Sukses

Rupiah Ditutup Tak Berdaya di Level 14.999 Dolar AS

Kurs rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi 14.999 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.994 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore ditutup melemah menjelang pengumuman notula rapat bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve dini hari nanti.

Kurs rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi 14.999 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.994 per dolar AS.

"Dolar AS catat penguatan di tengah sikap optimistis pelaku pasar terhadap kebijakan moneter The Fed, menjelang pengumuman notula rapat The Fed malam nanti," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.

Kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang berpeluang sangat agresif mungkin akan tersurat pada pengumuman notula rapat The Fed pada Juni lalu yang akan dibacakan pada dini hari Kamis (7/7).

Hal itu telah menopang dolar AS menguat dan menekan mata uang utama dan harga komoditas yang turun.

Rencana Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell untuk meningkatkan tingkat suku bunga acuan sebagai upaya menekan inflasi yang terus meningkat di AS, telah diutarakan pada pertemuan diskusi panel bersama Presiden European Central Bank (ECB) dan Gubernur Bank of England (BoE) pada pekan lalu, yang terus menopang minat pasar terhadap dolar AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dolar AS

Dolar AS sendiri telah mengalami rally sejak November tahun lalu karena ekspektasi kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed, yang baru saja mulai memenuhi harapan pasar.

Kenaikan dolar AS juga didukung oleh pasar obligasi yang memberikan peringatan bahwa ekonomi mungkin akan jatuh atau sudah jatuh ke dalam resesi, dan hal itu telah memicu investor untuk memborong aset aman dolar.

Pasar mengamati selisih atau spread pada kurva tingkat imbal hasil obligasi AS, atau perbedaan antara imbal hasil obligasi AS berdurasi lebih panjang dan imbal hasil berdurasi lebih pendek.

Lazimnya, imbal hasil dengan durasi yang lebih lama, seperti imbal hasil pada tenor 10 tahun lebih tinggi daripada imbal hasil dengan durasi yang lebih pendek, seperti pada imbal hasil dua tahun. Tetapi, imbal hasil 2 tahun saat ini telah meningkat di atas imbal hasil 10 tahun.

Namun penurunan tersebut berpeluang terbatasi di tengah oleh outlook pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.023 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran 14.993 per dolar AS hingga 15.039 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi 15.015 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya 14.990 per dolar AS.

3 dari 3 halaman

BI Klaim Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Ringgit Malaysia

Bank Indonesia (BI) mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi masih lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Tercatat, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 secara year to date (ytd).

Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

"Depresiasi Rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," ujarnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juni 2022, Kamis (23/6/2022).

Perry menjelaskan, depresiasi Rupiah tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi kurs Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

"Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.