Sukses

3 Fokus Pemerintah saat Naikkan Harga BBM Subsidi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan ada tiga tujuan utama yang dipegang pemerintah saat menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan ada tiga tujuan utama yang dipegang pemerintah saat menaikkan harga BBM subsidi pada 3 September 2-22. Hal itu disampaikan dalam webinar Recovery and Resilience: Spotlight on Asean Business, Senin (12/9/2022).

“Saya kira fokus kebijakan kita adalah berusaha menjaga momentum pemulihan dengan melindungi daya beli masyarakatnya. Kami (Pemerintah) memiliki tiga tujuan yang sangat penting, dan keputusan ini telah dilakukan minggu lalu,” kata Sri Mulyani.

Adapun tiga tujuan tersebut adalah pertama, melindungi masyarakat dengan subsidi. Kedua, mempertahankan pemulihan ekonomi. Terakhir, menyelamatkan anggaran.

“Saya pikir kenaikan ini berjalan dengan baik, yaitu tetap melindungi rakyat karena kami masih mensubsidi. Kedua, juga masih mempertahankan pemulihan ekonomi, yang juga sangat kuat pada kuartal kedua dan akan berlanjut diharapkan pada kuartal ketiga, dan akan terus diharapkan pada kuartal lainnya, juga menyelamatkan dan menciptakan keberlanjutan dan kredibilitas anggaran kita sendiri,” jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Sri menegaskan meskipun harga BBM naik, pemerintah tetap hadir dengan menyalurkan subsidi BBM sebanyak Rp 502,4 triliun. Anggaran tersebut diprediksi akan habis pada Oktober mendatang.

Oleh karena itu, Pemerintah saat ini sedang melihat apakah jumlah subsidi BBM tahun 2022 akan melewati angka Rp 502,4 triliun. Diprediksi kenaikannya bisa mencapai Rp 649 triliun jika asumsi harga BBM bertahan di atas USD 100 yaitu USD 105.

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan saat ini belum ada angka pasti mengenai jumlah subsidi tahun 2023, karena masih dalam tahap pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Kami masih dalam pembahasan, dengan DPR terkait anggaran untuk tahun depan. Untuk tahun ini, kenaikan subsidi dan kompensasi energi sebesar 30 persen, termasuk untuk solar dan pertalite. Saya rasa akan cukup untuk setidaknya mengkompensasi kenaikan, harga bahan bakar, yang bahkan di atas 100 dolar per barel, rata-rata selama 8 bulan,” ujarnya.

Intinya, kata Sri Mulyani, negara tetap hadir dalam menangani kenaikan harga BBM subsidi, sebab harga BBM itu masih dibawah harga keekonomian. Maka, subsidi tetap diberikan artinya kelompok menengah masyarakat dan atas masih menikmati subsidi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Moeldoko: Harga BBM Naik-Turun Itu Sudah Biasa

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sangat tergantung pada fluktuasi harga minyak dunia. Untuk itu, kata dia, harga BBM naik turun merupakan hal yang biasa.

"Saya tidak berbicara angka, tapi harga BBM naik turun itu sudah biasa. Kenapa kok naik? Ini terjadi karena produktivitas migas dalam negeri kita turun. Sejumlah besar produk migas kita ini berasal dari impor. Jadi harga BBM di Indonesia sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga dunia," kata Moeldoko dikutip dari siaran persnya, Senin (12/9/2022).

Kendati begitu, dia ini meyakini bahwa masyarakat sudah paham dan bijak dalam menyikapi isu kenaikan BBM ini. Moeldoko pun meminta masyarakat untuk tak berlarut-larut tenggelam dalam polemik kenaikan harga BBM.

Dia menyarankan masyarakat berfokus untuk mulai memikirkan sumber daya atau bahan bakar alternatif yang lebih terjangkau dan berkelanjutan di masa depan.

"Sebenarnya masyarakat sudah paham. Jadi jangan dilihat isu kenaikan harga BBM-nya saja, mulailah berpikir tentang alternatif dan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk mengatasi krisis ini," katanya.

"Misalnya, sejak saya masih menjadi Letnan Jenderal di Lemhannas, saya sudah berpikir bahwa baterai adalah masa depan, masa depan adalah baterai. Gagasan ini terus saya pelihara dan kembangkan, karena bukan tidak mungkin kita akan segera beralih ke mobil listrik untuk mengurangi konsumsi BBM," sambung Moeldoko.

Disisi lain, Moeldoko mengapresiasi keputusan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang berani mengambil kebijakan, termasuk kebijakan pengalihan subsidi ini. Dia menyayangkan banyak yang salah menafsirkan kebijakan Jokowi.

"Saya melihat sendiri bagaimana keputusan-keputusan yang beliau ambil itu penuh dengan resiko, tapi beliau jalan terus. Presiden tetap ambil keputusan itu untuk kepentingan Indonesia yang lebih besar," tutur Moeldoko.

 

3 dari 3 halaman

BBM Naik

Seperti diketahui, pada Sabtu 3 September 2022 Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kenaikan harga BBM. Harga BBM subsidi jenis Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter.

Kemudian harga solar subsidi naik dari Rp 5.150 jadi Rp 6.800 per liter. Pertamax juga ikut naik dari Rp 12.500 jadi Rp 14.500 per liter.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Namun, anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun dan terus diperkirakan mengalami kenaikan.

Demi meminimalisir dampak ketidakpastian global ini dan menjaga daya beli masyarakat, pemerintah pun mengalihkan subsidi bahan bakar minyak murah untuk penyediaan bantuan sosial bagi kelompok ekonomi rentan dan miskin. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.