Sukses

Kadin Net Zero Hub Galang Investor Bantu Transisi Energi Berkeadilan

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mendorong transisi energi dengan menurunkan emisi di seluruh sektor dan segmen masyarakat

Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mendorong transisi energi dengan menurunkan emisi di seluruh sektor dan segmen masyarakat disertai terciptanya inovasi dan metode untuk meningkatkan kesetaraan sosial, khususnya dalam konteks keadilan energi.

Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan KADIN, Muhammad Yusrizki mengemukakan Just Energy Transition atau Transisi Energi yang Berkeadilan sebagai salah satu semangat yang dibangun oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dalam konteks transisi energi Indonesia.

“Bahkan pada saat ini, banyak segmen komunitas khususnya di area 3T di Indonesia yang mengalami kemiskinan listrik. PLN sebagai perpanjangan tangan negara memang sudah hadir di banyak area 3T, tetapi pasokan listrik yang ada di daerah tersebut tidak merata, akibatnya komunitas masyarakat di daerah 3T hanya bisa mendapatkan listrik sekian jam sehari, belum 24 jam,” papar Ketua Kadin Net Zero Hub ini saat menjadi pembicara di Global Conference 2022 Asia Venture Philanthropy Network (AVPN), dikutip Sabtu (25/6/2022).

“Keterbatasan pasokan listrik juga akhirnya menghambat perputaran ekonomi komunitas dimana untuk mendapatkan nilai tambah mereka membutuhkan infrastruktur dasar, salah satunya kelistrikan,” timpalnya.

Lulusan ITB yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Enegi Baru Terbarukan Kadin Indonesia ini menegaskan pentingnya peran serta semua pemangku kepentingan dalam membangun transisi energi yang berkeadilan, terlebih dengan adanya keterbatasan dari PLN selaku perwakilan pemerintah dalam memasok energy listrik.

“Dalam hal perbaikan penyediaan listrik untuk daerah 3T, kita harus akui PLN memiliki keterbatasan satu dan lain hal. Boleh dibilang kondisi oversupply di Jawa Bali menjadi issue besar bagi PLN yang membuat EBT skala utilitas belum menjadi prioritas PLN. Tetapi yang lebih disesalkan, kebutuhan komunitas masyarakat di 3T seolah-olah turut terbengkalai di tengah kondisi oversupply Jawa Bali,” tukasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rancang Kerja Sama

Di tengah hiruk pikuk sistem kelistrikan Indonesia, KADIN ucap Yuzrizki tengah merancang serangkaian kerjasama dengan kelompok dan komunitas yang memiliki perhatian terhadap kebutuhan komunitas masyarakat 3T. Terutama komunitas yang dapat memberikan dampak positif dan langsung dapat dirasakan.

“KADIN bertemu dan bekerja sama dengan komunitas pemuda yang merancang bisnis model inovatif dimana penyediaan listrik energi terbarukan dikombinasikan dengan layanan infrastruktur yang betul-betul diperlukan oleh daerah tersebut. Sebagai contoh irigasi. Selain menyediakan listrik dari energi terbarukan, kita juga harus merancang teknologi dan model bisnis berkelanjutan yang dapat menjawab kebutuhan akan irigasi di sub-sektor pertanian dan perkebunan yang ada pada komunitas masyarakat 3T,” demikian tambahan penjelasan dari Yusrizki.

Melanjutkan contoh irigasi, inovasi dalam model bisnis berarti menggabungkan penyediaan energi terbarukan dengan pemanfaatan teknologi irigasi tepat guna, yang dirancang dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan energi terbarukan. Hasil secara komersial adalah komunitas masyarakat tidak lagi membayar energi listrik per kilowatt-hour, tetapi membayar layanan irigasi misalnya dalam unit per liter per hari.

“Dengan inovasi model bisnis seperti irigasi, maka manfaat energi terbarukan memiliki manfaat yang terlihat, yang tangible, dan dampak positifnya bisa langsung dirasakan oleh komunitas tersebut,” sambung Yusrizki.

