Sukses

Sri Mulyani: Inflasi Indonesia Tak Setinggi Thailand, India dan Filipina

Laju inflasi domestik memang menunjukan tren meningkat, disebabkan karena sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga-harga komoditas dunia dan gangguan pasokan domestik.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati angkat bicara soal laju inflasi pada Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Angka tersebut melonjak dari bulan sebelumnya (Juni 2022), dimana inflasi menyentuh posisi 4,35 persen YoY.

Inflasi sebesar 4,94 persen cenderung masih lebih terkendali dibanding guncangan yang terjadi pada negara-negara yang selevel dengan Indonesia. Dalam hal ini, ia menyebut beberapa negara seperti Thailand, India dan Filipina.

"Dengan angka tersebut, dibandingkan dengan negara-negara selevel dengan Indonesia seperti Thailand yang sudah mengalami inflasi hingga 7,7 persen, India di 7 persen, dan Filipina di 6,1 persen, maka inflasi Indonesia yang 4,94 persen year on year masih relatif moderat," papar Sri Mulyani saat konferensi pers hasil rapat KSSK, Senin (1/8/2022).

Menurut dia, laju inflasi domestik memang menunjukan tren meningkat, disebabkan karena sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga-harga komoditas dunia, dan juga ada gangguan pasokan di domestik.

"Meskipun inflasi headline meningkat, inflasi inti atau core inflasi tetap terjaga pada tingkat 2,86 persen year on year. Hal ini didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi indonesia," ungkap Sri Mulyani.

Sri Mulyani pun tak memungkiri, inflasi pada komponen bergejolak atau volatile food mengalami kenaikan akibat lonjakan harga pangan global, hingga juga terganggunya pasokan akibat cuaca.

Sementara, inflasi pada kelompok kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami kenaikan, dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket angkutan udara.

Namun, Sri Mulyani menimpali, tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi di tingkat global tidak tertransmisikan ke dalam negeri pada kelompok administered price, harga minyak gas dan listrik.

"Ini merupakan hasil kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga jual energi di domestik melalui kenaikan subsidi listrik dan energi BBM dan LPG yang dialokasikan oleh APBN," ujar Sri Mulyani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi Juli 2022 Tertinggi dalam 7 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Juli 2022 mencapai 3,85 persen secara tahun kalender (Januari-Juli 2022), dan menyentuh 4,94 persen secara tahunan dibanding Juli 2021.

Jika dilihat ke belakang, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, inflasi Juli 2022 jadi yang tertinggi sejak hampir 7 tahun terakhir.

"Ini merupakan inflasi tertinggi sejak Oktober 2015, dimana pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen secara year on year," jelas Margo dalam sesi konferensi pers, Senin (1/8/2022).

Bila dilihat menurun komponen, Margo melanjutkan, komponen harga bergejolak memberikan andil tertinggi pada bulan Juli 2022 kalau dihitung secara month to month, dengan andil 0,25 persen.

"Kalau dilihat dari komoditas penyebab utamanya berasal dari cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit," bebernya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Harga yang Diatur

Kemudian komponen harga diatur pemerintah yang memberi andil sebesar 0,21 persen. "Kalau diteliti lebih mendalam, disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan tarif listrik," terang Margo.

"Sedangkan kenaikan tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya 3.500 VA ke atas dan pelanggan pemerintah mulai 1 Juli 2022 menyebabkan andil inflasi 0,01 persen," ujar dia.

Terakhir berasal dari komponen inti, dimana memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,18 persen. Komoditas pendorongnya antara lain berupa ikan segar, mobil, dan sewa rumah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.