Sukses

Pabrik Minyak Makan Merah Mulai Dibangun Oktober 2022

Menteri Teten mengatakan, kedepannya pembangunan pabrik minyak makan merah akan dilakukan di setiap titik-titik perkebunan kelapa sawit. Misalnya, kebun dengan luasan 1.000 hektare.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pembangunan perdana pabrik minyak makan merah akan dilakukan pada Oktober 2022. Langkah ini dilakukan menyusul perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta percepatan realisasi.

Pada tahap awal, pembangunan pabrik akan dilakukan di Sumatera Utara. Ini juga menjadi lokasi uji coba untuk pengembangan teknologi pengolahan minyak makan merah.

"Jadi pak Presiden minta ada percepatan, jadi mungkin Oktober ini mulai bangun fisik, DED (Detail Engineering Design) selesai akhir bulan ini, langsung produksi mesinnya, jadi ada (produksi) CPO mini, ada pabrik pengolahan ke minyak makan merah," kata Teten Masdukidalam konferensi pers di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Teten mengatakan kedepannya pembangunan pabrik akan dilakukan di setiap titik-titik perkebunan kelapa sawit. Misalnya, kebun dengan luasan 1.000 hektar.

"Ini akan menggandeng pembiayaan selain dari pembiayaan LPDB, dan pembangunan fisik oleh BPDPKS. Ini investasinya Rp 23 miliar, untuk (produksi) 10 ton," kata dia.

Rp 23 miliar ini merupakan biaya produksi minyak makan merah dengan kapasitas 10 ton per hari per pabrik. Namun, Menteri Teten belum mengungkap biaya pembangunan pabriknya tersebut.

Mengacu catatan Liputan6.com, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menghitung, biaya pembangunan pabrik sekitar Rp 143 Miliar untuk 1 pabrik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bisa Dibangun Koperasi

Lebih lanjut, Menteri Teten mengatakan koperasi juga bisa membangun secara mandiri pabrik tersebut. Kemudian mulai memproduksi dari kebun sawit yang dimiliki koperasi tersebut.

"Koperasi yang sudah punya kebun sendiri, ada 2 ribu - 3 ribu hektar, punya financial sendiri kalau bangun pabrik juga bisa," kata dia.

Di sisi lain, Menteri Teten menyampaikan, kalau balik modal biaya pembangunan ini bisa dicapai dalam 3-4 tahun. Sehingga, membuka juga peluang pembiayaan dari perbankan.

"ROI-nya (Return of Investment) 4 atau 3 tahun, bahkan sampai 6 tahun pun bank biasanya masih menyediakan," ujarnya.

"Bahkan koperasi juga kan punya anggota usaha mikro, mereka jual ke anggotanya juga sudah menguntungkan," tambah Menteri Teten.

3 dari 4 halaman

PTPN Kembangkan Minyak Makan Merah

PTPN Siap Kembangkan Teknologi Minyak Makan Merah. Holding BUMN Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) bertekad mengembangkan teknologi pengolahan minyak makan merah. Ini disebut sebagai jawaban atas polemik minyak goreng di tanah air.

Direktur Utama PTPN III Muahmmad Abdul Ghani mengungkap, pengembangan teknologi saat ini tengah dilakukan di Deliserdang, Sumatera Utara. Jika berhasil, baik secara proses dan keekonomian, akan diperluas ke seluruh wilayah Indonesia.

"Minyak makan merah ini diinisiasi Menteri BUMN dan Menkop UKM, jadi ini berawal dari isu minyak goreng kemarin, jadi akhirnya migor itu diminta dikembangkan, sebagai pilot project di Sumut, Deliserdang, di situ, karena teknologinya belum proven ke tingkat industri lagi dikembangkan di tiga tempat," bebernya usai acara Ngopi BUMN, ditulis Selasa (23/8/2022).

Ia berharap, setelah adanya pengembangan ini, nantinya petani skala kecil bisa membangun pabrik-pabrik mini untuk mengolah minyak sawit atau CPO-nya. Sehingga, petani dengan luasan lahan tak terlalu besar juga bisa memproduksi minyak makan merah, tak hanya menjual tandan buah segar (TBS).

 

4 dari 4 halaman

Wilayah Sekitar Perkebunan

Ghani menyebut, soal pemasarannya untuk sementara menyasar wilayah sekitar perkebunan. Sisi produksinya pun berada di titik-titik perkebunan sawit.

"Kalau itu sukses maka indonesia para petani sawit itu bisa menjadi raja di tempat sendiri, jadi tidak hanya menjual tbs tapi mengolah CPO-nya, boleh di tempat kami, boleh dia membangun pabrik sendiri yang teknologinya disiapkan BPDPKS," ungkapnya.

"Nanti dia bisa menghasilkan minyak goreng, ada sabunnya juga, istilahnya kita korporatisasi petani, sehingga petani tidak jadi objek saja," imbuh Ghani.

Untuk diketahui, pengembangan dilakukan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara, anak usaha dari PTPN hingga Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.