Sukses

Awas! Dampak Konflik China-Taiwan Lebih Dahsyat dari Perang Rusia-Ukraina

Konflik China-Taiwan diprediksi dampak ke Indonesia bisa lebih dahsyat ketimbang perang Rusia dan Ukraina saat ini.

 

Liputan6.com, Jakarta Konflik China-Taiwan semakin memanas akhir-akhir ini dan menjadi perhatian dunia. Konflik tersebut dipicu oleh kedatangan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, Nancy Pelosi yang berkunjung ke Taiwan awal Agustus ini.

Hal tersebut pun memicu Beijing untuk menggelar parade latihan militer besar-besaran yang dimulai sejak 4 Agustus 2022. Rudal-rudal pun ditembakkan oleh Tiongkok saat parade latihan militer tersebut yang menyasar ke bagian wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan Taiwan.

Beberapa rudal yang ditembakkan bahkan terjatuh di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) wilayah Jepang membuat pemerintahan Jepang khawatir.

Konflik ini diprediksi akan memberikan kerugian dalam skala besar bagi banyak pihak dan dapat mengubah tatanan sistem geopolitik dunia, bahkan kerugian internal dari kedua negara juga dipastikan akan sangat besar.

Ketegangan antara kedua negara tersebut tentunya memiliki dampak bagi Indonesia. Para ekonom pun memprediksi dampak ke Indonesia bisa lebih dahsyat ketimbang invasi Rusia dan Ukraina saat ini.

"Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok dengan Taiwan, tentunya berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia," ujar CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

"Pemerintah perlu mewaspadai kondisi ini karena dapat mempengaruhi arus perdagangan di mana Tiongkok dan Taiwan merupakan mitra perdagangan penting Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impor," lanjut diia.

Dalam hal ini, lanjut Johanna, pemerintah perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, misalnya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga mengurangi ketergantungan pada China.

"Termasuk menjajaki potensi pasar luar negeri lainnya seperti India dan juga beberapa negara lainnya," ungkap Johanna.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hubungan Dagang

Indonesia memiliki hubungan dagang lebih besar dengan Tiongkok dan Taiwan ketimbang dengan Rusia dan Ukraina.

Tiongkok dan Taiwan merupakan tujuan ekspor tradisional Indonesia dengan masing-masing 21 persen dan 11 persen dari total ekspor, yang artinya 32 persen atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan juga berpotensi untuk menurunkan surplus neraca dagang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tiongkok merupakan negara terbesar tujuan ekspor non-migas senilai USD 5,09 miliar.

Tiongkok juga merupakan pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari - Juni 2022 senilai USD 32,08 miliar atau setara 33,17 persen dari total impor.

Sementara itu, ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar USD 6,9 miliar yang didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar USD 2,7 miliar, dan Bahan Bakar Mineral (HS 27) mencapai USD 1,8 miliar.

Sedangkan untuk impor Indonesia dari Taiwan mencapai USD 4,4 miliar dan didominasi oleh impor mesin dan peralatan listrik yang mencapai USD 1,5 miliar.

Sebelumnnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, memastikan pemerintah akan terus memantau risiko dari ketegangan politik antara Tiongkok dengan Taiwan.

Ia khawatir ketegangan kedua negara itu ikut mendongkrak harga komoditas global, serta mengganggu pemulihan ekonomi di berbagai negara. Tidak hanya itu, konflik tersebut juga berdampak terhadap mobilitas perdagangan dan juga investasi Indonesia.

 

3 dari 4 halaman

Hubungan China dan Taiwan Masih Panas, Pejabat AS dari Indiana Justru Lakukan Kunjungan Lagi

Gubernur Indiana tiba di Taipei pada Minggu (21 Agustus), menjadi pejabat AS terbaru yang mengunjungi Taiwan dan menentang tekanan dari China agar perjalanan semacam itu tidak terjadi.

Dilansir Channel News Asia, Senin (22/8/2022), China, yang mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri meskipun ada keberatan keras dari pemerintah Taipei, telah melakukan latihan perang dan latihan di dekat Taiwan sejak Ketua DPR AS Nancy Pelosi melakukan kunjungan dua hari ke Taipei awal bulan ini.

Pekan lalu kelompok kedua anggota parlemen AS mengunjungi Taiwan.

Gubernur Eric Holcomb mentweet bahwa dia juga akan mengunjungi Korea Selatan, sementara kantor kepresidenan Taiwan mengatakan dia akan bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen pada Senin pagi.

"Saya bersemangat untuk menghabiskan minggu ini membangun hubungan baru, memperkuat hubungan lama dan memperkuat kemitraan sektor utama dengan Taiwan dan Korea Selatan," cuit Holcomb.

Dia menyebut kunjungannya ke Taiwan dan Korea Selatan sebagai "perjalanan pembangunan ekonomi", dengan mengatakan dia adalah gubernur AS pertama yang datang ke Taiwan sejak pandemi COVID-19 dimulai lebih dari dua tahun lalu.

"Delegasi kami akan menghabiskan minggu ini untuk bertemu dengan pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, dan institusi akademik untuk lebih memperkuat hubungan ekonomi, akademik, dan budaya Indiana dengan Taiwan dan Korea Selatan," cuit Holcomb.

4 dari 4 halaman

China Belum Respons

Tidak ada tanggapan segera dari China atas kedatangannya.

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan Holcomb juga akan bertemu dengan perwakilan dari perusahaan semikonduktor Taiwan, meskipun tidak memberikan rincian, dan akan menandatangani berbagai nota kesepahaman perdagangan dan teknologi.

Taiwan adalah rumah bagi pembuat chip kontak terbesar di dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC), yang sedang membangun pabrik senilai US$12 miliar di negara bagian Arizona, AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.