Sukses

Inggris Gelontorkan Subsidi Energi Rp 672,1 Triliun untuk Rumah Tangga

Inggris terus melihat lonjakan biaya energi. Pemerintah negara itu berupaya mengatasi krisis energi dengan mengeluarkan dana bantuan untuk rumah tangga.

Liputan6.com, Jakarta - Tagihan energi domestik di Inggris diperkirakan bisa mencapai lebih dari 3.600 pound sterling atau setara Rp 65,4 juta per tahun menjelang musim dingin. 

Lonjakan ini terjadi menyusul inflasi Inggris yang mencatat kenaikan tertinggi dalam 40 tahun, 9,4 persen pada Juni 2022.

Dilansir dari BBC, Selasa (2/8/2022) konsultan pasar energi Cornwall Insight mengatakan, jumlah maksimum yang dapat dibebankan pemasok kepada pelanggan untuk penggunaan energi rata-rata di Inggris, Skotlandia, dan Wales diperkirakan akan kembali naik pada bulan Oktober.

Mereka menyebut, tagihan umum untuk gas dan listrik di Inggris, Wales dan Skotlandia bisa mencapai 3.615 pound sterling (Rp 65,7 juta) di tahun baru - lebih mahal ratusan pound dari prediksi sebelumnya.

Angka itu cukup tinggi dibandingkan pada Oktober 2021, ketika tagihan energi di Inggris secara rata-rata dipatok 1.400 pound sterling (Rp 25,4 juta) per tahun.

Kemudian pada April 2022, harga energi menunjukkan kenaikan menjadi di kisaran 2.000 pound sterling (Rp 36,3 juta).

Dengan melonjaknya biaya hidup, terutama biaya energi, Pemerintah Inggris mengumumkan paket bantuan untuk rumah tangga.

"Meskipun tidak ada pemerintah yang dapat mengendalikan harga gas global, kami mengeluarkan dana bantuan 37 miliar pound sterling (Rp 672,1 triliun) untuk rumah tangga termasuk diskon 400 pound sterling untuk tagihan energi, dan 1.200 pound sterling untuk dukungan langsung bagi rumah tangga yang paling rentan untuk membantu biaya hidup," kata seorang  juru bicara Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris.

Pekan lalu, pemerintah Inggris juga mengumumkan bahwa rumah tangga di Inggris, Skotlandia dan Wales akan menerima dana bantuan masing-masing 400 pound sterling (Rp 7,2 juta) untuk meringankan kenaikan biaya BBM selama musim gugur.

Penyaluran dana tersebut, yang merupakan bagian dari Skema Dukungan Tagihan Energi, akan dibayarkan dalam enam kali angsuran.

Tetapi bagaimana dana bantuan itu diterima setiap individu akan tergantung pada bagaimana mereka membayar tagihan.

Rumah tangga akan melihat diskon hingga 66 pound sterling (Rp 1,1 juta) untuk tagihan energi mereka pada bulan Oktober dan November mendatang, berlanjut dengan diskon 67 pound sterling (Rp 1,2 juta) per bulan dari Desember hingga Maret 2023.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tertinggi dalam 40 Tahun, Inflasi Inggris Sentuh 9,4 Persen di Juni 2022

Inflasi Inggris secara tahunan melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun pada Juni 2022 karena kenaikan harga BBM dan pangan.

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (20/7/2022) Indeks Harga Konsumen (CPI) Inggris melonjak menjadi 9,4 persen pada Juni 2022 dari 9,1 persen pada Mei 2022, menurut Kantor Statistik Nasional negara itu. 

Menurut analis, angka inflasi terbaru memberikan tekanan pada bank sentral Inggris atau Bank of England (BoE) untuk menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis poin, atau setengah poin persentase, pada pertemuan kebijakan berikutnya di bulan Agustus mendatang.

"Di Inggris, kami melihat pembacaan CPI yang mengejutkan dan tekanan ada pada Bank of England terkait langkah yang diperlukan sebelum terlambat untuk mengendalikan inflasi," kata Naeem Aslam, kepala analis pasar di Avatrade.

Sejauh ini, Bank of England telah menaikkan suku bunga utamanya sebanyak lima kali sejak Desember 2021, menaikannya menjadi 1,25 persen dari rekor terendah 0,1 persen.

Namun, Gubernur Bank of England Andrew Bailey pada Selasa (19/7) menyatakan bahwa "peningkatan 50 basis poin akan menjadi salah satu pilihan pada pertemuan berikutnya".

Selain inflasi, indeks harga eceran Inggris (RPI) juga naik menjadi 11,8 persen pada Juni 2022 dari 11,7 persen pada Mei 2022. 

Sebagai informasi, indeks harga eceran penting di negara itu karena mencakup pembayaran bunga hipotek yang digunakan oleh serikat pekerja dan pengusaha ketika menegosiasikan kenaikan upah.

"Ada banyak beban untuk anggaran rumah tangga karena tingkat inflasi yang tinggi terus melampaui pertumbuhan upah, menurunkan nilai pendapatan riil di seluruh Inggris," ungkap Yael Selfin, kepala ekonom di KPMG UK.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Inflasi Inggris Tertinggi di antara Negara Maju G7, Bukti Parahnya Krisis

Lonjakan harga pangan mendorong inflasi harga konsumen Inggris menembus ke level tertinggi dalam 40 tahun, mencapai 9,1 persen pada bulan lalu.

Angka inflasi ini menjadi tingkat tertinggi dari negara-negara G7 dan menggarisbawahi parahnya krisis biaya hidup di negara itu.

Tingkat inflasi Inggris pada bulan Mei lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Italia.

Sementara Jepang dan Kanada belum melaporkan data harga konsumen untuk bulan Mei, tetapi angka inflasio keduanya tidak akan mendekati.

Angka inflasi Inggris tersebut, naik dari 9 persen pada bulan April, sesuai dengan konsensus jajak pendapat para ekonom Reuters.

Mengutip catatan sejarah dari Kantor Statistik Nasional menunjukkan inflasi Mei merupakan yang tertinggi sejak Maret 1982 — dan kemungkinan lebih buruk akan datang. Poundsterling, salah satu mata uang berkinerja terburuk terhadap dolar AS tahun ini.

Beberapa investor menilai Inggris berada pada risiko inflasi dan resesi yang terus-menerus tinggi, yang mencerminkan tagihan energi impor yang besar dan masalah Brexit yang berkelanjutan yang selanjutnya dapat merusak hubungan perdagangan dengan Uni Eropa.

"Dengan prospek ekonomi yang begitu tidak jelas, tidak ada yang tahu seberapa tinggi inflasi dapat berlangsung, dan berapa lama akan berlanjut - membuat penilaian kebijakan fiskal dan moneter menjadi sangat sulit," kata Jack Leslie, Ekonom Senior di lembaga think tank Resolution Foundation.

Sebelumnya, Resolution Foundation mengatakan pukulan biaya hidup untuk rumah tangga telah diperparah Brexit, yang telah membuat ekonomi Inggris menjadi lebih tertutup, dengan implikasi jangka panjang yang merusak untuk produktivitas dan upah.

Bank of England mengatakan pekan lalu bahwa inflasi kemungkinan akan tetap di atas 9 persen selama beberapa bulan mendatang sebelum memuncak sedikit di atas 11 persen pada Oktober, ketika tagihan energi rumah tangga direncanakan akan naik lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.