Sukses

Kemenperin Catat 923 IKM Bersertifikat TKDN hingga Juni 2022

Kemenperin mencatat, hingga Juni 2022 sudah ada 923 Industri kecil Menengah (IKM) yang telah mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari 1.250 IKM.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, hingga Juni 2022 sudah ada 923 Industri kecil Menengah (IKM) yang telah mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari 1.250 IKM.

Dirjen Industri Kecil Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita, menjelaskan bagi IKM yang masuk dalam Gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) harus memiliki sertifikat TKDN.

Karena untuk masuk ke e-katalog, IKM tersebut harus mendapatkan sertifikat TKDN. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian memberikan fasilitas sertifikat TKDN gratis ke IKM dalam upaya mencapai target 1.250 produk IKM miliki sertifikat TKDN tahun ini.

“Targetnya tahun ini ada 1.250 produk IKM, dan sampai Juni ini sudah ada 923 IKM yang sudah mendapatkan sertifikat TKDN nya secara gratis,” Reni dalam FMB9 dengan topik BBI, Jurus Kunci Bangkitkan Gairah IKM, Senin (20/6/2022).

Lebih lanjut, Reni juga membahas mengenai Lagawi Fest yang merupakan rangkaian dari Gerakan Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) tahun 2022.

Pemerintah konsisten mengkampanyekan semangat cinta produk dalam negeri agar industri Indonesia bisa terus tumbuh, salah satunya mendorong IKM asal Lampung.

Reni menjelaskan, melalui Lagawi Fest Kemenperin menggandeng provinsi Lampung. Kita tahu Lampung merupakan pintu masuk dari selatan pulau Sumatera, dan potensi sumber daya alamnya juga banyak.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Industri Manufaktur

Selain itu, kata Reni, industri manufaktur di Lampung juga meningkat di tahun lalu yaitu 4,59 persen. Artinya, menunjukkan bahwa kegiatan manufaktur di Lampung sudah menggeliat. Plus juga banyak pelaku-pelaku IKM-IKM yang sudah berkembang di sana baik itu IKM makanan minuman, pakaian jadi ataupun kerajinan, termasuk di dalamnya juga menghasilkan teknologi mesin tepat guna.

“Inilah tantangan kita bagaimana jika memang sudah berkembang di sana supaya menjadi produk yang artisan, lebih berkelas lagi di kenal tidak hanya di Lampung tetapi juga seluruh Indonesia bahkan juga ekspor,” ujarnya.

Melalui BBI Lagawi Fest ini pihaknya mencoba menggerakkan wirausaha baru yang ada di provinsi Lampung untuk mulai mengembangkan inovasi, terhadap produk yang selama ini sudah dihasilkan.

“Kita juga mencoba untuk lebih mengenalkan dengan masuk di berbagai macam marketplace yang ada, dengan kita melakukan berbagai macam pelatihan-pelatihan series termasuk pendampingan teknis,” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Lewat e-Smart Kemenperin, 14.025 IKM Sudah Go Digital

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah melatih 22.515 Industri Kecil Menengah (IKM) melalui program e-smart IKM, agar para pelaku IKM menguasai teknologi e-business. Tercatat dari pelatihan tersebut 14.025 IKM sudah on boarding ke platform digital.

Dirjen Industri Kecil Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita menjelaskan, program E-smart IKM sebetulnya telah berlangsung sejak 2017. Melalui program tersebut, Kemenperin membantu para IKM agar mampu mengelola pemasaran hingga sistem pembukuan secara digital.

“Nah ini yang sudah di IKM yang sudah masuk ke literasi digital itu sejumlah 22.515 IKM dan yang sudah boarding sekitar 14.025 IKM dengan kita menggandeng beberapa marketplace yang ada,” kata Reni dalam FMB9 dengan topik “BBI, Jurus Kunci Bangkitkan Gairah IKM”, Senin (20/6/2022).

Program E-smart IKM yang dikembangkan oleh Dirjen IKMA ini dijadikan pintu masuk bagi IKM untuk onboarding. Hal itu dilakukan, supaya Kemenperin mudah mengumpulkan, dan mengelola data IKM-IKM yang ada di Indonesia.

“Jadi untuk kami melakukan pembinaan untuk kami menjamin kualitas, produksinya termasuk fasilitas yang ada di kementerian perindustrian syaratnya adalah IKM tersebut harus ada di data e-smart IKM kami,” jelasnya.

Sebab e-smart IKM ini sesuai dengan program making Indonesia 4.0, salah satunya adalah pemberdayaan supaya IKM melek teknologi, dan agar IKM mampu menyajikan produknya secara digital.

4 dari 4 halaman

Tinggal Produksi Sesuai Kebutuhan Pasar

Lebih lanjut, Kemenperin mencatat jumlah unit dari Sabang sampai Merauke ada 4,4 juta unit usaha, dibagi menjadi 10.500 sentra-sentra IKM. Maka, Kemenperin efektif melakukan pemberdayaan dan pembinaan itu melalui sentra.

“Sentra ini adalah kumpulan dari minimal 5 IKM sejenis ataupun dia mempunyai proses produksi sejenis. Jadi, untuk pembinaannya kami pasti menyelesaikan permasalahan yang ada kalau di IKM pasti awalnya teknologi, teknologi masih sangat sederhana,” ujarnya.

Ketika permasalahan teknologi telah teratasi, tinggal bagaimana IKM mampu menghasilkan barang sesuai dengan pasar. Melalui gerakan nasional bangga buatan Indonesia sebenarnya pasarnya sudah ada. Pemerintah juga sudah menghimbau K/L untuk belanja produk lokal.

“Jadi, kebijakan afirmatif ini harus kami sikapi dengan membina IKM nya supaya memenuhi (pasar). Nah, memang tantangan besar adalah bagaimana pasar yang sudah tercipta ini kita harus tingkatkan,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.