Sukses

Rupiah Berpeluang Menguat pada Senin 1 Agustus 2022

Pada perdagangan Senin 1 Agustus 2022, Rupiah berpotensi menguat.

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Jumat (29/7/2022) Rupiah ditutup menguat 87 poin walaupun sempat menguat 90 poin di level Rp 14.834. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.921.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Senin, 1 Agustus 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.810 hingga Rp 14.860,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat, 29 Juli 2022.

Secara internal, rupiah dipengaruhi Bank Sentral AS menaikan suku bunga acuan sebesar 75 bps, sedangkan ekspektasi sebelumnya di 100 bps. Tren kenaikan suku bunga di bulan berikutnya kemungkinan tidak seagresif bulan-bulan sebelumnya sehingga pasar finansial sedikit stabil dan kembali tenang.

Dua tahun pandemi berlalu, pemulihan ekonomi kembali terjadi. Meski terkena disrupsi akibat COVID-19 varian delta dan omicron, ekonomi Indonesia tetap bergerak menanjak. 

Namun, Ibrahim menjelaskan, dunia di luar Indonesia tidak baik-baik saja. Terjadi inflasi karena disrupsi supply tidak bisa menutupi permintaan yang melonjak tinggi akibat adanya normalisasi. 

"Normalisasi terjadi setelah pandemi bisa dikelola dengan ditemukannya vaksin di berbagai negara, terutama AS, Eropa, Rusia dan China," ujar Ibrahim. 

 

 

Di saat inflasi melonjak orang sudah mulai bergerak beraktivitas, tapi sisi pasokan supply side tidak. Dalam kondisi seperti ini Indonesia muncul sebagai kekuatan baru di mana negara-negara di dunia mengalami masalah ekonomi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dolar AS Turun ke Level Terendah dalam 6 Minggu

Hal ini sesuai dengan perkiraan dari IMF, Bank Dunia maupun ADB yang memprediksi ekonomi Indonesia pada 2022 di atas 5,2 persen.

“Indonesia jangan senang dulu atas perkiraan ekonomi yang bagus, namun ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah agar bekerja lebih keras dan bisa membuktikan apa yang di prediksi oleh IMF, Bank Dunia dan ADB bisa terealisasi dan terbukti,” ujar Ibrahim. 

Sementara itu, dolar AS turun ke level terendah enam minggu terhadap mata uang lainnya pada Jumat, mengikuti penurunan hasil Treasury, setelah data menunjukkan ekonomi AS berkontraksi lagi pada kuartal kedua. 

Hal ini memicu spekulasi Federal Reserve tidak akan menaikkan suku secara agresif seperti yang diperkirakan sebelumnya. 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Sentimen The Fed

Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dirilis pada Kamis turun di tingkat tahunan 0,9 persen pada kuartal kedua. Kuartal pertama mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen. Dua kuartal kontraksi berturut-turut secara luas dipandang oleh para ekonom sebagai sinyal resesi teknis.

Namun, di AS, Biro Riset Ekonomi Nasional adalah penengah resesi, yang didefinisikan sebagai “penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam produksi, lapangan kerja, pendapatan riil , dan indikator lainnya”.

The Fed, pada Rabu, menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25-2,5 persen seperti yang diharapkan pasar. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan dia tidak berpikir Amerika Serikat berada dalam resesi, berdasarkan kekuatan pasar tenaga kerja. 

Sekarang pasar telah memperkirakan kemungkinan Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi setengah poin pada pertemuan berikutnya pada September.

4 dari 4 halaman

Rupiah Menguat pada Jumat Pagi 29 Juli 2022

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat pagi menguat di tengah Amerika Serikat (AS) memasuki resesi teknikal karena mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang beruntun selama dua kuartal.

Kurs Garuda pagi ini naik 56 poin atau 0,37 persen ke posisi 14.866 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.922 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa menguat lagi hari ini setelah semalam data Produk Domestik Bruto (PDB) AS triwulan II 2022 menunjukkan hasil negatif," ungkap Analis Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Jumat, 29 Juli 2022.

Menurut dia, hasil laporan PDB yang negatif memiliki arti secara teknikal, AS sudah masuk resesi karena PDB selama dua kuartal beruntun mencatatkan pertumbuhan negatif.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam memunculkan ekspektasi bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya dan membantu mendorong pelemahan dolar AS.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,09 persen menjadi 106,3490 pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).

Departemen Perdagangan AS melaporkan PDB AS menyusut pada tingkat tahunan 0,9 persen pada kuartal kedua setelah mengalami kontraksi 1,6 persen pada kuartal sebelumnya.

Sementara itu pengeluaran konsumen tumbuh pada laju paling lambat dalam dua tahun dan pengeluaran bisnis berkontraksi, meningkatkan risiko bahwa ekonomi berada di puncak resesi.

Oleh karena itu Ariston memperkirakan hari ini mata uang Garuda akan bergerak menguat ke kisaran 14.880 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaraan 14.950 per dolar AS.

Pada Kamis (28/7) rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi 15.010 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.993 per dolar AS.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.