Sukses

Kanada Bakal Bangun FluxJet, Transportasi Hybrid Gabungan Pesawat Terbang dan Kereta Api

Kereta cepat FluxJet ini nantinya akan mampu membawa penumpang dengan kecepatan sekitar 621 mil per jam.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan kendaraan berkecepatan tinggi asal Kanada, TransPod menjadi sorotan setelah mengungkapkan rencananya membangun kereta cepat.

Sorotan datang karena kereta cepat yang dibangun sedikit berbeda dari biasanya. Dilansir dari CNBC International, Senin (12/9/2022) TransPod yang berbasis di Toronto baru-baru ini meluncurkan rencana pembangunan "FluxJet," sistem transportasi listrik yang sepenuhnya merupakan alat transportasi hybrid antara pesawat terbang dan kereta api.

Proyek tersebut, yang saat ini dalam tahap konseptual, akan melibatkan kereta sepanjang 82 kaki, yang dapat diangkat secara magnetis. 

Kereta cepat ini nantinya akan mampu membawa penumpang dengan kecepatan sekitar 621 mil per jam.

Kecepatan jarak tempuh itu bahkan melebihi pesawat komersial, dan kira-kira tiga kali kecepatan kebanyakan kereta berkecepatan tinggi dengan nol emisi.

TransPod menjelaskan, FluxJet akan mengandalkan "transmisi daya tanpa kontak", di mana kereta akan menarik daya dari jaringan listrik yang ada melalui medan magnet.

Kabar baiknya, TransPod mengatakan biaya penumpang FluxJet nantinya akan 44 persen lebih murah dari biaya tiket pesawat.

Dalam memulai proyek pembangunan jalur FluxJet, perusahaan berencana untuk membangun jaringan tabung vakum hampir 200 mil antara kota Edmonton dan Calgary di Kanada.

Berdasarkan rencana ini, kereta akan berangkat setiap dua menit dan membawa hingga 54 penumpang dan 10 ton kargo di setiap perjalanan. Perjalanan 175 mil antara kedua kota akan memakan waktu hanya 45 menit, beber TransPod.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Membutuhkan Biaya yang Mahal

Namun sayangnya, bahkan secara optimis, sistem transit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dan miliaran dolar.

Pada bulan Maret 2022, TransPod mengumpulkan suntikan dana sebesar USD 550 juta atau setara Rp 8,1 triliun dari investor asal Inggris Broughton Capital Group dan China-East Resources Import & Export Co dari China. 

Dana itu direncanakan untuk mendanai penelitian dan pengembangan yang sedang berlangsung, ditambah rencana untuk membangun jalur uji dan melakukan uji tes kecepatan antara 2023 dan 2027.

Perusahaan mengatakan ingin memulai konstruksi jalur antar kota untuk kereta cepat FluxJet pada tahun 2027.

TransPod juga mengatakan proyek tersebut pada akhirnya akan menelan biaya sekitar USD 18 miliar atau setara Rp 268 triliun, yang berarti akan perlu mengumpulkan lebih banyak uang antara sekarang dan nanti — baik dari investor swasta , dana pemerintah atau keduanya.

Perusahaan itu pun mengklaim pengeluaran besar tersebut akan bermanfaat, memproyeksikan bahwa konstruksi sistem FluxJet akan menciptakan hingga 140.000 pekerjaan dan menambah USD 19,2 miliar (Rp 285,8 triliun) ke produk domestik bruto (PDB) area tersebut.

Sistem kereta cepat ini juga dipercaya bisa mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 636.000 ton per tahun setelah dibangun, kata TransPod.

3 dari 6 halaman

Bagaimana Pembangunan Kereta Cepat di Indonesia?

Sementara itu, di Indonesia, uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung akan dilakukan pada waktu G20 yakni November 2022.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri (Wamen) BUMN II Kartika Wirjoatmodjo. 

"Kita akan melakukan uji coba nanti pada November 2022 pada waktu G20 dari jalur Tegalluar sampai dengan Kopo," ujar Kartika Wirjoatmodjo, dikutip Senin (12/9/2022). 

Dia juga menyebutkan, kedatangan rangkaian kereta api cepat di Indonesia ini menjadi salah satu bentuk kesiapan jelang kegiatan G20 yang akan diadakan November mendatang. Rencananya Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan melakukan kunjungan kerja melihat progres pekerjaan sekaligus mencoba Kereta Inspeksi (EMU - CIT) dari DK 127 menuju Stasiun Tegalluar.  

"Insya Allah sesuai jadwalnya seperti itu, tapi nanti kita lihat pada waktu G20," katanya. Rangkaian kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Saat ini PT KCIC bersama konsorsium kontraktor terus melakukan berbagai percepatan pembangunan dan mempersiapkan kebutuhan jelang uji dinamis tersebut serta operasional di tahun depan.

