Sukses

Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah Butuh Rp 1,6 Triliun

Pemerintah tengah berupaya untuk memperbaiki tata kelola minyak goreng di dalam negeri. Termasuk melirik pengembangan minyak makan merah sebagai pilihan bagi masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah berupaya untuk memperbaiki tata kelola minyak goreng di dalam negeri. Termasuk melirik pengembangan minyak makan merah sebagai pilihan bagi masyarakat.

Presiden Joko Widodo hingga Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki tengah meninjau beberapa kali proses produksinya. Bahkan, disebut lebih sehat dari minyak goreng pada umumnya.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung menyebut biaya pembuatan pabrik minyak makan merah tak terlalu besar. Itu jika dibandingkan kerugian yang telah dialami para petani sawit.

"Kita butuhkan 110 pabrik ini tidak berat kok kalau dihitung itu Rp 1,6 triliun kalau dibandingkan kerugian kita yang sudah Rp 26 triliun tentu tidak ada apa-apanya," kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (24/7/2022).

Jumlah ini didapat dengan hitungan pembangunan pabrik di 22 provinsi, dengan 5 pabrik di masing-masing provinsi. Setiap pabrik diproyeksikan mampu memproduksi sekita 10 ton per hari.

"Artinya 33 juta kilogram ini (dibandingkan) tingkat kebutuhan migor itu 200 juta liter atau 160 juta kg, paling tidak pabrik M3 ini sudah bantu 21 persen kebutuhan minyak goreng nasional," ujarnya.

Sehingga, visi kedepannya minyak makan merah ini mampu jadi solusi krisis minyak goreng di masa depan. Dengan begitu, ada diversifikasi penggunaan minyak goreng di masyarakat.

"Kalau jika kita membaginya bahwa minyak goreng merah ini non premium saja kita isi, paling tidak untuk kebutuhan non premium, ini sudah mampu memenuhi 65 persen dari kebutuhan total artinya 104 juta kg," terang dia.

litian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan.

Dia memastikan segera menindaklanjuti dan mendorong sejumlah koperasi untuk mulai memproduksi minyak makan merah.

"Presiden meminta kami untuk menindaklanjuti agar koperasi ini menjadi produsen minyak makan merah. Kami akan segera tindaklanjuti karena pada dasarnya koperasi sudah ada beberapa yang siap," kata dia mengutip keterangan resmi, Kamis (7/7/2022).

Menteri Teten mengatakan pada pekan depan Presiden Jokowi akan menggelar rapat koordinasi melibatkan Kementerian Koperasi dan UKM dengan beberapa pihak yang terkait.

Diantaranya Menteri BUMN, Menteri Pertanian, Badan Pangan Nasional, dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Ia menyebut Minyak Makan Merah merupakan inovasi dari produk turunan kelapa sawit selain CPO. Produknya nanti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang multifungsi, mulai digunakan untuk menggoreng hingga dapat dikonsumsi langsung sebagai minyak makan.

Ia membeberkan, keunggulan minyak makan merah terletak pada kandungan gizi tinggi, mengandung beta karoten, vitamin A, fitonutrien dan komposisi asam lemak. Sehingga menjadi produk fungsional yang strategis dalam pengentasan stunting di Indonesia.

Selain itu kandungan fitonutrien pada minyak makan merah, terutama vitamin E, dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetikal. Bahan ini diyakini dapat mencegah penuaan dini dan bahan farmasi pencegah penyakit degeneratif.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lebih Hemat

Lebih lanjut, menurut hitungannya, biaya Rp 1,6 triliun untuk membangun 110 pabrik tadi bukan lah angka yang berlebihan. Mengingat kebutuhan minyak goreng masyarakat yang kian waktu terus meningkat.

Sementara, kondisi saat ini, harga minyak goreng masih belum stabil di pasaran. Gulat memandang, minyak makan merah bisa jadi salah satu solusi yang perlu dijajaki pemerintah.

