Sukses

Transaksi Via Aplikasi Makin Ramai, Begini Nasib ATM Bank Mandiri

Data terakhir, transaksi perbankan melalui mesin ATM Bank Mandiri mengalami penurunan sebesar 0,6 persen.

Liputan6.com, Labuan Bajo - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengakui adanya tren penurunan dalam penggunaan mesin anjungan tunai (ATM) beberapa waktu terakhir. Hal itu seiring dnegan meningkatnya transaksi via platform digital yang dinilai lebih efisien.

Data terakhir bank dengan kode emiten BMRI itu menunjukan, transaksi perbankan melalui mesin ATM Bank Mandiri mengalami penurunan sebesar 0,6 persen.

Oleh sebab itu, perseroan tidak lagi menambah jumlah mesin ATM dengan fitur hanya tarik tunai. Namun masih mengeluarkan mesin ATM dengan fungsi setor dan tarik atau cash recycle machine (CRM).

"Kita penambahan terbaru selalu CRM. Yang baru-baru kita enggak ada lagi ATM. Yang lama kita maintain," kata SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri, Thomas Wahyudi, ditulis Jumat (17/6/2022).

Di saat bersamaan, perseroan mencermati tren transaksi masyarakat di masa mendatang yang akan semakin terdigitalisasi.

Untuk itu, Bank Mandiri kian serius dalam mengakselerasi pengembangan layanan digital, dengan Livin' by Mandiri sebagai ujung tombaknya.

"Dalam mengembangkan layanan digital, Bank Mandiri berupaya menghadirkan produk layanan digital yang bersifat customer centric dan inovatif sehingga dapat secara cepat dan tepat menghadirkan fitur serta benefit kepada nasabah," ujar Thomas.

Informasi saja, sampai akhir Mei 2022, aplikasi super milik Bank Mandiri, Livin’ by Mandiri, telah mampu melayani hingga 700 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 880 triliun. Aplikasi tersebut telah diunduh lebih dari 13 juta kali per 8 Juni 2022.

"Dengan beragam fitur dan layanan yang dimiliki, tren transaksi nasabah Bank Mandiri saat ini didominasi oleh Livin'. Sekarang, Livin' by Mandiri sudah mampu memproses hingga 11.000 transaksi per detik," imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Livin Investasi Banyak Peminat, Bank Mandiri Revisi Target Pertumbuhan Investor

Bank Mandiri mencatat minat investasi yang tinggi melalui fitur Livin' Investasi. Tercermin dari jumlah investor baru yang berhasil dijaring melalui fitur tersebut yang mencapai 40 juta nasabah sejak diluncurkan pada 23 Mei 2022.

"Dengan waktu kurang dari 15 hari, nasabah yang benar-benar investasi ada sekitar 40 ribu. Sehari kurang lebih 1.500-2.000 yang transaksi buka reksa dana atau produk investasi lain. Nilai transaksi hampir Rp 200 miliar," ungkap Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha, Kamis (16/6/2022).

Dalam kesempatan yang sama, SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri, Thomas Wahyudi mengaku terkejut dengan capaian itu. Melihat animo yang begitu tinggi, perseroan akan melakukan kajian ulang terkait target investor dan dana kelolaan yang dibidik hingga akhir tahun.

"Terus terang kami sangat terkejut dengan animo dari masyarkaat. Dalam dua minggu nambah 40 ribu investor. Jadi saya bingung mau target berapa," kata Thomas.

Bank Mandiri optimistis investor akan bertambah hingga empat kali lipat hingga akhir tahun. Mengingat perseroan tidak memasang target spesifik mengenai investor yang disasar. Sehingga diharapkan bisa menjangkau pasar seluas-luasnya.

"Mungkin tiga sampai empat kali kita masih berani untuk bisa tambah lagi investornya. Karena ini segmennya sangat luas. Mulai dari pelajar, mahasiswa, sampai ke orang-orang yang memang sudah biasa berinvestasi," kata Thomas.

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Restrukturisasi Kredit Bank Mandiri Tinggal Rp 64 Triliun

Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat tren restrukturisasi debitur terdampak COVID-19 yang kian melandai. Hingga akhir April 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri menjadi Rp 64 triliun.

Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 telah menuju ke Rp 606,39 triliun. Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya di akhir tahun 2020 yang menyentuh Rp 1.000 triliun.

Hal ini menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.

"Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II 2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6/2022).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.