Sukses

Optimalisasi Fungsi Terminal, Kemenhub Terapkan Konsep Mixed Use

Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menerapan konsep Mixed Use untuk mengoptimalkan fungsi dari terminal.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 telah menurunkan secara drastis jumlah pengguna transportasi di Tanah Air. Tidak ingin infrastruktur yang telah dibangun dengan megah menjadi sia-sia tidak terpakai, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menerapan konsep Mixed Use untuk mengoptimalkan fungsi dari terminal.

Diakui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno bahwa Pandemi Covid-19 telah meluluhlantahkan semua sendi perekonomian, termasuk transportasi di dalamnya, yang menyebabkan turunnya jumlah penumpang sehingga membuat sepi terminal dan semua sektor pendukungnya.

Untuk ini pihaknya berusaha mengaktifkan kembali aktivitas di terminal dengan membuat sebuah terobosan yang juga diharapkan dapat berdampak pada perekonomian masyarakat disekitarnya.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Perhubungan bahwa saat ini terminal harus multi fungsi selain ruang tunggunya nyaman, toilet bersih, dan fungsi pelayanan transportasi daratnya berjalan dengan baik. Dan kita pun berusaha menerjemahkannya dengan konsep mixed use terminal. Dan alhamdulliah saat ini sudah terlihat hasilnya, di mana banyak masyarakat yang kembali menggunakan terminal,” kata Hendro.

Ia juga menjelaskan yang dimaksud multi fungsi atau yang biasa disebut mixed use adalah pengoptimalan bagian-bagian lain dari terminal untuk aktivitas masyarakat tanpa mengurangi fungsi utama terminal yaitu naik dan turun penumpang dengan bus menuju tempat yang diinginkan.

Hendro juga menjelaskan bahwa gagasan mixed use dalam terminal ini adalah upaya Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat untuk mengoptimalkan fungsi dari terminal yang pada saat pandemi Covid-19 lalu mengalami penurunan aktivitas naik dan turun penumpang. Terlebih lagi, beberapa terminal yang dibangun oleh Pemerintah berukuran cukup luas.

“Konsep mixed use juga dirancang untuk mengoptimalkan lahan yang ada di terminal dikarenakan pada awal dahulu Pemerintah menginginkan jika terminal sama rapi dan bagusnya dengan bandar udara. Selain itu apa yang kita lakukan ini untuk memberi masukan kepada negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisa Jadi Tempat Konser

Pada kesempatan terpisah, Direktur Prasarana Transportasi Jalan, Popik Montanasyah juga menjelaskan selain diterpa oleh Pandemi Covid-19, kemajuan teknologi dan kemudahan akses mendapat kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga menurunkan kegiatan masyarakat menggunakan bus dan terminal serta fasilitas pendukungnya lainnya. Tidak ingin terminal ditinggal oleh para penggunanya, maka pihaknya merumuskan mixed use terminal ini dengan tiga fungsi di dalamnya.

“Pertama, fungsi utamanya adalah terminal itu sendiri sebagai Hub. Kedua, fungsi ekonomi atau komersial. Dan ketiga, fungsi layanan masyarakat. Untuk fungsi yang terakhir adalah kami akan memberikan space bagi Pemerintah Daerah untuk membuka layanan perpanjang perizinan kepada warganya. Seperti Samsat, Dukcapil, dan lainnya,” katanya.

Popik juga menjelaskan terminal yang pertama menggunakan konsep tersebut adalah Terminal Dhaksinarga Gunung Kidul, Yogyakarta. Dengan penerapan konsep mixed use terminal yang dikerjasamakan dengan Pemerintah Daerah maka ekosistem menjadi tumbuh dan perekonomian mulai bergerak. Hal ini terbukti adanya toko UMKM dan kafe yang buka di sana untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang.

Selanjutnya, tambahnya, adalah Terminal Mangkang di Semarang. Jika dilihat terminal ini cukup jauh dari pusat kota, sekitar 17 Km. Tidak ingin bangun ini terbengkalai dan menjadi sisa-sisa maka konsep mixed use terminal inipun diterapkan. Dengan dukungan dari Pemerintah Kota Semarang yang akan membuka 30 pelayanan publik di Terminal Tipe A maka perekonomian di terminal tersebut mulai tumbuh.

“Dari data yang ada Terminal Mangkang yang awalnya tidak disinggahi oleh bus maka saat ini sudah 380 bus PO yang menaikkan dan menurunkan penumpang, dengan rata-rata satu bus membawa 10 penumpang. Itu sudah luar biasa. Ini semua berkat perjuangan dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah X dan Kepala Terminal Mangkang yang secara berkala membuat kegiatan di terminal tersebut,” kata Popik.

Dan yang terakhir, jelaskan Popik adalah Terminal telah berhasil menggunakan konsep mixed use adalah terminal Tirtonadi, Solo. Dimana, ketiga fungsinya yang dicanangkan telah berhasil dilakukan.

Bahkan pada event Asean Para Games 2022 dengan cabang Yudo dilakukan di terminal tersebut dan yang terakhir adalah konser musik God Bless yang diselanggarakan Convention Hall Terminal Tirtonadi yang dihadir oleh 500 orang penonton.

“Bahkan hingga Desember mendatang Convention Hall telah padat dengan beragam acara dan kegiatan setiap weekend dan weekdaynya,” katanya.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Kegiatan Pendidikan

Dijelaskan Popik bahwa penerapan konsep mixed use terminal ini tidak hanya untuk penyelenggaran kegiatan hiburan semata. Di beberapa daerah ini juga dikerjasamakan untuk kegiatan pendidikan dan sosial.

Seperti di Terminal Anak Air Padang. Untuk mengoptimalkan terminal ini maka Dinas Pendidikan kota Padang membuka kantor di terminal tersebut untuk memberikan layanan. Dan Universitas Andalah yang akan membuka Rumah Sakit.

“Selain itu, ada Terminal Gambut Barakat di Banjar Kalimantan Selatan yang saat ini mengalami peningkatan jumlah bus dan penumpang setelah dikerjasamakan dengan Universitas Islam Kalimantan (Uniska) yang membuka kampus di terminal tersebut,” tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini