Sukses

Bangun Pabrik AC Rp 3,3 Triliun, Daikin Bakal Sedot 2.500 Tenaga Kerja

Nilai investasi dari pembangunan pabrik AC Daikin sebesar Rp3,3 triliun dengan kapasitas produksi sebesar 1,5 juta unit per tahun.

Liputan6.com, Jakarta Sektor industri manufaktur semakin bergeliat seiring dengan komitmennya merealisasikan investasi, meningkatkan kapasitas dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dalam memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

Kinerja positif ini misalnya tercermin dari realisasi penanaman modal sektor industri yang mencapai Rp230,8 triliun atau berkontribusi sebesar 39,5 persen dari total nilai investasi yang menembus Rp584,6 triliun pada semester I tahun 2022.

“Sektor industri manufaktur nilai investasinya meningkat dari Rp167,1 triliun pada semester I-2021, menjadi Rp230,8 triliun di semester I-2022 atau naik signifikan sebesar 38 persen,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).

Menindaklanjuti performa positif tersebut, pada Rabu (31/8) lalu, Direktur PT. Daikin Airconditioning Indonesia menemui Menperin untuk berdiskusi rencana investasi dan bisnis Daikin di Indonesia.

Saat ini, sejumlah perusahaan dari PT. Daikin Global di Indonesia yang telah melakukan produksi, yaitu PT. Daikin Manufacturing Indonesia dengan produksi AC tipe ducting (lebih dari 5 HP) dan Air Handling Units (AHU).

Investasi baru dari Daikin, yaitu PT Daikin Industries Indonesia, akan memproduksi AC rumah tangga pada semester II-2024. Nilai investasi dari pembangunan pabrik AC yang berlokasi di GIIC Industrial Parks Bekasi tersebut adalah Rp3,3 triliun dengan kapasitas produksi sebesar 1,5 juta unit per tahun. Melalui investasi ini, diperkirakan Daikin mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1.600-2.500 orang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi Pasar

Sejalan dengan investasi AC dari Daikin tersebut, Menperin menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk produk AC, baik untuk rumah tangga maupun AC komersial.

Terlebih lagi Daikin merupakan merek besar dengan predikat market leader untuk pasar AC di Indonesia. Tentu hal ini menjadi langkah yang tepat bagi Daikin maupun brand besar lain untuk segera menanamkan modal dan berproduksi di Indonesia.

“Sebuah langkah yang sangat tepat bagi Daikin, yang notabene merupakan market leader produk AC di Indonesia untuk berinvestasi di dalam negeri. Saya mendorong agar brand besar lainnya dapat mengikuti gerakan Daikin untuk segera memiliki fasilitas produksi di Indonesia baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun pasar ekspor,” papar Agus.

Sementara itu Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menegaskan tentang keseriusan Kemenperin dalam hal menjaga iklim investasi baru agar tetap berkembang dan mampu menyeimbangkan trade balance sektor elektronika.

“Target ini dapat dilakukan melalui salah satu instrumen berupa Neraca Komoditas (NK) untuk produk-produk elektronika termasuk AC yang akan diimplementasikan di tahun mendatang,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Berkat 2 Hal Ini Realisasi Investasi Luar Jawa Mampu Imbangi Jawa

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi di luar pulau Jawa tidak akan bisa mengimbangi pulau Jawa karena berbagai alasan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah khusus melalui pemberian insentif dan pembangunan infrastruktur agar investasi di luar Jawa bisa moncer.

Hal itu disampaikan Bahlil Lahadalia dalam webinar Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).

"Pada 2019, penanaman investasi di Pulau Jawa masih mencapai 53,7 persen dari total Rp 809,6 triliun investasi. Menurutnya, kala itu investor memang lebih tertarik untuk berinvestasi di Jawa karena infrastruktur yang sudah lebih matang daripada wilayah-wilayah lainnya di Indonesia," kata Bahlil.

Bahlil tidak heran, ketika saat itu banyak investor yang memilih menanamkan investasinya di wilayah pulau Jawa, dibanding luar Jawa.

"Makanya ini, luar Jawa sampai ayam tumbuh gigi pun enggak bisa menyamakan (orsi investasinya dengan Jawa)," ujarnya.

Bahlil menegaskan, sesuai arahan presiden Joko Widodo (Jokowi), investasi tidak bisa terus menerus berfokus di Jawa. Oleh karena itu, presiden menugaskan Bahlil untuk melakukan pemerataan investasi sekaligus meningkatkan porsi investasi luar Jawa.

4 dari 4 halaman

Ubah Aturan Insentif

Setelah pemerintah mengubah ketentuan insentif, terbukti hasilnya pada 2020 dimana porsi investasi di luar pulau Jawa kini mencapai 50,5 persen dan 2021 menjadi 52 persen.

"Karena di Jawa ini infrastrukturnya sudah ada, energinya sudah ada, tenaga kerjanya etosnya baik. Jadi kalau kita kasih (insentif) yang sama tidak akan tercipta pemerataan," katanya.

Tercatat secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode semester I 2022 mencapai Rp 584,6 triliun, atau meningkat sebesar 32 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara data realisasi investasi sepanjang periode kuartal II 2022 yang mencapai Rp 302,2 triliun. Capaian ini meningkat sebesar 7 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Persebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan ini kembali lebih unggul dari Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar Rp 157,1 triliun, atau 52 persen dari total investasi. Meningkat 38 persen dari periode yang sama di 2021. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.