Sukses

Gandeng BMKG, NFA Siaga Dampak Perubahan Iklim ke Ketahanan Pangan

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menggandeng Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menggandeng Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam mengantisipasi perubahan iklim. Khususnya terhadap komoditas pangan dalam negeri.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyampaikan, kerja sama itu dijalankan dengan memuat informasi terkait cuaca di situs milik NFA. Sehingga diharapkan mampu menjadi satu informasi berguna bagi ketahanan pangan ditengah perubahan iklim.

Program kolaborasi keduanya juga mencakup penyediaan data prakiraan cuaca, curah hujan, risiko bencana, dan data dukung lainnya yang diintegrasikan ke dalam website NFA. Data berbasis web ini diharapkan dapat memudahkan akses para stakeholder pangan untuk memitigasi risiko bencana yang berpengaruh pada aktivitas budidaya, produksi, dan distribusi pangan.

Selain itu, Arief juga tengah menyiapkan pembuatan Early Warning System Ketahanan Pangan yang berbasis data prakiraan iklim BMKG.

“Di mana data prakiraan Iklim BMKG dapat mengukur curah hujan di seluruh wilayah Indonesia sehingga akan sangat membantu kita mengarahkan aktivitas budidaya dan melakukan mobilisasi stok pangan untuk mencegah kerawanan pangan di suatu daerah,” ungkapnya, dalam Rakornas BMKG, mengutip keterangan resmi, Selasa (9/8/2022).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Integrasi Data

Lebih lanjut, Arief menjelaskan, NFA dan BMKG telah sepakat untuk melakukan integrasi data peta pangan dengan peta klimatologi dan cuaca yang dimiliki BMKG.

“Terintegrasinya data pangan dan cuaca akan memperkuat ekosistem pangan kita. Dengan dukungan data iklim dan cuaca di seluruh wilayah secara real time aktivitas pertanian dapat berjalan lebih efektif serta meminimalisir kerugian usaha yang dijalankan para petani, peternak, dan nelayan,” ujarnya.

Ia menambahkan, di samping penguatan dan integrasi data, inovasi dalam aspek operasional juga menjadi hal yang harus dilakukan, salah satunya melalui penerapan smart farming untuk mendorong peningkatan produksi.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, saat ini fenomena iklim semakin sulit diprediksi, sehingga peran teknologi dan data analisis menjadi sangat krusial. Mengintegrasikan data iklim dan cuaca dengan data pangan secara presisi dapat membantu para petani mengatur masa tanam sehingga diharapkan memicu produktivitas.

Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan hasil data teknis tersebut ke dalam bahasa yang mudah diterima publik khususnya para petani dan nelayan. Terkait hal tersebut, BMKG siap mengedukasi petani dan nelayan ager lebih memahami fenomena cuaca.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Atasi Krisis Pangan

Pandemi telah menyisakan tekanan terhadap sektor pangan dan energi. Krisis pangan juga disebabkan adanya ancaman perubahan iklim.

Kepala Badan PanganNasional (BPN), Arief Prasetyo Adi menyebut dalam setiap rapat, Presiden Joko Widodo mengingatkan pemerintah agar bersiap menghadapi ancaman krisis yang sudah di depan mata.

"Presiden Jokowi bilang sangat clear dan jelas, pemerintah Indonesia harus siapkan diri untuk hadapi ancaman krisis pangan, krisi pangan dan krisis keuangan," kata Arief dalam HUT Ke-1 Badan Pangan Nasional (NFA) di Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (31/7).

Menjawab instruksi tersebut, Badan Pangan Nasional (BPN) kata Arief tengah fokus pada penguatan ekosistem pangan yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Termasuk pengentasan daerah rawan pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan.

 

4 dari 4 halaman

Fokus Ekosistem Pangan

Sehingga bekerja sama dengan kementerian/lembaga, dunia usaha, asosiasi pelaku usaha, akademisi gingga organisasi masyarakat

"Kami tengah fokus menguatkan ekosistem pangan yang terintegrasi," kata dia.

Strategi itu juga diikuti dengan kecukupan jumlah dan harganya. Pangan yang dikonsumsi juga harus beragam dan aman. Pemenuhan pangan ini tidak hanya ditekankan pada aspek kuantitas saja, tetapi dari sisi kualitas.

"Kualitas ini termasuk keragaman pangan lokal, keseimbangan gizi dan kelestarian lingkungan," kata Arief.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.