Sukses

Harga Minyak Mentah Turun Terbebani Pelemahan Ekonomi China

Pelemahan data ekonomi China ini semakin membebani harga minyak mentah setelah sebelumnya juga ada sentimen dari kekhawatiran akan resesi global.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah turun lebih dari USD 4 per barel pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak hari ini karena terbebani kekhawatiran turunnya permintaan karena data ekonomi China yang dirilis mengecewakan investor.

Pelemahan data ekonomi China ini semakin membebani harga minyak mentah setelah sebelumnya juga ada sentimen dari kekhawatiran akan resesi global.

Mengutip CNBC, Selasa (16/8/2022), harga minyak mentah berjangka Brent mengakhiri perdagangan dengan 3,1 persen lebih rendah pada ke level USD 95,10 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 2,9 persen lebih rendah di level USD 89,41 per barel.

Open interest minyak mentah Brent bulan ini turun 20 persen dari Agustus tahun lalu.

“Open interest masih turun, dengan beberapa pelaku pasar tidak tertarik untuk menyentuhnya karena volatilitas. Itulah, dalam pandangan saya membuat harga minyak bergerak lebih rendah, ”kata analis minyak UBS Giovanni Staunovo.

Ia melanjutkan, pemicu penurunan pada perdagangan hari Senin adalah data China yang lemah.

Bank sentral China, memangkas suku bunga pinjaman untuk menghidupkan kembali permintaan karena data menunjukkan ekonomi melambat secara tak terduga pada Juli.

China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia. Saat ini aktivitas pabrik dan ritel negara tersebut tertekan oleh kebijakan nol-COVID Beijing dan krisis properti.

Bank ING memangkas perkiraan untuk pertumbuhan PDB China 2022 menjadi 4 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4 persen. Hal ini menjadi peringatan lebih lanjut bahwa penurunan ekonomi yang lebih dalam mungkin terjadi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesepakatan Nuklir Iran

Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 juga menjadi fokus para investor pada perdagangan minyak mentah di hari Senin.

Para analis melihat bahwa pasokan minyak bisa meningkat jika Iran dan Amerika Serikat (AS) menerima tawaran dari Uni Eropa, yang akan menghapus sanksi terhadap ekspor minyak Iran.

Iran akan menanggapi pada tengah malam pada hari Senin untuk rancangan teks final Uni Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015.

Menteri Luar Negeri Iran menyerukan Amerika Serikat untuk menunjukkan fleksibilitas untuk menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Harga minyak anjlok sekitar 2 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) di tengah ekspektasi bahwa gangguan pasokan di Teluk Meksiko AS dalam jangka pendek. Sementara kekhawatiran resesi mengaburkan prospek permintaan minyak.

Dikutip dari CNBCM, Sabtu (13/8/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,47 atau 1,5 persen menjadi USD 98,13 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,08 atau 2,2 persen menjadi USD 92,26 per barel. 

Kedua harga patokan minyak dunia ini naik lebih dari 2 persen pada hari Kamis kemarin.

“Kami mundur sedikit setelah kenaikan besar kemarin,” kata Analis Price Futures Phil Flynn.

Brent berada di jalur untuk kenaikan 3,5 persen minggu ini setelah penurunan 14 persen minggu lalu di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan inflasi dan suku bunga akan memukul pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar. WTI berada di jalur untuk kenaikan 3,7 persen.

Pada hari Kamis, produsen minyak utama Teluk Meksiko AS Shell mengatakan menghentikan produksi di tiga platform laut dalam di wilayah tersebut. Ketiga anjungan tersebut dirancang untuk memproduksi 410.000 barel minyak per hari.

Pasar juga menyerap pandangan permintaan yang kontras dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA).

“Kami melihat perlambatan ekonomi, tetapi tidak jelas apakah itu perlambatan sebesar yang diprediksi oleh beberapa pandangan baru-baru ini,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.