Sukses

Arab Saudi Bakal Kurangi Produksi, Harga Minyak Dunia Langsung Naik

Harga minyak melonjak lebih dari USD 3 per barel pada hari Selasa setelah Arab Saudi melontarkan gagasan pengurangan produksi

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak lebih dari USD 3 per barel pada hari Selasa setelah Arab Saudi melontarkan gagasan pengurangan produksi OPEC+ untuk mendukung harga dan dengan prospek penurunan persediaan minyak mentah AS.

Menteri energi Saudi mengatakan OPEC+ memiliki sarana untuk menghadapi tantangan termasuk pemotongan produksi. Kantor berita negara SPA mengatakan pada hari Senin, mengutip komentar yang dibuat Abdulaziz bin Salman kepada Bloomberg.

Dikutip dari CNBC, Rabu (24/8/2022), patokan global harga minyak mentah Brent naik 3,88 persen menjadi USD 100,22 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS mengakhiri hari dengan USD 3,38, atau 3,7 persen, lebih tinggi pada USD 93,74 per barel.

"Sebagian besar dorongan di balik kekuatan hari ini didorong oleh komentar dari Arab Saudi yang menyinggung kemungkinan penurunan produksi dalam upaya untuk 'menstabilkan' pasar," kata Jim Ritterbusch dari perusahaan penasihat perdagangan minyak Ritterbusch and Associates. “Tentu saja, dari perspektif Saudi, harga stabil sama dengan harga tinggi dan ketidakstabilan sama dengan harga rendah,” katanya.

Dalam komentar yang dilaporkan pada hari Senin, menteri Saudi mengatakan pasar kertas dan minyak fisik telah menjadi "terputus".

Namun, sembilan sumber OPEC mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa bahwa pengurangan produksi OPEC+ mungkin tidak akan segera terjadi dan akan bertepatan dengan kembalinya Iran ke pasar minyak jika Teheran mencapai kesepakatan nuklir dengan Barat.

Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa Iran telah membatalkan beberapa tuntutan utamanya untuk menghidupkan kembali kesepakatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Naik di 2022

Minyak telah melonjak pada tahun 2022, mendekati pada bulan Maret ke level tertinggi sepanjang masa USD 147 setelah invasi Rusia ke Ukraina memperburuk kekhawatiran pasokan. Kekhawatiran tentang resesi global, kenaikan inflasi dan permintaan yang lebih lemah telah membebani harga.

Sementara harga berjangka Brent telah turun tajam dari harga tertinggi tahun ini, struktur pasar dan perbedaan harga di pasar minyak fisik masih menunjukkan keterbatasan pasokan.

Menggarisbawahi ketatnya pasokan, laporan mingguan terbaru dari persediaan AS diperkirakan akan menunjukkan penurunan 1,5 juta barel dalam stok minyak mentah. Yang pertama dari dua laporan minggu ini keluar pada 2030 GMT dari American Petroleum Institute.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.