Dalam rangkaian Global Conference 2022, Yusrizki mengajak setiap anggota AVPN dan pihak-pihak internasional yang ingin memajukan agenda transisi energi yang berkeadilan untuk melihat ke komunitas-komunitas yang bergerak langsung di komunitas masyarakat 3T.

“Banyak sekali anak-anak muda yang memiliki semangat pembangunan ekonomi mikro lengkap dengan pemahaman teknologi. Jika KADIN dan AVPN mampu membentuk sebuah supporting ecosystem yang mengelilingi mereka, maka dampak transisi energi yang berkeadilan bisa jauh lebih signifikan jika dibandingkan dengan kita berusaha untuk meningkatkan energy mix dari EBT pada grid nasional. Pada akhirnya, masyarakat di daerah 3T tidak dapat menunggu ketersediaan grid, mereka membutuhkan solusi yang dapat membantu mereka meningkatkan nilai tambah perekonomian,” Yusrizki menutup paparannya.

 

 

3 dari 4 halaman

Jadi Tuan Rumah, Indonesia Harus Bisa Ajak Negara G20 Jalankan Transisi Energi

Sebelumnya, Indonesia memiliki kesempatan strategis denga menjadi tuan rumah Perhelatan G20 Summit. Dalam gelaran G20 ini, Indonesia bisa mengajak negara G20 dengan perekonomian besar di dunia agar berkomitmen mengatasi krisis global yang dihadapi saat ini.

Co-Chair C20 Indonesia Aryanto Nugroho menjelaskan, energi tidak hanya dipandang sebagai sebuah komoditas tetapi juga menjadi faktor pertumbuhan ekonomi.

"Forum G20 diharapkan menjadi titik transformasi pemimpin dunia dalam mewujudkan aksi ambisius terhadap perubahan iklim, khususnya melalui transisi energi," kata Aryanto dikutip dari Antara, Senin (30/5/2022).

Saat ini ketergantungan negara-negara G20 terhadap pemakaian energi fosil masih sangat tinggi, termasuk dalam kerangka ini konsumsi gas yang masih sangat tinggi.

G20 sebagai kelompok negara yang mendominasi sistem ekonomi global dan menjadi rumah bagi dua pertiga dari populasi dunia bertanggung jawab terhadap 78 persen emisi karbon global.

Aryanto menyampaikan bahwa memastikan stabilitas energi dan ketahanan energi dalam jangka panjang juga menjadi bagian dalam melakukan transisi energi. Jadi, sebelum transisi energi, ketahanan energi termasuk stabilitas energi menjadi penting apalagi di tengah krisis Ukraina maupun Rusia.

"Di satu sisi, para ilmuwan memberikan penilaian melalui IPCC Report tentang mitigasi perubahan iklim bahwa rata-rata emisi global tahunan mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah manusia dalam satu dekade terakhir," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Butuh Upaya Luar Biasa

Walaupun peningkatan emisi mulai melambat, lanjut Aryanto, aksi perubahan iklim terbukti dengan menurunnya harga panel surya dan teknologi pembangkitan listrik tenaga angin secara signifikan.

Namun, upaya yang dilakukan saat ini masih sulit untuk mencapai target di bawah dua derajat Celcius. Bahkan diprediksi mencapai tiga derajat Celcius jika masih melakukan business as usual.

"Oleh karena itu, kita membutuhkan upaya yang luar biasa. Percepatan transisi menjadi kata kunci terkait hal ini," ucap Aryanto.

Ia menerangkan salah satu tantangan terbesar melakukan transisi adalah kebutuhan pendanaan dan memastikan transisi energi yang berkeadilan. Di satu sisi kita butuh pendanaan, memastikan modal kapital itu benar-benar kita dorong untuk memperkuat transisi energi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.