Sukses

Rupiah Berpeluang Lanjutkan Koreksi pada 16 Agustus 2022

Rupiah melemah terhadap dolar AS pada Senin, 15 Agustus 2022 di tengah Bank Sentral China pangkas biaya pinjaman.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat susut 73 poin pada penutupan perdagangan Senin, 15 Agustus 2022. Pada 15 Agustus 2022, meski sempat melemah 80 poin ke posisi Rp 14.741 dari penutupan sebelumnya 14.668 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.720-Rp.800,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dikutip dari keterangan tertulis, Senin (15/8/2022).

Adapun sentimen yang pengaruhi awal pekan ini, dari eksternal menyebutkan, dolar Amerika Serikat inggi diperdagangan Senin, setelah serangkaian data baru yang mengecewakan dari China, mitra dagang utama, serta  People's Bank of China secara tak terduga menurunkan biaya pinjaman untuk pinjaman kebijakan jangka menengah dan alat likuiditas jangka pendek untuk kedua kalinya. tahun ini, sebesar 10 basis poin menjadi 2,75 persen

Data ekonomi yang dirilis Senin sebelumnya menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi China secara tak terduga melambat pada Juli, karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk melepaskan pukulan terhadap pertumbuhan pada kuartal kedua dari pembatasan ketat COVID.

Output industri tumbuh 3,8 persen pada  Juli dari tahun sebelumnya, dengan tingkat pertumbuhan di bawah perkiraan kenaikan 4,6 persen, sementara penjualan ritel naik 2,7 persen dari tahun lalu, meleset dari perkiraan untuk pertumbuhan 5, persen dan pertumbuhan 3,1 persen yang terlihat di bulan Juni.

“Data inflasi AS lebih lemah dari yang diperkirakan pekan lalu memicu harapan investor bahwa bank sentral dapat mengurangi kembali pengetatan agresifnya, bahkan ketika sejumlah pembuat kebijakan Fed tampaknya ingin melanjutkan retorika hawkish,” ujar dia.

Analis akan mempelajari risalah pertemuan terbaru the Fed, yang akan dirilis pada hari Rabu, untuk petunjuk lebih lanjut tentang pemikiran pembuat kebijakan, sementara data penjualan ritel pada Jumat akan memberikan beberapa wawasan baru tentang kesehatan ekonomi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Domestik

Dari sentimen domestik, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) masih mencetak surplus pada Juli 2022.  Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada bulan tersebut sebesar USD 4,23 miliar. Lebih besar dibandingkan konsensus pasar yang memprediksi Surflus Neraca Perdagangan pada Juli sebesar USD 3,81 miliar.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan surplus Juni 2022 yang sebesar US$ 5,09 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan negara kita periode Januari-Juli 2022 sebesar USD 29,17 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah berlangsung selama 27 bulan berturut-turut atau sejak Mei 2020.

Surplus dagang tersebut diperoleh dari nilai ekspor barang pada Juli 2022 tercatat USD 25,57 miliar atau turun 2,20 persen  (MtM). Sedangkan secara tahunan naik 32,03 persen (YoY). Sementara nilai impor Indonesia pada Juli lalu tercatat USD21,35 miliar, naik 1,64 persen (MoM) dan naik 39,86 persen ( YoY).

Pada pertengahan Juni, pemerintah mengeluarkan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya. Kebijakan tersebut berlaku dari 14 Juni 2022 hingga 31 Juli 2022. Program flush out membuat harga CPO sempat ambruk karena melimpahnya pasokan. Namun, perlahan-lahan harga CPO kembali membaik.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kontribusi Ekspor CPO

Menyusutnya surplus NPI disebabkan oleh melandainya harga komoditas unggulan yaitu harga minyak sawit mentah ( CPO). Merujuk pada data Refinitiv, harga CPO pada Juli rata-rata ada di kisaran MYR 3.940/ton, jauh lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat MYR 5.473 per ton.

Merujuk data BPS, CPO dan produk turunannya berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Indonesia. Naik turunnya harga CPO tentu berdampak besar kepada kinerja ekspor.

Ekspor Indonesia terbantu oleh program flush out ekspor CPO. Program tersebut diperkirakan melambungkan volume ekspor CPO Indonesia pada Juli, dengan volume yang melonjak. Ditambah harga batu bara yang masih tinggi di USD 350,  trade balance masih bisa stabil di USD 5 miliar.

Pada pertengahan Juni, pemerintah mengeluarkan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya. Kebijakan tersebut berlaku dari 14 Juni 2022 hingga 31 Juli 2022. Program flush out membuat harga CPO sempat ambruk karena melimpahnya pasokan. Namun, perlahan-lahan harga CPO kembali membaik.

 

 

4 dari 4 halaman

Rupiah Kembali Melemah

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah pada Senin lagi ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).

Pada Senin pagi, 15 Agustus 2022, rupiah melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.685 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.668 per dolar AS.

"Naiknya dolar AS karena sentimen kenaikan suku bunga The Fed di bulan September mendatang," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dikutip dari Antara.

Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell, menyebutkan akan menghentikan kebijakan moneter yang terlalu agresif setelah kenaikan sebesar 75 basis poin pada Juni dan Juli lalu.

Kendati demikian, beberapa pejabat The Fed terus menyuarakan dukungan kenaikan suku bunga agresif pada pertemuan September mendatang.

Dukungan itu berlanjut dari pernyataan Mary Daly di akhir pekan lalu, terlepas dari laporan inflasi AS yang menunjukkan penurunan.

Beberapa pengamat berpendapat bahwa para pejabat The Fed mencoba untuk mempertahankan tingkat inflasi tetap turun dengan langkah kenaikan suku bunga, dan tidak merasa menang dengan turunnya laporan inflasi tersebut.

Saat ini, 63,5 persen pelaku pasar menempatkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin, dan 36,5 persen berekspektasi kenaikan sebesar 75 basis poin pada kebijakan The Fed September nanti.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.