Sukses

BTPN Sebut Tak Ada Tambahan Restrukturisasi Kredit

BTPN ingin tetap mempertahankan momentum kredit pada semester II 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) menyatakan tidak ada ada tambahan restrukturisasi kredit pada 2022. Perseroan mengungkapkan sudah banyak melakukan restrukturisasi kredit pada 2020 dan 2021.

"Tahun ini enggak ada penambahan dan stabil lebih meneruskan upaya restrukturisasi debitur berkembang secara positif dengan restrukturisasi tersebut. Portofolio restrukturisasi kami di bawah 6 persen bukan jumlah yang sangat besar,” kata Direktur Keuangan BTPN, Hanna Tantani dalam konferensi pers BTPN, Selasa (2/8/2022).

BTPN ingin tetap mempertahankan momentum kredit pada semester II 2022. Hal ini mengingat kredit pada semester I 2022 sudah tumbuh 10 persen.

"Tentunya kami akan tetap menjaga momentum kredit sampai dengan akhir tahun. Jadi sampai dengan first half kita sudah tumbuh 10 persen, tentu saja ini momentum yang ingin kita pertahankan untuk selanjutnya di semester II 2022 ini," ungkapnya.

Dia menambahkan, untuk pertumbuhan pinjaman dan akan dikontribusikan pada pertumbuhan pendapatan bunga BTPN.

"Di samping external expense, kami tetap berusaha untuk menjaga, memang suku bunga ada tendensi kenaikan dalam radar kita ya dan juga tentu saja bank sentral dan juga bank-bank lainnya, dan ini adalah upaya kami adalah dengan memberikan future-future baru ya," ujar dia.

Hanna menyebutkan, dana masuk tidak harus selalu menggunakan beban bunga. Perseroan berupaya jaga NIM dan NII.

"Sehingga untuk mengundang dana masuk sehingga tidak melulu menarik dana dengan membayar melalui interest expense, jadi itu adalah strategi kami untuk menjaga NIM dan NII kami. Namun, tentu saja sebagaimana kita ketahui juga ada kita ada beberapa portofolio mix sehingga dari retail ini salah satu porto yang akan mendriver,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kerek Fee Based Income

Kemudian, portofolio campuran dari ritel ini diharapkan BTPN agar bisa menjaga NIM ke depannya. Selain itu, BTPN juga memiliki strategi untuk mengerek fee based income.

"Porto mix ini dari retail ini juga untuk bisa menjaga NIM ke depan. Strategi kami untuk fee itu sangat penting di tahun ini dan tahun lalu sejak merger, BTPN sudah banyak kerjakan kapabilitas dengan future baru salah satunya di Jenius, membawa fee income kepada BTPN juga mendukung operating income kami,” kata dia.

Sedangkan, untuk NPL, BTPN berharap tetap bisa menjaga di level saat ini dibawah rata-rata industri.

"Cost of credit tahun ini kita lihat cukup manageable jadi kita lihat NPL di level-level  yang kita saat ini ada. Kita lihat masih manageable untuk cost of credit,” ungkap Hanna.

Masih dalam kesempatan yang sama, Hanna juga mengatakan, BTPN juga tengah memikirkan untuk menerbitkan green bond atau efek bersifat utang berwawasan lingkungan.

"Intinya apakah kita akan mengeluarkan bond? Itu jadi pertimbangan kami dan kita mengases dari waktu ke waktu overalll funding kami dengan melihat pertumbuhan kredit, itu tentu ada dalam hal yang kami pikirkan termasuk green bond,” pungkasnya.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja yang solid pada semester I 2022, antara lain karena upaya terus menerus dari berbagai pihak untuk memulihkan perekonomian.

Pencapaian ini sejalan dengan laporan Indonesia Economic Prospect yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada Juni 2022. Laporan tersebut menyebutkan sejak pertumbuhan ekonomi perlahan berpindah sejak akhir 2021 dari ekspor dan konsumsi pemerintah ke konsumsi dan investasi swasta.

BTPN melaporkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan. Seperti yang dilaporkan Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,03 persen secara tahunan per Mei 2022.

Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimis, hal ini terlihat dari segmen korporasi meningkat sebesar 22 persen secara tahunan dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen secara tahunan, sehingga total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Juni 2022 meningkat 10 persen secara tahunan ke posisi Rp149,26 triliun.

Tak hanya itu, BTPN juga mencatatkan peningkatan aset 11 persen secara tahunan, dari Rp175,93 triliun menjadi Rp195,47 triliun pada kuartal II 2022.

“Bank BTPN berhasil menunjukkan kinerja baik sepanjang semester I tahun ini. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi kami yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional,” kata Plt Direktur Utama Bank BTPN, Kaoru Furuya, dalam keterangan resminya, Selasa (2/8/2022).

Bahkan, BTPN mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada di level 1,35 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,04 persen pada akhir Mei 2022.

4 dari 4 halaman

DPK dan Laba

Sementara itu, BTPN mengoptimalkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas bank, sehingga DPK BTPN tercatat meningkat sebesar 7 persen secara tahunan dari Rp96,64 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp103,17 triliun pada akhir Juni 2022.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya saldo Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen secara tahunan dari Rp28,28 triliun menjadi Rp38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar 6 persen secara tahunan menjadi Rp64,24 triliun.

Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.

Laba bersih setelah pajak BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir kuartal II 2022 tercatat Rp1,67 triliun, naik 2 persen secara tahunan dari Rp1,64 triliun.

Hal ini disebabkan oleh penurunan beban bunga sebesar 9 persen secara tahunan serta peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen secara tahunan, meskipun biaya operasional sedikit meningkat sebesar 2 persen secara tahunan dari Rp3,44 triliun ke Rp3,50 triliun.

Berdasarkan data RTI, pemegang saham BTPN per 31 Mei 2022 antara lain Sumitomo Mitsui Banking Corporation sebesar 92,43 persen, masyarakat 5,27 persen, PT Bank Central Asia Tbk sebesar 1,02 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,15 persen dan saham treasuri sebesar 1,13 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.