Sukses

Sri Mulyani: Yang Perlu Kita Waspadai Inflasi

Bendahara negara ini menuturkan saat ini inflasi yang disebabkan harga pangan telah mencapai 11,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan pemerintah perlu mewaspadai kenaikan inflasi di dalam negeri. Utamanya inflasi yang didorong kenaikan harga pangan dan harga energi yang ditetapkan pemerintah.

"Yang perlu kita waspadai dari Indonesia adalah inflasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, APBN KiTa, Jakarta Pusat, Kamis (11/8).

Bendahara negara ini menuturkan saat ini inflasi yang disebabkan harga pangan telah mencapai 11,5 persen. Padahal dari sisi fiskal, pemerintah telah berupaya untuk menekan laju inflasi pangan.

"Melalui kebijakan subsidi dan juga dari sisi makanan dilakukan langkah-langkah dari pemerintah untuk mengamankan sektor pangan," kata dia.

Sementara itu inflasi dari harga yang telah ditetapkan pemerintah tidak bisa lagi dikendalikan. Meskipun harga BBM pertalite, solar, LPG 3 kilogram dan listrik masih ditahan, namun hal ini tidak bisa menghindarkan terjadinya kenaikan inflasi.

Sektor transportasi seperti tiket pesawat tetap mengalami kenaikan. "Sehingga ini terlihat dari inflasi pada sisi administered price di 6,5 persen," kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, inflasi di sektor energi ini berdampak pada beberapa barang yang tarifnya diatur pemerintah. Pemerintah pun telah menggelontorkan anggaran hingga Rp 502,4 triliun untuk membayar subsidi dan kompensasi energi tahun ini.

Namun tetap saja pemerintah masih kewalahan meredam lonjakan harga global agar tidak berdampak ke tingkat masyarakat.

"(Inflasi dari) energi kemudian diterjemahkan dalam beberapa barang-barang yang diatur tarifnya oleh pemerintah atau harganya, namun tidak semuanya bisa kita tahan," kata dia.

Di sisi lain, inflasi inti yang per Juli 2022 berada di level 2,9 persen. Hal ini menunjukan adanya tren pemulihan ekonomi yang semakin kuat dari permintaan. Tercermin dari konsumsi dan kinerja ekspor yang meningkat, termasuk investasi mengalami tren pemulihan.

"Inilah yang jadi perhatian Bank Indonesia terutama pada pengelolaan inflasi di Indonesia. Faktor-faktor yang mengkontribusi atau memberikan sumbangan terhadap inflasi dan respons kebijakan, terutama dari sisi moneter," tuturnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa di tengah memburuknya perekonomian global, Indonesia justru berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi 5,44 persen per kuartal II 2022. "Di tengah cuaca dan suasana serba cerita dunia yang tidak baik ini, perekonomian Indonesia pada kuartal II menunjukkan kinerja yang sangat impresive," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (11/8/2022). Sri Mulyani menyebut, banyak negara di kuartal II sudah mulai mengalami koreksi ke bawah. Ada Italia yang kuartal II nya hanya tumbuh 4,2 persen. Itu menurun tajam dari kuartal I yang tumbuh 6,2 persen. Kemudian, Prancis kuartal II hanya tumbuh 4,2 persen turun dari 4,8 persen. Sementara, Indonesia di angka 5,44 persen naik dari kuartal I 2022 yang hanya 5 persen. "Negara lain koreksinya cukup tajam dikuartal II tumbuhnya 1,6 persen, itu melemah tajam dibanding kuartal I yang sebesar 3,5 persen," ujarnya Selanjutnya disusul, China kuartal II hanya tumbuh 0,4 persen dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 4,8 persen. Sama halnya, Jerman kuartal II-nya hanya tumbuh 1,4 persen dari yang tadinya 3,6 persen di kuartal I-2022. "Ini menggambarkan resiko ini sudah mulai terlihat di dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang cukup besar dan pengaruhnya terhadap dunia juga cukup besar," ujarnya. Di sisi lain kalau dlihat dari PDB riil-nya, Indonesia itu sudah mencapai 7,1 persen diatas situasi sebelum covid-19. Artinya Indonesia sudah jauh diatas kondisi sebelum covid-19. "Artinya pemulihan sudah memulihkan seluruh pelemahan ekonomi dan GDP pada 2 tahun terakhir ini. Kita lihat Indonesia, Saudi Arabia, Singapura yang sudah diatas. Italia belum mencapai pre-covid-19 level, Meksiko, Jerman juga belum," pungkas Sri Mulyani. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa di tengah memburuknya perekonomian global, Indonesia justru berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi 5,44 persen per kuartal II 2022.

"Di tengah cuaca dan suasana serba cerita dunia yang tidak baik ini, perekonomian Indonesia pada kuartal II menunjukkan kinerja yang sangat impresive," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (11/8/2022).

