Sukses

Minyak Makan Merah Mulai Distribusi Januari 2023, Harga Rp 9.000 per Liter

Adanya minyak makan merah menjadi solusi bagi para petani sawit untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki distribusi minyak makan merah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mempercepat realisasi penggunaan minyak makan merah untuk rumah tangga. Salah satu langkah yang dijalankan adalah dengan membangun pabrik minyak makan merah akan dimulai pada Oktober 2022.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menjelaskan, lokasi pabrik pertama minyak makan merah adalah Sumatera Utara. Diharapkan pabrik itu sudah bisa melakukan pendistribusian pada Januari 2023.

Minyak makan merah sesuai dengan standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan juga memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) jadi aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat indonesia.

"Kita akan gerak cepat hari ini kita membahas mengenai SNI dan juga izin edar dari BPOM, " ujar Menkop Teten, saat konferensi pers, Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Dia pun optimis minyak makan merah ini bisa lebih murah dan lebih sehat. Pihaknya mempunyai strategi untuk menyerap selain lewat anggota koperasi juga sudah ada permintaan dari jaringan rumah makan untuk pembelian minyak makan merah ini.

Lebih lanjut, Menkop Teten, menyampaikan adanya minyak makan merah menjadi solusi bagi para petani sawit untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki distribusi minyak makan merah.

"Kita akan memproduksi 10 ton per hari, itu bisa dikonsumsi oleh sekitar 2 kecamatan di dekat pabrik," ujarnya.

Untuk harga yang akan dibandrol pada minyak makan merah tentu sangat terjangkau dibandingkan dengan minyak curah atau pun minyak kemasan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Rp 9.000 per liter

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang menyebut harga minyak makan merah yakni Rp 9.000 per liter. Walau harganya lebih murah mereka menjanjikan bahwa minyak tersebut aman dan sehat dikonsumsi.

"Murah ini solusi bagi masyarakat, petani dan konsumen. Murah dan sehat bagi konsumen. Karena dijaga BPOM untuk jaga keamanan pangan," ucap Rita.

Sementara untuk pengemasan M3 akan menggunakan kemasan pouch yang dinilai cukup terjangkau dan murah, serta melihat pabrik plastik yang banyak tersedia di masyarakat.

"Karena itu pouch adalah yang paling utama dan paling afelIbel karena banyak pabrik plastik di indonesia," terang Rita.

3 dari 4 halaman

PTPN Siap Kembangkan Teknologi Minyak Makan Merah

PTPN Siap Kembangkan Teknologi Minyak Makan Merah. Holding BUMN Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) bertekad mengembangkan teknologi pengolahan minyak makan merah. Ini disebut sebagai jawaban atas polemik minyak goreng di tanah air.

Direktur Utama PTPN III Muahmmad Abdul Ghani mengungkap, pengembangan teknologi saat ini tengah dilakukan di Deliserdang, Sumatera Utara. Jika berhasil, baik secara proses dan keekonomian, akan diperluas ke seluruh wilayah Indonesia.

"Minyak makan merah ini diinisiasi Menteri BUMN dan Menkop UKM, jadi ini berawal dari isu minyak goreng kemarin, jadi akhirnya migor itu diminta dikembangkan, sebagai pilot project di Sumut, Deliserdang, di situ, karena teknologinya belum proven ke tingkat industri lagi dikembangkan di tiga tempat," bebernya usai acara Ngopi BUMN, ditulis Selasa (23/8/2022).

Ia berharap, setelah adanya pengembangan ini, nantinya petani skala kecil bisa membangun pabrik-pabrik mini untuk mengolah minyak sawit atau CPO-nya. Sehingga, petani dengan luasan lahan tak terlalu besar juga bisa memproduksi minyak makan merah, tak hanya menjual tandan buah segar (TBS).

 

4 dari 4 halaman

Pemasaran

Ghani menyebut, soal pemasarannya untuk sementara menyasar wilayah sekitar perkebunan. Sisi produksinya pun berada di titik-titik perkebunan sawit.

"Kalau itu sukses maka indonesia para petani sawit itu bisa menjadi raja di tempat sendiri, jadi tidak hanya menjual tbs tapi mengolah CPO-nya, boleh di tempat kami, boleh dia membangun pabrik sendiri yang teknologinya disiapkan BPDPKS," ungkapnya.

"Nanti dia bisa menghasilkan minyak goreng, ada sabunnya juga, istilahnya kita korporatisasi petani, sehingga petani tidak jadi objek saja," imbuh Ghani.

Untuk diketahui, pengembangan dilakukan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara, anak usaha dari PTPN hingga Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.