Sukses

Rupiah Berpotensi Loyo pada Jumat 1 Juli 2022

Rupiah ditutup melemah hari ini Kamis, 30 Juni 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Kamis (30/6/2022) Rupiah ditutup melemah 50 poin yang sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp 14.903. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.852.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 1 Juli 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.880 hingga Rp 14.930,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (30/6/2022).

Secara internal pergerakan rupiah dipengaruhi oleh pasar yang masih terus memantau perkembangan inflasi pada Juni 2022 yang diperkirakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2022 diperkirakan akan mengalami inflasi sebesar 0,57 persen secara bulanan. Kondisi ini akan membawa inflasi Indonesia secara tahunan mencapai 4,2 persen.

Secara bulanan, diperkirakan inflasi akan dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan khususnya komoditas cabai rawit merah, daging sapi, bawang merah, dan telur ayam. Selain itu, naiknya harga tiket maskapai penerbangan juga memberi andil terhadap inflasi.  

Biasanya inflasi setelah momentum Lebaran akan melandai, sejalan dengan harga komoditas yang mulai menurun setelah permintaan kembali normal. Namun, kenaikan harga barang, terutama pada komponen harga bergejolak (volatile food), cukup mendorong inflasi. 

Terlebih lagi ada kenaikan input biaya pertanian dari harga pupuk, faktor cuaca, dan panen yang tidak merata di sentra pangan utama.

Di samping itu, tekanan pada biaya produksi akibat naiknya harga gandum dan minyak goreng akibat  pasokan yang seret karena perang Rusia-Ukraina, mulai diteruskan oleh pelaku FMCG ke konsumen ritel. 

Dengan demikian, harga makanan turut menyumbang inflasi pada Juni 2022. Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Juni 2022 akan mencapai 0,50 persen. Adapun, penyumbang utama inflasi hingga minggu keempat yaitu cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, dan tomat.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dolar AS Stabil

Sementara Rupiah melemah, Dolar AS stabil di perdagangan Kamis, tetapi masih berada di dekat puncak dua dekade, mengingat permintaan safe-haven di tengah kekhawatiran baru tentang suku bunga yang lebih tinggi dan resesi global.

Ketua The Fed, Jerome Powell, berbicara pada Rabu di forum tahunan Bank Sentral Eropa di Portugal, membela AS. kenaikan suku bunga 75 basis poin bank sentral baru-baru ini. 

Kenaikan terbesar sejak 1994 yang diperlukan untuk membantu membawa inflasi kembali ke target 2 persen, meskipun perlambatan ekonomi yang lebih luas akan menjadi hasil yang "mungkin".

Presiden ECB, Christine Lagarde juga memperingatkan inflasi di zona eropa adalah "tinggi yang tidak diinginkan," dan bank sentral akan diperlukan untuk membawa inflasi kembali ke target 2 persen. 

Sementara Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan pembuat kebijakan " memiliki opsi ”bertindak lebih tegas untuk menahan inflasi, tidak mengesampingkan kenaikan 50 basis poin pada pertemuan berikutnya.

Sementara itu, Presiden Xi Jinping mengatakan nol-COVID masih merupakan kebijakan paling "ekonomis dan efektif" untuk China meskipun negara itu baru saja memangkas waktu karantina COVID untuk pelancong yang masuk.

3 dari 4 halaman

Rupiah Langsung Tertekan Usai Gubernur The Fed Nyatakan Perang Lawan Inflasi

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis pagi ini. Pelemahan rupiah ini usai Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan siap berperang melawan inflasi.

Pada Kamis (30/6/2022), nilai tukar rupiah bergerak melemah 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.867 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.853 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS karena sentimen The Fed dan resesi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Semalam dalam forum Bank Sentral Eropa, Jerome Powell menegaskan komitmen untuk memerangi inflasi meskipun akan berisiko memperlambat laju pertumbuhan ekonomi di AS.

"Ini artinya The Fed tidak ragu untuk merilis kebijakan pengetatan yang lebih agresif ke depannya," ujar Ariston.

Dolar AS langsung menguat terhadap nilai tukar lainnya dengan pernyataan Powell tersebut. Pada Kamis pagi ini indeks dolar AS sudah bergerak di kisaran 105 setelah sebelumnya di kisaran 103-104.

Sementara itu, isu resesi masih menjadi pembicaraan pelaku pasar. Dengan tingkat inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral global, permintaan bisa menurun dan menekan pertumbuhan ekonomi.

"Isu ini juga akan menekan harga aset berisiko," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah 14.900 per dolar AS dengan potensi support di level 14.830 per dolar AS.

4 dari 4 halaman

BI Klaim Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Ringgit Malaysia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi masih lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Tercatat, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 secara year to date (ytd).

Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

"Depresiasi Rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," ujarnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juni 2022, Kamis (23/6/2022).

Perry menjelaskan, depresiasi Rupiah tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi kurs Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

"Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.