Sukses

BI: Inflasi 2022 Bisa Lewati 4 Persen

Tak hanya ancaman inflasi, Indonesia juga dihadapkan pada ancaman kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melihat dengan realisasi  saat ini maka kemungkinan besar angka inflasi sepanjang tahun 2022 bakal di atas 4 persen. Artinya kenaikan inflasi akan melebihi target yang ditetapkan pemerintah yakni sekitar 2 persen sampai 4 persen.

"Tahun 2022 ini inflasi kita diperkirakan melewati batas atas kami yakni 4 persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Destry Damayanti dalam rapat Badan Anggaran DPR RI di Kompleks DPR, Jakarta, Senin (27/6/2022).

Destry menjelaskan, Bank Indonesia mewaspadai dampak kenaikan bahan pangan terhadap ekspektasi inflasi. BI mengaku akan menggunakan semua kebijakan yang dimiliki untuk menahan laju inflasi. Utamanya pada inflasi inti yang saat ini sudah di level 3,6 persen.

"Kami akan all out kebijakan yang kita punya dan penyesuaian suku bunga kalau ada tanda-tanda kenaikan inflasi inti," kata dia.

Meski begitu Destry meyakini kenaikan inflasi bersifat sementara. Sehingga pada tahun 2023, tingkat inflasi akan kembali dalam kisaran pemerintah sekitar 3 persen plus minus 1 persen.

"Tapi tahun 2023 kami perkirakan akan kembali di range 3 persen plus minus 1 persen," kata dia.

Tak hanya ancaman inflasi, Indonesia juga dihadapkan pada ancaman kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi ini terjadi karena situasi tekanan yang tinggi.

Hanya saja, Destry optimis di 2023 akan kembali mereda seiring dengan kondisi ekonomi nasional yang berdaya tahan. Di sisi lain CAR tahun ini akan lebih kecil dari tahun 202 karena cadangan devisa yang cukup ample dan perekonomian domestik yang semakin kuat.

"Kami akan perkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung pengendalian inflasi dan makroekonomi," kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jokowi Sebut Inflasi Jadi Musuh Besar Seluruh Negara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh jajarannya untuk mewaspadai perkembangan inflasi global. Jokowi menjelaskan, inflasi menjadi musuh pemulihan ekonomi bagi seluruh negara di dunia.

"Hati-hati yang menjadi momok semua negara ini adalah inflasi," ujar Jokowi dalam acara perayaan 50 tahun Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Jokowi mengatakan, saat ini, laju inflasi di Amerika Serikat (AS) sudah menembus level 8,3 persen. "Padahal, Amerika yang biasanya hanya inflasi 1 persen," tekan Jokowi.

Bahkan, ada negara yang mengalami lonjakan inflasi hingga 70 persen. Untuk diketahui, kenaikan ekstrem harga komoditas membuat inflasi naik seperti di Turki mencapai 74 persen.

Peningkatan harga tidak hanya berdampak pada inflasi, tetapi juga pelebaran defisit. Misalnya di Mesir pelabaran defisit terus terjadi, padahal negara itu penghasil gas.

Untuk itu, Jokowi mengingatkan para pembantunya untuk bekerja lebih ekstra dalam mengatasi persoalan inflasi. Terlebih, situasi ketidakpastian perekonomian global masih tinggi akibat pandemi Covid-19 dan konflik Rusia dan Ukraina.

"Inilah yang perlu saya ingatkan untuk kita semuanya. Jangan sampai kita merasa normal, padahal keadaannya betul-betul pada situasi yang tidak normal," tutupnya.

 

3 dari 4 halaman

Inflasi Turki Tembus 74 Persen, Sri Mulyani Was-Was

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan harga sejumlah bahan pangan dan energi menimbulkan inflasi tinggi di sejumlah negara. Dia pun mengakui, di Indonesia tidak semua harga bisa ditahan agar tidak berdampak kepada masyarakat.

"Indonesia harus melihat guncangan ini di dalam konteks apa yang harus kita amankan. Yang perlu kita amankan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Kita ingin tidak hanya ekonomi pulih, tetapi masyarakat kondisinya membaik," ujar Sri Mulyani, Jakarta, Selasa (7/6).

Sri Mulyani menjelaskan, menjaga daya beli masyarakat berpotensi menimbulkan implikasi kebijakan. Sebab, jika pemerintah berupaya keras menahan kenaikan harga maka dampaknya pada pembengkakan subsidi.

"Oleh karena itu, melindungi daya beli memang masyarakat memang menimbulkan implikasi kebijakan bahwa harga sedapat mungkin harga kita tahan, tapi tidak semuanya bisa kita tahan. Ini berarti subsidi akan melonjak akan tinggi," jelasnya.

Sri Mulyani menjabarkan, kenaikan ekstrem harga komoditas membuat inflasi naik seperti di Turki mencapai 74 persen. Sementara di Indonesia telah mencapai 3,5 persen.

"Kita melihat situasi kenaikan harga di berbagai negara tidak mampu di-absorb. Kenaikan itu diteruskan langsung ke perekonomian dan masyarakat sehingga banyak negara mengalami kenaikan harga di dalam negerinya. Saya bicara dengan banyak Menkeu. Menkeu Turki mengatakan inflasi didalam negerinya 74 persen, Indonesia 3,5 persen," jelasnya.

Peningkatan harga tidak hanya berdampak pada inflasi, tetapi juga pelebaran defisit. Misalnya di Mesir pelabaran defisit terus terjadi, padahal negara itu penghasil gas.

"Saya bicara dengan Menkeu Mesir mereka merasakan harga minyak naik meski mereka punya gas. Kenaikan yang sangat ekstrem. Harga energi mereka masih absorb, sehingga harga BBM sama dengan Indonesia, namun subdisinya melonjak sekali. Defisit APBN Mesir 6 persen. Ini memberikan perbandingan bahwa semua konsekuensinya ada di mana mana," tandasnya.

 

4 dari 4 halaman

BPS: Inflasi Mei 2022 Capai 0,4 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,4 persen pada Mei 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 109,98 pada April menjadi 110,42.

“Pada Mei 2022 ini terjadi inflasi sebesar 0,4 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 109,98 pada April menjadi 110,42,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dikutip dari Antara, Kamis (2/6/2022.

Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Mei yang sebesar 0,4 persen (mtm) ini utamanya berasal dari tarif angkutan udara, telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah.

Dengan terjadinya inflasi pada Mei, maka inflasi tahun kalender Mei 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 2,56 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Mei 2022 terhadap Mei 2021 sebesar 3,55 persen.

Margo menuturkan inflasi pada Mei 2022 yang sebesar 3,55 persen (yoy) ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017 sebesar 3,61 persen (yoy).

Ia mengatakan dari 90 kota IHK terdapat 87 kota yang mengalami inflasi pada Mei 2022 dan dua kota mengalami deflasi.

Dari 87 kota yang mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,24 persen dan terendah di Tangerang dan Gunungsitoli masing-masing sebesar 0,05 persen.

Inflasi di Tanjung Pandan yang sebesar 2,24 persen didorong oleh komoditas ikan kerisi dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,53 persen, air kemasan 0,31 persen dan angkutan udara 0,28 persen.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.