Sukses

Rupiah Berpotensi Loyo pada Selasa 21 Juni 2022

Pada perdagangan Senin (20/6/2022) Rupiah ditutup melemah 11 poin.

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Senin (20/6/2022) Rupiah ditutup melemah 11 poin walaupun sempat melemah 15 poin di level Rp 14.836. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.824.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Selasa, 21 Juni 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.820 hingga Rp 14.870,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (20/6/2022).

Secara internal pergerakan rupiah awal pekan dipengaruhi oleh Pemerintah dan Bank Indonesia yang perlu mewaspadai dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS  sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75 persen minggu lalu,  yang dampaknya sudah terasa dari melemahnya mata uang rupiah. 

Dengan kenaikan suku bunga tersebut, maka arus modal asing kembali keluar di pasar surat utang karena spread antara yield SBN dan yield treasury di tenor yang sama semakin menyempit. Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market.

Selain itu, penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi pasca-pandemi melandai tapi terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga.  

Perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke SBN. Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyumbang Utama Inflasi

Kemudian masalah imported inflation naik akibat membengkaknya biaya impor bahan baku dan barang konsumsi. Situasi ini dipicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan survei Pemantauan Harga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada minggu ketiga Juni 2022 menunjukkan, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga Juni 2022 diperkirakan sebesar 0,43 persen month to month (mtm)

Sedangkan penyumbang utama inflasi Juni 2022 sampai dengan minggu ketiga  yaitu cabai merah sebesar 0,14 persen (mtm), cabai rawit sebesar 0,10 persen (mtm), bawang merah sebesar 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,05 persen sebesar (mtm), dan tomat sebesar 0,03 persen (mtm).

Guna untuk menanggulangi ini semua, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

 

3 dari 4 halaman

Dolar AS Melemah

Tak hanya Rupiah, Dolar AS juga melemah sejenak untuk menarik napas setelah minggu yang bergejolak yang melihatnya mundur tajam dari tertinggi dua dekade terhadap mata uang utama. 

Namun, itu pulih setengahnya pada akhir pekan lalu karena investor terus menilai prospek kebijakan moneter AS dan risiko resesi menyusul kenaikan suku bunga terbesar Federal Reserve sejak 1995.

Presiden Joe Biden mengatakan pada Sabtu dia sedang mempertimbangkan untuk menaikkan beberapa tarif di China dan kemungkinan jeda pada pajak gas federal untuk melawan inflasi.

Di sisi lain, BOJ pada Jumat lalu melawan gelombang pengetatan yang mencakup Fed, Bank of England dan bahkan kenaikan setengah poin yang mengejutkan dari Swiss National Bank, sementara juga menolak serangan dari spekulan pasar obligasi yang menguji komitmen otoritas moneter terhadap toleransi 25 basis poin nya. sekitar target nol persen untuk imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10-tahun.

4 dari 4 halaman

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan Akibat Kebijakan The Fed

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin pagi ini ditransaksikan melemah. Pelemahan nilai tukar rupiah ini dipicu sentimen kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).

Pada Senin (20/6/2022), rupiah bergerak melemah 8 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.833 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di level 14.825 per dolar AS.

"Dolar AS menguat dibalik keputusan The Fed yang menaikkan suku bunga terbesar sejak tahun 1994," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dikutip dari Antara.

The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,75 persen ke level 1,75 persen pada tengah pekan lalu. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam 30 tahun.

The Fed juga bersiap untuk menaikkan tingkat suku bunga pada Juli dan Agustus, dengan ekspektasi kenaikan sebesar 0,5 persen. Pada Mei 2022 kemarin, Bank Sentral AS juga telah menaikkan suku bunga 0,5 persen. 

Gubernur The Fed Jerome Powell menunjukkan sikap keberatan untuk menaikkan suku bunga terlalu agresif, dengan menyebutkan target tingkat suku bunga pada pertengahan level 2 persen dan tidak mengharapkan kenaikan sebesar 75 basis poin seperti pada hasil pekan lalu.

Tetapi jika ancaman inflasi terus meningkat, dapat memaksa The Fed untuk mengambil langkah agresif kembali pada pertemuan bulan selanjutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.