Sukses

Sabar Ya Bun, Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 121 Ribu per Kg

Harga bahan pangan terpantau masih bertengger di harga yang cukup tinggi. Diantaranya harga cabai rawit merah dan minyak goreng bermerek atau premium.

Liputan6.com, Jakarta Harga bahan pangan terpantau masih bertengger di harga yang cukup tinggi. Diantaranya harga cabai rawit merah dan minyak goreng bermerek atau premium.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), Jumat (29/7/2022), harga cabai rawit merah paling tinggi Rp 121.000 per kilogram di Papua.

Sementara itu, harga terendah ada di Sulawesi Selatan dengan Rp 46.600 per kilogram. Di DKI Jakarta, harga cabai rawit merah bertengger di Rp 81.650 per kilogram. Secara rata-rata nasional, harha cabai rawit merah sebesar Rp 73.800 per kilogram.

Sementara, harga cabai rawit hijau paling tinggi Rp 120.000 per kilogram di Kalimantan Utara. Paling rendah Rp 23.800 per kilogram di Sulawesi Selatan. Sementara, di DKI Jakarta harganya dipatok Rp 59.190 per kilogram. Harga rata-rata nasional berada di Rp 57.400 per kilogram.

Disamping itu, harga minyak goreng kemasan premium berada di Rp 34.000 per kikogram di Gorontalo. Paling rendah Rp 14.400 di Kepulauan Bangka Belitung. Di DKI Jakarta harganya Rp 25.000 per kilogram. Harga rata-rata nasional berada di Rp 22.700 per kilogram.

Keadaan cukup berbeda terjadi di minyak goreng curah. Dari beberapa daerah, harga minyak goreng curah terpantau mulai stabil, meski masih berada di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.

Rinciannya, harga tertinggi ada di Papua dengan Rp 25.200 per kilogram, diikuti Maluku dengan Rp 24.000 kilogram. Sementara, paling rendah ada di Sulawesi Utara dengan Rp 12.400 per kilogram.

Di DKI Jakarta, harga minyak goreng curah bertengger di Rp 15.600 per kilogram. Sementara, secara rata-rata nasional, harganya Rp 15.600 per kilogram.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Pangan Lainnya

Lebih lanjut, secara umum, harga telur ayam ras segar mengalami kenaikan harga menjadi Rp 29.450 per kiligram secara rata-rata nasional. Paling tinggi di Papua dengan Rp 43.000 per kilogram.

Kemudian, daging ayam ras secara rata-rata nasional Rp 36.150 per kilogram. Paling tinggi berada di Nusa Tenggara Timur dengan Rp 46.400 per kilogram.

Selanjutnya, daging sapi berkisar antara Rp 128.000-137.650 per kilogram. Ini masuk dalam kategori daging sapi kualitas I dan kualitas II.

Dalam kategori bawang-bawangan, harga bawang merah ukuran sedang rata-rata Rp 55.950 per kilogram. Sementara, bawang putih Rp 29.400 per kilogram.

Cabai merah besar berada di Rp 74.900 per kilogram. Cabai merah keriting berada di Rp 73.200 per kilogram. Keduanya adalah harga rata-rata nasional.

Gula pasir masih berkisar Rp 14.500-15.950 per kilogram. Beras berbagai kualitas berkisar Rp 10.000-13.050 per kilogram.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Harga Sebelumnya

Harga pangan di masyarakat hingga saat ini terus mengalami kenaikan. Tak hanya minyak goreng, sejumlah bahan pangan seperti beras, gula, aneka cabai, bawang, telur, hingga sayuran merangkak naik.

Hal ini dikarenakan dunia sedang mengalami ketidakpastian global yang mempengaruhi harga pada sektor pangan dan energi. Sehingga ini berdampak pada perekonomian Indonesia hingga saat ini.

Kenaikan harga pangan juga dikarenakan ketergantungan Indonesia terhadap produk impor, melemahnya kurs Rupiah, hingga gangguan cuaca.

Bawang merah mulai dari harga Rp 30.000-Rp 45.000, Bawang Putih Rp 18.000-Rp 30.000, Cabai merah Rp 65.000-Rp85.000, harga Cabai Rawit Merah Rp 60.000-Rp70.000, Cabai Rawit Ijo Rp 45.000.

Sementara untuk harga daging ayam dari kisaran harga Rp 30.000-Rp 45.000, Daging Sapi lokal Rp 140.000, Daging Sapi impor Rp 100.000-Rp 120.000, Kentang Rp 10.000-Rp 12.000, Jagung Rp 8.000.

Untuk harga Tomat, saat ini mengalami kenaikan dari harga Rp 13.000-Rp 16.000, hal ini disampaikan langsung oleh pedagang di Pasar Kramat Jati, Udin.

"Tomat emang lagi naik nih ya ada yang harga Rp 13.000 ada yang Rp 15.000 ada yang harga Rp 16.000," terangnya.

Sedangkan menurut pembeli pasar Inpres Ciracas, Maya, mengatakan dirinya lebih memilih belanja bahan pangan yang eceran untuk mendapatkan harga murah.

"Kalau ibu-ibu biasanya sukanya beli yang eceran lebih murah neng, kalau yang kiloan kan sayang mahal. Apalagi duitnya dikit," katanya.

 

4 dari 4 halaman

Dampak Perang

Situasi global yang tidak menentu makin mendongkrak inflasi pangan dan energi, sebagai imbas dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang belum berkesudahan.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan, mensyukuri perang Rusia-Ukraina yang sempat mereda setelah melakukan penandatanganan bersama PBB dan Presiden Turki.

"Mungkin itu momen yang menurut saya bisa sedikit memberikan harapan atas situasi inflasi pangan yang kemudian inflasi dari harga-harga energi, yang dampaknya sudah kita rasakan di Indonesia," ujar Kasan dalam satu sesi webinar, Rabu (27/7/2022).

Namun, satu-dua hari setelah adanya penandatanganan itu, ia menyayangkan adanya kasus penembakan missil Rusia di salah satu pelabuhan di Laut Hitam milik Ukriana.

"Meskipun hari ini saya membaca juga, tetap pengiriman akan dilakukan dari Rusia maupun Ukraina. Mungkin sedikit memberi harapan tentang terjadinya ketersediaan pangan itu sendiri," imbuhnya.

Berikutnya, Kasan juga menyoroti imbas perang terhadap harga pangan nasional. Di satu sisi, ia menilai itu jadi sebuah berkah berkat adanya windfall. Tapi sebaliknya, itu juga memberikan dampak negatif ke tingkat inflasi.

"BPS mencatat, sampai Juni 2022 inflasi tahunan sudah lebih dari 4 persen. Di beberapa negar maju inflasinya sangat tinggi. Bahkan kalau kita catat di Eropa, Amerika, angkanya sudah lebih dari 8 persen," paparnya.

Kasan lantas berkesimpulan, Indonesia pada situasi ini tak bisa bergantung terhadap kondisi eksternal. Sehingga negara perlu mandiri untuk mengatasi kenaikan harga pangan hingga energi.

"Tentu ini bagian yang menjadi tantangan kita di dalam konteks bagaimana inflasi global kaitannya dengan posisi kita, kesiapan kita, dan bagaimana kita menyikapi baik saat ini maupun ke depan," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.