Sukses

Rupiah Berpeluang Kembali Lesu pada Jumat 19 Agustus 2022

Rupiah kembali melemah pada perdagangan Kamis (18/8/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Kamis, 18 Agustus 2022, Rupiah harus ditutup melemah 68 poin walaupun sempat melemah 80 poin di level Rp 14.836. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.768.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 19 Agustus 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.820 hingga Rp 14.870,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (18/8/2022).

Sentimen Internal

Ibrahim menjelaskan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada tahun depan. Ekonomi RI diprediksi tetap tumbuh, meskipun perekonomian dunia dihantui krisis. 

“Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2023, belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.041,7 triliun dan pendapatan negara diproyeksikan sebesar Rp 2 443,6 triliun,” ujar dia.

Dengan demikian, defisit APBN diproyeksikan mencapai 2,58 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pemerintah mulai melakukan normalisasi dengan menetapkan target defisit kembali ke level pra-pandemi Covid-19, di bawah 3 persen. 

Presiden Joko Widodo menyampaikan tantangan yang akan dihadapi perekonomian dunia ke depan sangat berat. Krisis kesehatan yang belum selesai akibat pandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina menyebabkan terjadinya krisis pangan, krisis energi, bahkan krisis keuangan. 

Pidato kenegaraan yang disampaikan oleh Jokowi terkesan optimistis, terutama dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh 5,3 persen di tengah perlambatan ekonomi global. Semisal, harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (ICP) diperkirakan sebesar USD 90 atau sekitar Rp 1,3 juta. 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Eksternal

Di samping itu, terdapat kontradiksi di mana pembangunan infrastruktur menjadi fokus utama pemerintah tahun depan. Padahal, kenaikan inflasi masih menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.  

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi tahunan Indonesia hingga Juli 2022 sudah menembus 4,94 persen. Angka ini merupakan capaian inflasi tertinggi sejak Oktober 2015. 

Selain itu, defisit APBN yang akan diturunkan ke bawah 3 persen juga menjadi tantangan. Sementara pembangunan infrastruktur menjadi prioritas. Pemberian subsidi juga diperkirakan masih tinggi.

Sentimen Eksternal

Di sisi lain, Dolar AS  menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve Juli menunjukkan pejabat Fed khawatir bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga terlalu jauh sebagai bagian dari komitmennya untuk mengendalikan inflasi.

Sekilas perdebatan yang muncul di bank sentral, "banyak" peserta mencatat risiko The Fed "dapat memperketat sikap kebijakan lebih dari yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga," fakta yang mereka katakan membuat sensitivitas terhadap data yang masuk semua yang lebih penting, menit menunjukkan.

Itu terjadi setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada pertemuan Juli dampak kenaikan suku bunga Fed hingga saat ini masih membangun dalam perekonomian, dan tergantung pada bagaimana inflasi merespons dalam beberapa bulan mendatang yang dapat memungkinkan bank sentral untuk mulai memperlambat laju inflasi. tingkat meningkat.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Rupiah Langsung Melemah Usai Rilis Notulensi The Fed

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada Kamis pagi ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi usai dirilisnya notulen rapat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve ( The Fed).

Pada Kamis (18/8/2022) pagi, kurs rupiah melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.786 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.768 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa tertekan lagi terhadap dolar AS hari ini karena sentimen The Fed," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara. 

Ariston menyampaikan, notulen rapat The Fed yang dirilis dini hari tadi mengungkapkan keinginan bank sentral untuk melihat inflasi AS turun secara signifikan.

Menurut Ariston, hal itu berarti The Fed masih akan mendorong kebijakan kenaikan suku bunga acuannya ke depan.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

"Indikasi ini bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah hari ini," ujar Ariston.

Selain itu perlambatan ekonomi China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua karena lockdown akibat pandemi COVID-19, sebagaimana rilis data ekonomi China pada awal pekan lalu, juga dinilai bisa menjadi sentimen negatif ke pasar.

"Di sisi lain penurunan harga minyak mentah dunia mungkin bisa menjadi katalis positif untuk rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan melemah ke kisaran level 14.800 per dolar AS dan level support 14.740 per dolar AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.