Sukses

Putri Raksasa Game Online Korea Selatan jadi Miliarder Termuda di Dunia

Setelah mewarisi saham perusahaan game online ayahnya, putri pendiri Nexon menjadi miliarder termuda di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Putri dari mendiang pendiri Nexon Kim Jung-ju, yakni Kim Jung-youn menjadi miliarder termuda di dunia setelah mewarisi saham raksasa game online asal Korea Selatan tersebut.

Pada Februari 2022, Kim Jung-ju meninggal dunia di usia 54 tahun. 

Dilansir dari Forbes, Rabu (21/9/2022) Kim Jung-youn dan kakaknya, Kim Jung-min masing-masing mewarisi 30,78 persen saham di NXC, perusahaan induk pribadi ayah mereka, menurut pengajuan peraturan awal bulan ini.

Sebagai informasi, NXC adalah pemegang saham terbesar di Nexon, dengan hampir 48 persen saham.

Saham Jung-youn dan Jung-min di perusahaan itu masing-masing bernilai USD 2,5 miliar atau setara Rp 37,5 triliun.

Setelah dikurangi tagihan pajak warisan, yang dihitung Forbes masing-masing lebih dari USD 1,5 miliar (Korea Selatan memiliki salah satu pajak warisan tertinggi di dunia), kekayaan bersih Jung-youn dan Jung-min masing-masing diperkirakan sebesar USD 1 miliar atau setara Rp 15 triliun.

Sementara istri Jung-ju, yakni Yoo Jung-hyun, yang sudah menjadi miliarder, mewarisi 4,57 persen saham NXC dari suaminya.

Berawal pada tahun 1994, Jung-hyun membantu Jung-ju memulai Nexon dan tetap menjadi pemegang saham terbesar di NXC dengan 34 persen saham.

Dia memulai debutnya di daftar 50 Orang Terkaya Korea tahun ini dengan kekayaan bersih sebesar USD 3 miliar atau sebesar Rp 45 triliun.

Namun, tidak banyak yang diketahui tentang keluarga Jung-ju. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa kedua putri sang miliarder masing-masing lahir pada tahun 2002 dan 2004.

Dengan usianya yang masih 18 tahun,ketika mewarisi saham perusahaan mendiang ayahnya, Jung-youn menjadi miliarder termuda di dunia saat ini.

Orang yang sebelumnya memegang gelar tersebut adalah Kevin David Lehmann dari Jerman, yang genap berusia 20 tahun bulan ini.

Ayahnya, Guenther Lehmann, mengalihkan saham jaringan toko obat Jerman drogerie markt kepada putranya ketika dia berusia 14 tahun, tetapi tetap di bawah perwalian sampai ulang tahunnya yang ke-18, yaitu pada tahun 2020.

Sementara Nexon berkantor pusat di Tokyo,  Jung-ju mendirikan NXC di Jeju, sebuah pulau resor di lepas pantai selatan semenanjung Korea. Dia pensiun dari manajemen pada tahun 2006 dan fokus pada filantropi dan investasi lainnya.

Jung-ju dinobatkan sebagai salah satu dari 15 Pahlawan Filantropi Forbes Asia tahun lalu atas sumbangannya ke rumah sakit anak-anak.

Sebelum kematiannya, Jung-ju menduduki peringkat orang terkaya ketiga di Korea Selatan, tepat setelah taipan farmasi Seo Jung-jin dan Jay Y. Lee dari Samsung, dengan kekayaan bersih sebesar USD 10,9 miliar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sebagian Besar Warga Negara Ini Percaya Bisa Jadi Miliarder

Sekitar 44 persen orang dewasa di Amerika Serikat yakin bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjadi miliarder, sebagian besar didorong oleh investasi spekulatif seperti cryptocurrency.

Hal itu diungkapkan dalam survei Harris Poll Americans and Billionaires Survey baru-baru ini.

"Ini bukan hanya berinvestasi di IRA (rekening pensiun individu)," kata Freddie Rappina, pemilik Opta Financial di Tampa, Florida dikutip dari CNBC, Rabu (14/9/2022).

"Orang ingin mencapai status kekayaan yang lebih tinggi, dan cara melakukannya adalah dengan menggunakan investasi untuk membangun aset dan menghasilkan pendapatan," tambah Rappina.

Namun dia memperingatkan, "Investasi tidak membuat Anda kaya; pendapatan membuat Anda kaya."

Di saat yang sama, banyak orang di AS juga memiliki hubungan antara cinta-benci dengan kekayaan, ungkap survei tersebut.

Laporan Harris menemukan, enam dari 10 orang dewasa di AS ingin menjadi miliarder suatu hari nanti.

Sementara itu, 40 persen mengungkapkan tidak menyukai figur miliarder. Banyak juga yang mengatakan bahwa miliarder memiliki tanggung jawab untuk masyarakat yang lebih baik tetapi tidak memberikan cukup kontribusi.

Temuan survei Harris Poll juga mengungkapkan bahwa 66 persen orang dewasa melihat ketidaksetaraan kekayaan sebagai masalah nasional yang serius, dan hampir separuh orang Amerika, atau 47 persen, percaya bahwa harus ada batasan untuk akumulasi kekayaan.

Dari mereka yang disurvei, 24 persen mengatakan kekayaan pribadi harus dibatasi kurang dari USD 1 miliar, sementara 20 persen mengatakan harus dibatasi antara USD 1 miliar dan USD 10 miliar.

Ada sekitar 200 orang di AS yang saat ini memiliki kekayaan lebih dari $10 miliar, menurut

Peringkat tahunan orang terkaya versi Forbes mencatat, kini ada ekitar 200 orang di AS yang saat ini yang mengantongi kekayaan lebih dari USD 10 miliar.

Di antara lima besar miliarder itu adalah Jeff Bezos, Warren Buffett, Bill Gates dan Elon Musk, yang kekayaannya bahkan bernilai lebih dari USD 100 miliar.

3 dari 3 halaman

Miliarder Ini Serahkan Perusahaan ke Yayasan Amal untuk Bantu Cegah Krisis Iklim

Miliarder pendiri merek pakaian outdoor Patagonia, Yvon Chouinard menngungkapkan telah menyerahkan perusahaannya kepada sebuah yayasan amal.

Yvon Chouinard mengatakan bahwa di bawah struktur kepemilikan baru Patagonia, setiap keuntungan atau penghasilan yang tidak diinvestasikan kembali dalam menjalankan bisnis akan digunakan untuk memerangi perubahan iklim.

"Meskipun sangat luas, sumber daya bumi terbatas, dan jelas kita telah melampaui batasnya," kata Chouinard tentang keputusannya untuk menyerahkan kepemilikan Patagonia, dikutip dari BBC, Kamis (15/9/2022)

"Alih-alih mengekstraksi nilai dari alam dan mengubahnya menjadi kekayaan, kami menggunakan kekayaan yang diciptakan Patagonia untuk melindungi sumbernya," tutur dia.

Patagonia bisa menyumbangkan keuntungannya pada upaya pencegahan perubahan iklim sekitar USD 86 miliar per tahun, beber Chouinard, tergantung pada kesehatan perusahaan.

Chouinard mengatakan dia awalnya mempertimbangkan untuk menjual Patagonia dan menyumbangkan uangnya untuk amal, atau membawa perusahaan itu ke publik.

Namun kedua opsi itu berarti menyerahkan kendali bisnis.

"Bahkan perusahaan publik dengan niat baik berada di bawah terlalu banyak tekanan untuk menciptakan keuntungan jangka pendek dengan mengorbankan vitalitas dan tanggung jawab jangka panjang," ungkapnya.

Sebaliknya, Chouinard dan keluarganya, yang memiliki perusahaan, telah memindahkannya ke dua entitas baru.

Patagonia Purpose Trust, yang dipimpin oleh keluarga tersebut, tetap menjadi pemegang saham pengendali perusahaan tetapi hanya akan memiliki 2 persen dari total sahamnya.

"Setiap tahun uang yang kami hasilkan setelah diinvestasikan kembali dalam bisnis akan dibagikan sebagai dividen untuk membantu memerangi krisis iklim," jelas Chouinard.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.