Sri Mulyani menyebut, banyak negara di kuartal II sudah mulai mengalami koreksi ke bawah. Ada Italia yang kuartal II nya hanya tumbuh 4,2 persen. Itu menurun tajam dari kuartal I yang tumbuh 6,2 persen.

Kemudian, Prancis kuartal II hanya tumbuh 4,2 persen turun dari 4,8 persen. Sementara, Indonesia di angka 5,44 persen naik dari kuartal I 2022 yang hanya 5 persen.

"Negara lain koreksinya cukup tajam dikuartal II tumbuhnya 1,6 persen, itu melemah tajam dibanding kuartal I yang sebesar 3,5 persen," ujarnya

Selanjutnya disusul, China kuartal II hanya tumbuh 0,4 persen dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 4,8 persen. Sama halnya, Jerman kuartal II-nya hanya tumbuh 1,4 persen dari yang tadinya 3,6 persen di kuartal I-2022.

"Ini menggambarkan resiko ini sudah mulai terlihat di dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang cukup besar dan pengaruhnya terhadap dunia juga cukup besar," ujarnya.

Di sisi lain kalau dlihat dari PDB riil-nya, Indonesia itu sudah mencapai 7,1 persen diatas situasi sebelum covid-19. Artinya Indonesia sudah jauh diatas kondisi sebelum covid-19.

"Artinya pemulihan sudah memulihkan seluruh pelemahan ekonomi dan GDP pada 2 tahun terakhir ini. Kita lihat Indonesia, Saudi Arabia, Singapura yang sudah diatas. Italia belum mencapai pre-covid-19 level, Meksiko, Jerman juga belum," pungkas Sri Mulyani.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

 

3 dari 4 halaman

BI: Pertumbuhan Ekonomi RI 5,44 Persen, tapi Belum Pulih Benar

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal II 2022 yang tumbuh 5,44 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Dia mensyukuri capaian tersebut, tapi menurutnya itu masih belum cukup.

"Alhamdulillah ekonomi kita bisa tumbuh sangat tinggi, 5,44 persen. Tapi ini belum pulih, karena rakyat baru mulai semego, baru (bisa) mulai makan enak setelah Ramadhan kemarin," ujar Perry dalam acara kick off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Rabu (10/8/2022).

"Sebelumnya belum bisa makan enak karena Covid-19. Ini kalo Boso Jowonyo sudah sehat, sedang semego, sedang senang-senangnya makan, tapi belum pulih bener," sebut dia.

Pendapat itu diutarakannya lantaran kondisi global saat ini sedang tidak baik-baik saja. Meski tidak terkena imbas langsung, namun masyarakat Indonesia tetap kesulitan akibat kenaikan harga pangan dan energi.

Kondisi tersebut turut berdampak terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi, seperti yang sudah terjadi di berbagai negara besar dunia.

"Tapi Alhamdulillah, ekonomi kita tumbuh tinggi, 5,44 persen itu harus disyukuri. China tahun ini hanya tumbuh 3,3 persen. Negara-negara lain lebih rendah. Mari kita bersyukur 5,44 persen ini," kata Perry.

Perkara selanjutnya yang patut diwaspadai yakni inflasi. Adapun Indonesia mencatat tingkat inflasi 4,94 persen per Juli 2022. Lonjakan tertinggi disebabkan dengan adanya inflasi pangan.

"Yang paling tinggi inflasi ini, kita pecah kalau inflasi pangan, 10,47 persen. Mustinya inflasi pangan itu tidak boleh lebih dari 5 persen, paling tinggi 6 persen. Inflasi Pangan itu masalah perut, masalah rakyat, dan itu langsung ke sejahtera," tuturnya.

 

4 dari 4 halaman

Menuju Negara Maju di 2045, Pertumbuhan Ekonomi RI Wajib 6 Persen per Tahun

Sebelumnya, Indonesia di tahun 2045 memiliki target yaitu menjadi negara maju. Pada saat itu Indonesia genap berusia 100 tahun dan inilah menjadi generasi emas 2045.

Oleh karena itu ekonomi hijau sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi untuk mendorong Indonesia lepas dari middle income trap sebelum 2045.

Untuk mencapai target tersebut pertumbuhan ekonomi per tahun harus bisa mencapai 6 persen.

“Kita harus kerja extra dan itulah Pak Presiden (Joko Widodo) kita perlu melakukan rebound transformasi ekonomi yaitu ekonomi hijau,” Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam, Selasa (9/8).

Dia menjelaskan untuk rencana strategis transformasi ekonomi yaitu dengan sumber daya manusia berdaya saing, produktivitas sektor ekonomi, transformasi digital, integrasi ekonomi domestic pemindahan IKN, dan ekonomi hijau.

“Salah satu strategi transformasi ekonomi adalah melalui ekonomi hijau dengan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim,” terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.