KTT G20 sendiri merupakan pertemuan puncak yang dihadiri seluruh kepala pemerintahan/negara anggota G20. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Berikut ini fakta-fakta terkait proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB):

4 dari 6 halaman

1. Kereta Cepat Pertama di Asia Tenggara

Pengiriman rangkaian kereta cepat ini menjadi yang pertama kalinya dari China ke luar negeri. Sebagai pionir kereta cepat di Asia Tenggara, kehadiran Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan ditunggu masyarakat indonesia.

Seperti diketahui, Rangkaian EMU atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mulai dikirim dari China ke Indonesia pada Jumat 5 Agustus.

2. Teknologi canggih

Menhub menjelaskan, KCJB mengadopsi teknologi tinggi yaitu Grade of Automation atau GOA Level 1. Selain itu juga memiliki desain yang ramping sehingga dapat mendukung akselerasi atau kecepatan dari kereta tersebut yang bisa mencapai 350 km per jam.

Nantinya, KCJB akan melayani sebanyak 68 perjalanan setiap harinya dan berhenti di lima stasiun. Dengan demikian, waktu tempuh Jakarta–Bandung hanya membutuhkan waktu 36 menit-45 menit atau lebih singkat dibandingkan waktu tempuh sebelumnya yang bisa mencapai 2,5 jam untuk sampai tujuan.

3. Biaya Bengkak

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebut nilai pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat yang sudah ditemukan mencapai US$1,176 miliar, atau setara dengan Rp 16,8 triliun.

Hasil temuan tersebut sudah diserahkan kepada Kementerian BUMN pada Maret 2022. Berdasarkan catatan bisnis, biaya awal pembangunan Kereta Cepat ini sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo mengatakan persoalan cost overrun proyek kereta cepat masih terus dibahas. Pasalnya, China Development Bank (CDB) meminta Indonesia ikut turun tangan membiayai cost overrun proyek kereta cepat.

5 dari 6 halaman

Presiden Xi Jinping Beri Jaminan

4. Tarif kereta cepat

Nantinya, tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dikenakan tarif sekitar Rp 250.000 sampai dengan Rp 350.000. Kisaran tarif akan disesuaikan dengan kelas pelayanan yang terbagi pada delapan rangkaian kereta untuk total kapasitas 601 pelanggan.

5. Presiden Xi Jinping beri jaminan

Presiden China Xi Jinping lewat perwakilan perusahaan China Railway memberikan jaminannya untuk kelancaran proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) agar bisa rampung sesuai dengan target.

Hal tersebut disampaikan oleh China Railway International Co (CRIC) Gao Feng yang mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping telah meminta CRIC menjamin proyek kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) dikerjakan dengan lancar.

Seperti diketahui, selama ini, CRIC merupakan salah satu mitra PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dalam proyek pembangunan KCJB. "Presiden Xi Jinping telah meminta agar proyek KCJB dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan,” kata Gao Feng dalam acara pengiriman perdana EMU Kereta Cepat Jakarta-Bandung secara daring).

Gao Feng pun menjelaskan proyek pembangunan KCJB menjadi kesepakatan penting yang dicapai antara Indonesia dan China. Terutama dengan CRIC sebagai pemasok industri kereta cepat.

6 dari 6 halaman

Optimis Rampung di 2023

6. PSBI Akan Tambal Pembengkakan Biaya Rp 4 Triliun

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut PSBI akan menambal pembengkakan biaya sebesar Rp 4 triliun, sedangkan China Railway International senilai Rp 3 triliun.

Sementara, 75 persen sisanya berasal dari pinjaman atau utang. Hanya saja, persentase pinjaman yang dibutuhkan untuk menambal pembengkakan biaya mega proyek tersebut belum diketahui.

Artinya, pinjaman akan disesuaikan dengan total cost overrun. Saat ini Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) masih melakukan review atau tinjauan atas cost overrun yang dimaksud. Rp 4 triliun di konsorsium BUMN Indonesia Rp 3 triliun BUMN China sisanya loan (pinjaman) dari KCJB.

7. Optimis Rampung di 2023

Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian, Wahyu Utomo, optimistis proyek KCJB dapat dioperasikan pada tahun 2023, meskipun sempat dikabarkan proyek ini molor karena menipisnya dana akibat pembengkakan biaya konstruksi.

Saat ini, lanjutnya, yang tersisa adalah mengerjakan depo atau tempat untuk menyimpan dan tempat untuk melakukan perawatan rutin kereta api serta merupakan tempat untuk melakukan perbaikan ringan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.