"Sebagai solusi gimana kita bisa mendirikan pabrik minyak makan di masyarakat dengan biaya yang sangat murah Rp 1,6 triliun dibandingkan kita (petani sawit) dalam tiga bulan terkahir telah rugi Rp 26 triliun," paparnya.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Sejak 2010

Pemerintah akan mengembangkan minyak makan merah. Minyak ini diklaim lebih sehat dan lebih murah dibandingkan dengan minyak goreng biasa.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, mengatakan sebetulnya rencana pemerintah itu sudah lebih dulu dicetuskan oleh para pengusaha sawit.

"Sebetulnya apa yang disampaikan orang ke Pak Jokowi itu hanya kulit-kulitnya, dan plagiat dari apa yang pernah kami cetuskan pada tahun 2010," kata Sahat kepada Liputan6.com, Selasa (19/7/2022).

Kemudian, berkembang di tahun 2018, ketika ITB menemukan katalist "Merah-Putih" untuk membuat Bensa ( Bensin Sawit) sehingga yang dia sebut "Minyak Makan Sehat" yaitu Minyak Sawit Merah yang penuh vitamin alami dan nutrisi tinggi, tidak seperti minyak goreng sekarang miskin vitamin.

"Ini (minyak makan sehat alias minyak makan merah) akan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia," ujarnya.

Sahat menjelaskan, produk yang akan dihasilkan dari pengolahan revolusi teknolgi SPOT & IRU bukan Crude Palm Oil (CPO) tapi adalah Premium Palm Oil (PPO).

Para pengusaha sawit sebetulnya mengarahkan para petani untuk menjadi pemilik pabrik yang memproduksi minyak makan merah, melalui sistem koperasi sawit, atau mirip FELDA yang ada di Malaysia yaitu singkatan dari Federal Land Development Authority (FELDA).

FELDA merupakan sebuah lembaga pemerintah Malaysia yang menangani penataan kawasan pedesaan tertinggal menjadi kawasan pembangunan baru. Lembaga ini memusatkan perhatian pada pembukaan ladang-ladang kecil yang dapat menghasilkan tumbuhan produktif dan cepat panen.

"Dan pabrik ini kami arahakan untuk menjadi milik dari para petani, Koperasi Petani Sawit mirip FELDA yang di Malaysia. Dengan demikian para Petani Sawit itu berubah dari status marginal "OBJECT" menjadi "SUBJECT" ( Poverty Alleviation )," ujar Sahat.

 

4 dari 4 halaman

Diminta Presiden

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengaku akan menindaklanjuti permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) perihal pembuatan pabrik minyak makan merah oleh koperasi.

Secara khusus, Jokowi meminta agar koperasi yang telah siap di sejumlah daerah untuk membangun pabrik minyak makan merah. Tujuannya sebagai alternatif pencegahan stunting dan gizi buruk di kalangan masyarakat.

Ini diungkapkan Menteri Teten saat turut mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau proses penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan.

Dia memastikan segera menindaklanjuti dan mendorong sejumlah koperasi untuk mulai memproduksi minyak makan merah.

"Presiden meminta kami untuk menindaklanjuti agar koperasi ini menjadi produsen minyak makan merah. Kami akan segera tindaklanjuti karena pada dasarnya koperasi sudah ada beberapa yang siap," kata dia mengutip keterangan resmi, Kamis (7/7/2022).

Menteri Teten mengatakan pada pekan depan Presiden Jokowi akan menggelar rapat koordinasi melibatkan Kementerian Koperasi dan UKM dengan beberapa pihak yang terkait.

Diantaranya Menteri BUMN, Menteri Pertanian, Badan Pangan Nasional, dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Ia menyebut Minyak Makan Merah merupakan inovasi dari produk turunan kelapa sawit selain CPO. Produknya nanti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang multifungsi, mulai digunakan untuk menggoreng hingga dapat dikonsumsi langsung sebagai minyak makan.

Ia membeberkan, keunggulan minyak makan merah terletak pada kandungan gizi tinggi, mengandung beta karoten, vitamin A, fitonutrien dan komposisi asam lemak. Sehingga menjadi produk fungsional yang strategis dalam pengentasan stunting di Indonesia.

Selain itu kandungan fitonutrien pada minyak makan merah, terutama vitamin E, dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetikal. Bahan ini diyakini dapat mencegah penuaan dini dan bahan farmasi pencegah penyakit degeneratif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.