Sukses

EBT Melimpah, Kenapa RI Sulit Lepas dari Jerat Bahan Bakar Fosil?

Indonesia menjadi ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi sangat rentan terhadap suplai minyak dan gas serta perubahan harga.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, Yuventus Effendi mengatakan ketahanan energi indonesia masih memerlukan perbaikan terus-menerus. Menurutnya hal ini disebabkan karena tingginya konsumsi energi dari sumber energi yang belum sustainable.

“Dalam beberapa tahun terakhir ini untuk konsumsi energi lebih dominan dari sektor industri dan transportasi,” ujar Peneliti Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, Yuventus Effendi, dalam webinar, Kamis (28/7).

Dia mengungkapkan bahwa suplai energi Indonesia sebagian besar didominasi oleh bahan bakar fosil. Baik total suplai energi maupun sumber energi untuk membangkitkan listrik yang berasal dari batubara, gas dan minyak.

Hal tersebut, membuat Indonesia menjadi ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi sangat rentan terhadap suplai minyak dan gas serta perubahan harga.

“Misalnya sejak 2004 indonesia merupakan negara net importir minyak dan harga batubara dan gas yang meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian beberapa bulan terakhir harga komoditas termasuk energi itu cenderung naik” terangnya.

Disisi lain, sumber energi dan produksi listrik berasal dari energi baru terbarukan (EBT) mengalami peningkatan produksi. Akan tetapi EBT terhadap total suplai energi dan total produksi listrik cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

“Kita juga sudah punya energi baru terbarukan seperti solar panel, atau dari angin, air. Tapi sayangnya dalam beberapa tahun terakhir ini proporsinya malah cenderung menurun,” jelas Yuventus. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dikritik Dunia Masih Pakai Energi Fosil, Sri Mulyani: Orang Indonesia Jangan Baper

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap keseriusan negara di dunia dalam transisi energi. Indonesia turut menjadi bagian dalam upaya tersebut, apalagi masih cukup banyak menggunakan energi fosil.

Hal ini menyangkut pada upaya pengurangan emisi karbon yang ingin dituju oleh semua negara di dunia. Sebagai penghasil emisi, Indonesia turut menjadi sorotan.

 “Tapi ini bukan hanya untuk Indonesia, agar orang Indonesia jangan baper,” katanya dalam Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia, Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).

Ia mengatakan kritikan ini juga ditujukan kepada seluruh negara di dunia. Sehingga, Indonesia tak menjadi satu-satunya sasaran kritik soal penggunaan energi fosil yang menghasilkan banyak polusi.

“Karena semua negara akan diseleksi. Dan itu tidak hanya untuk negara berpenghasilan rendah atau negara berkembang,” ujarnya.

Ia pun mengungkap negara besar seperti Amerika Serikat dan negara Eropa juga turut serta dalam upaya transisi energi. Termasuk juga akan menjadi sasaran untuk ditetinjau pemakaian energi fosilnya.

"AS ada komitmen dengan perubahan iklim, terutama Eropa dengan situasi geopolitik di mana akses energi sangat-sangat menantang, karena perang di ukraina, ada komitmen untuk perubahan iklim,” terangnya.

3 dari 3 halaman

Tantangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tantangan yang dihadapi Indonesia dalam transisi energi hijau. Yakni dalam upaya menurun CO2 dalam peningkatan konsumsi listrik yang akan terus meningkat. 

Ini berdasar pada masih sangat besarnya produksi listrik dalam negeri yang bertumpu pada energi penghasil emisi karbon (CO2). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi dalam negeri turut mendorong peningkatan konsumsi listrik masyarakat. 

"Bagaimana Indonesia bisa memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat sekaligus mengurangi CO2 itulah tantangannya," kata dia dalam Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia, di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022). 

Ia mengisahkan pendapatan per kapita Indonesia saat ini mencapai USD4.530 dan akan terus meningkat sekirar 5 persen tiap tahun kedepannya. Artinya, setiap penduduk nantinya akan mengalami peningkatan konsumsi listrik. 

"Orang yang dulunya hanya memiliki satu rumah kecil tanpa AC sekarang memiliki AC orang yang tidak memiliki kulkas sekarang memiliki kulkas," terangnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.