Sukses

Subsidi BBM Diminta Realokasi ke Industri Mobil Listrik hingga Ketahanan Pangan

Tingginya harga minyak dunia menyebabkan harga BBM di sejumlah negara naik, tak terkecuali di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Tingginya harga minyak dunia menyebabkan harga BBM di sejumlah negara naik, tak terkecuali di Indonesia.

Untuk mengurangi ketergantungan itu, pemerintah diminta mempercepat pengembangan industri mobil listrik.

"Apabila anggaran subsidi BBM dialokasikan guna pembiayaan industri hilir komponen mobil listrik, maka Indonesia berhasil menghadapi krisis energi sebagaimana yang disampaikan Presiden Jokowi," kata Pimpinan Pusat Kesatria Muda Respublika (PP KMR) Iwan Bento dalam sebuah diskusi, Kamis (1/9/2022).

Tidak hanya itu, subsidi BBM yang pada tahun ini membengkak hingga Rp 502 triliun, tahun depan diharapkan bisa dialihkan untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

Hal ini juga untuk menjawab ancaman krisis global akibat perang Rusia-Ukraina, yang menyebabkan distribusi bahan pangan terganggu, salah satunya pupuk dan gandum.

"Pemerintah bisa mengalokasikan anggaran subsidi BBM pada peningkatan produktivitas Sorgum sebagai komoditi utama pengganti gandum, mengingat kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi bahan pangan sehat sudah mulai meningkat," tambahnya.

"Serta membuka lahan gandum tropis di Indonesia. Sehingga, dengan dialokasikannya anggaran subsidi BBM pada gandum dan pupuk, Indonesia akan mampu menghadapi krisis pangan melalui peningkatan produktivitas komoditi dalam negeri," pungkas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BSU Tak Bisa Jadi Bantalan Kenaikan Harga BBM Subsidi

Bantuan sosial (Bansos) berupa Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk pekerja penghasilan di bawah Rp 3,5 juta per bulan tidak bisa menutupi dampak dari kenaikan harga BBM subsidi. Subsidi sebesar Rp 600 ribu tersebut tidak efektif untuk melindungi daya beli masyarakat. 

Presiden Konferensi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, dampak kenaikan harga BBM subsidi akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Sementara itu, penerima program BSU hanya yang berpenghasilan Rp 3,5 juta ke bawah. Artinya masih banyak pekerja yang tidak ikut merasakan kompensasi tersebut.

Menurutnya, masih ada beberapa pekerja informal yang tidak tersentuh BSU. Masih ada juga pekerja dengan gaji di atas Rp 3,5 juta tetapi berdomisili di daerah dengan biaya hidup tinggi atau di kota kota industri.

"Sementara pekerja di kota industri justru sangat terasa dampaknya. Karena upah yang diterima sudah habis buat transportasi, sewa rumah, makan, dan yang lain. Dia tidak mendapat subsidi," kata Said Iqbal dalam pernyataannya di Jakarta, dikutip Kamis (1/9/2022).

 

3 dari 3 halaman

UMP Tak Naik

Terlebih lagi, lanjut Said Iqbal, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah sudah menyampaikan bahwa penetapan UMP tahun 2023 akan tetap mengacu PP 36/2021. Itu artinya, upah pekerja kembali tidak ada kenaikan.

"Sudahlah 3 tahun upah tidak naik, sedangkan inflansi dan pertumbuhan ekonomi jika ditotal mencapai 10 persen. Setelah itu ditimpa lagi dengan rencana kenaikan harga BBM," tegas Said Iqbal.

Oleh karena itu, KSPI mendesak agar upah tahun 2023 dinaikkan 10 persen sampai 13 persen tanpa harus diikuti kenaikan BBM. Hal ini melihat inflansi dan pertumbuhan ekonomi.

"Itulah yang disuarakan oleh serikat buruh," tutupnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.