Sukses

Mendag Luruskan Pernyataan Mentan soal Harga Mie Instan Naik 3 Kali Lipat

Mendag Zulkifli Hasan menyinggung pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo uang yang mengatakan ada kenaikan harga tiga kali lipat terhadap makanan berbahan dasar gandum hingga terigu seperti mie instan.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berharap harga terigu dapat turun pada periode September atau Oktober. Dia menampik terkait lonjakan harga sampai tiga kali lipat terhadap makanan yang berbahan dasar terigu.

"Terigu memang dalam beberapa bulan ini naik sedikit, tapi mudah-mudahan September-Oktober turun, kalau naik 3 kali lipat, 300 persen, enggak," kata Zulkifli usai meninjau di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Kamis (18/8).

Zulkifli pun menyinggung pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo uang yang mengatakan ada kenaikan harga tiga kali lipat terhadap makanan berbahan dasar gandum hingga terigu.

Menurut Mendag, esensi dari pernyataan tersebut agar Indonesia memanfaatkan hasil pertanian dari negara sendiri, seperti ketela, singkong, sagu, dan porang. Sebab, imbuhnya, terigu dan gandum yang dikonsumsi masyarakat Indonesia didominasi hasil ekspor.

"Menteri Pertanian memberi semangat agar kita jangan terigu terus, kan kita punya makanan ketela, singkong, sagu, porang, kita punya sendiri karena bagaimanapun kalau terigu kita impor," ucapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mentan Sebut Harga Mie Bisa Naik 3 Kali Lipat

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap harga mi instan akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu dekat. Menyusul kondisi tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina.

Dia menuturkan, kondisi tersebut menjadi salah satu dampak perang antara Rusia dan Ukraina yang belum selesai. Ditambah kondisi konektivitas logistik yang tertahan di banyak negara.

"Belum selesai dengan climate change kita dihadapkan perang Ukraina dan Rusia, di mana di sana gandum tertimbun 180 juta ton, ndak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum besok harganya (naik) 3 kali lipat itu," kata dia mengutip webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Selasa (9/8).

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Harga Mie Instan Naik, Kedubes Inggris: Rusia yang Bertanggung Jawab

Kedutaan Besar Inggris di Jakarta mengingatkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas melonjaknya harga gandum. Hal itu disebut berdampak kepada masyarakat miskin dan melonjaknya harga mie instan. 

Rusia juga dianggap melanggar perjanjian dengan kembali menyerang jalur logistik Ukraina, sehingga mempersulit pengiriman gandum. 

Menurut pernyataan Kedubes Inggris di Jakarta, Jumat (29/7/2022), pekan lalu Rusia kembali menyerang pelabuhan Odesa di Ukraina. Serangan dilancarkan pada 22 Juli, yakni 24 jam setelah menyetujui kesepakatan untuk memungkinkan dimulainya kembali ekspor melalui perairan Ukraina di Laut Hitam.

Dua rudal Rusia menghantam infrastruktur pelabuhan dan dua ditembak jatuh oleh pertahanan udara Ukraina.

"Rusia bertanggung jawab atas penghentian ekspor gandum Ukraina; Rusia memegang kendali untuk ekspor ini agar dapat dimulai kembali. Sangat mengenaskan sekali bahwa hanya sehari setelah mencapai kesepakatan, Rusia meluncurkan serangan rudal di pelabuhan Odessa. Rusia harus menerapkan perjanjiannya dan mengizinkan ekspor yang aman dari Ukraina; dunia akan menyaksikan," ujar Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn.

Calon kuat perdana menteri Inggris, Liz Truss, menyatakan serangan Rusia sebagai hal biadab. 

"Invasi biadab Putin ke Ukraina berarti beberapa orang termiskin dan paling rentan di dunia berisiko tidak memiliki apa pun untuk dimakan. Sangat penting bahwa gandum Ukraina bisa mencapai pasar makanan internasional, dan kami memuji Turki dan Sekretaris Jenderal PBB atas upaya mereka untuk memediasi perjanjian ini," ujar Liz Truss yang kini menjabat sebagai menteri luar negeri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.