, Kamis (22/9/2022), The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya ke kisaran 3,00-3,25 persen dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar di masa mendatang.

Aset berisiko seperti saham dan minyak jatuh karena berita kenaikan suku bunga ini, sementara dolar justru menguat.

Harga minyak mentah berjangka Brent menetap 79 sen, atau 0,9 persen lebih rendah menjadi USD 89,83 per barel, penutupan terendah sejak 8 September.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1 atau 1,2 persen menjadi USD 82,94, penutupan terendah sejak 9 September.

Di awal sesi, harga minyak naik lebih dari USD 2 per barel di tengah kekhawatiran tentang mobilisasi pasukan Rusia sebelum turun lebih dari USD 1 karena Dolar AS yang kuat dan permintaan bensin AS yang lebih rendah.

Permintaan bensin AS selama empat minggu terakhir turun menjadi 8,5 juta barel per hari (bph), terendah sejak Februari, menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA).

“Titik data yang menonjol adalah melemahnya permintaan bensin yang berkelanjutan. Ini benar-benar yang menghantui pasar ini,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Stok Naik

Lembaga Administrasi Informasi Energi AS melaporkan kenaikan 1,1 juta barel dalam stok minyak mentah pada pekan lalu. Ini setengah dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters.

Presiden Rusia Vladimir Putin memanggil 300.000 tentara cadangan untuk berperang di Ukraina dan mendukung rencana untuk mencaplok bagian-bagian negara itu, mengisyaratkan bahwa dia siap untuk menggunakan senjata nuklir.

Presiden AS Joe Biden menuduh Rusia membuat ancaman "sembrono" dan "tidak bertanggung jawab" untuk menggunakan senjata nuklir.

Harga minyak melonjak ke level tertinggi multi-tahun pada Maret setelah perang Ukraina pecah. Sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah Rusia melalui laut akan mulai berlaku pada 5 Desember.

"Sebagian besar penurunan hari ini muncul terkait dengan penguatan dolar AS dan kami masih memandang arah dolar AS jangka pendek sebagai komponen penting dalam menilai arah harga minyak jangka pendek," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Dolar dan Ekonomi China

Dolar berada di jalur untuk penutupan tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Tanda-tanda pemulihan permintaan China memberi harga kenaikan di awal sesi. Namun, di Amerika Serikat, berita ekonomi tidak begitu baik.

Penjualan rumah yang ada turun untuk bulan ketujuh berturut-turut di bulan Agustus karena keterjangkauan semakin memburuk di tengah melonjaknya tingkat hipotek.

Di Eropa, "pemerintah semakin mengintervensi pasar energi dalam upaya untuk mencegah krisis ekonomi," kata analis di perusahaan konsultan energi EBW Analytics dalam sebuah catatan.

Jerman setuju untuk menasionalisasi perusahaan gas alam Uniper SE, sementara pemerintah Inggris mengatakan akan membatasi biaya grosir listrik dan gas untuk bisnis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.