Sukses

IMF Siap-Siap Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global, Makin Merosot?

Dana Moneter Internasional (IMF) akan kembali melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam waktu dekat.

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) akan kembali melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam waktu dekat. Hal ini dilakukan pasca adanya lonjakan tingkat inflasi hingga kebangkrutan sejumlah negara semisal Srilanka.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyampaikan, pihaknya terhitung sudah tiga kali mengeluarkan prediksi pertumbuhan ekonomi global sepanjang tahun ini.

Mulanya, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2022 sebesar 4,9 persen. Namun kemudian direvisi menjadi 4,4 persen, dan semakin turun jadi 3,6 persen pada April 2022.

"Apa yang menjadi perhatian kami, sejak awal tahun ini kami sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dua kali. Dan, kami akan menurunkannya sekali lagi dalam dua pekan," kata Georgieva di Jakarta, dikutip Senin (18/7/2022).

Alasan pertama, gangguan supply chain akibat pandemi Covid-19 di beberapa negara saat ini masih terasa. Terutama akibat pembatasan yang dilakukan China, yang turut mendongkrak inflasi.

Berikutnya, konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina yang menyebabkan tekanan sangat tinggi terhadap harga komoditas seperti minyak dunia.

"Itu sebenarnya menguntungkan negara-negara asal komoditas seperti Indonesia. Tetapi itu melukai negara-negara lainnya. Dan, ini juga sebenarnya buruk bagi Indonesia karena tekanan inflasi," imbuh Georgieva.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lonjakan Inflasi

Ketiga, yang juga sangat penting, lonjakan inflasi membuat banyak bank sentral memperketat kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga acuan, seperti yang dilakukan The Fed di Amerika Serikat.

Georgieva menambahkan, tingginya angka pinjaman selama Covid-19 untuk proses pemulihan ekonomi juga bisa menimbulkan tekanan ketika suku bunga naik.

"Bagi negara dengan tingkat utang yang tinggi, terutama dalam denominasi dolar, naiknya nilai tukar dolar akan mendorong mereka ke kondisi default," pungkas Georgieva.

 

3 dari 4 halaman

IMF Pastikan Ekonomi Indonesia Tak Masuk Jurang Krisis

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama dengan Managing Director Dana Moneter Internasional atau Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengunjungi pusat perbelanjaan Sarinah pada Minggu (17/7/2022).

Dalam kunjungan ini Erick Thohir menjelaskan bahwa Kristalina Georgieva atas nama IMF memandang bahwa ekonomi Indonesia masih akan tetap positif di tengah tekanan geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.

"Ada tiga hal yang disampaikan, pertama dia meyakinkan Indonesia tidak berada dalam jurang krisis seperti yang digembar-gemborkan," ujar Erick.

Kendati begitu, ucap Erick, hal tersebut tidak menurunkan kewaspadaan Indonesia meski secara internal ekonomi Indonesia dalam posisi kuat. "Secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak," ucap Erick.

Georgieva, lanjut Erick, menilai Indonesia sudah menuju pada arah yang baik dengan memiliki fondasi ekonomi yang kuat dengan kemajuan pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan kepada UMKM. Selain itu, Georgieva, Erick sampaikan juga kagum dengan upaya Indonesia dalam memperkuat ekosistem ekonomi seperti yang ada di Sarinah.

Erick mengatakan penguatan ekosistem tidak bisa ego sektoral, tetapi harus saling mendukung dan harus ada hasil yang konkret. Erick menyebut Sarinah tidak hanya etalase produk lokal semata, melainkan upaya pemerintah meningkatkan kualitas produk lokal yang bisa bersaing di kancah global dan berkesinambungan.

"Jangan lagi ada persepsi seakan-akan produk itu standarnya tidak baik, kita bisa buktikan di sini, bahkan kemarin Bapak Presiden bilang kenapa kalau UMKM harus dijual murah padahal ini handmade bangsa kita. Jualnya mahal dong, inilah yang harus kita dorong. Tentu, saya senang IMF datang ke sini memuji-muji Indonesia, tidak lagi seperti dahulu," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Indonesia Disebut Bakal Bangkrut Seperti Sri Lanka, Menko Luhut: Yang Bilang Sakit Jiwa

Indonesia masih bisa bertahan di tengah tantangan pandemi Covid-19 dan perang Rusia dengan Ukraina. Terbukti, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,1 persen di kuartal I 2022. Bahkan, ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

"Kalau kita lihat Indonesia ekonomi terbaiknya di dunia di tengah di gejolak perang Ukraina ini," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dikutip dari Antara, Jumat (15/7/2022).

Indikasi ekonomi yang kuat itu, menurut Luhut, bisa dilihat dari kinerja ekspor yang positif selama 26 bulan terakhir. Begitu pula tingkat inflasi yang terjaga dengan baik. "Kita salah satu negara yang inflasinya terbaik di dunia. Ini perlu kita syukuri," katanya.

Luhut juga menampik anggapan sejumlah pihak yang menyamakan kondisi Indonesia dengan Sri Lanka yang mengalami kebangkrutan. Luhut meminta agar mereka yang mengkritik demikian agar bisa melihat data-data yang ada.

"Jadi kalo ada yang ngomong kita mau samakan dengan Sri Lanka, bilang dari saya, sakit jiwa itu. Lihat data-data yang baik. Suruh datang ke saya, dia. Orang bilang, Nih Pak Luhut nantang. Bukan nantang ya. Supaya dia jangan membohongi rakyatnya, jangan kepentingan politiknya di bikin-bikinin," tegasnya.

Menurut Menko Luhut, dalam keadaan sulit seperti saat ini, semua pihak harus kompak.

"Jangan membohongi rakyatnya. Itu saya nggak suka melihat itu. Jadi untuk dia populer, dia bikin berita-berita bombastis yang membohongi rakyat. Itu saya pikir ndak adil dan tidak benar," pungkas Luhut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.