Sukses

Rupiah Ditutup Tertekan Imbas Kebijakan Agresif The Fed

Kurs rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.699 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.682 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (14/6/2022). Rupiah tertekan ekspektasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang lebih agresif.

Kurs rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.699 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.682 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS hari ini karena sentimen The Fed," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Selasa (14/6/2022).

Dari survei terbaru yang dirilis oleh FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan bahwa pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya 50 basis poin, pada Kamis dini hari pekan ini.

Ekspektasi The Fed akan lebih agresif dipicu oleh data inflasi konsumen AS bulan Mei yang menunjukkan inflasi di AS terus meninggi.

Data inflasi AS dirilis 8,6 persen, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Dengan data tersebut, pasar berekspektasi The Fed akan lebih agresif mengetatkan kebijakan moneternya termasuk menaikkan suku bunga acuannya.

"Harga aset-aset berisiko rontok karena pasar mengantisipasi hal tersebut di atas," ujar Ariston.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi 14.756 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran 14.686 per dolar AS hingga 14.765 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi 14.729 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya 14.672 per dolar AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Isu Resesi Amerika Tekan Nilai Tukar Rupiah ke 14.750 per Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Selasa ini. Pelemahan ini melanjutkan penurunan yang dibukukan pada sehari sebelumnya. Pelemahan nilai tukar rupiah ini tertekan isu resesi di AS.

Pada Selasa (14/6/2022), rupiah bergerak melemah 68 poin atau 0,46 persen ke posisi 14.750 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.682 per dolar AS.

"Isu resesi Amerika Serikat masih menjadi pendorong pelemahan rupiah," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara.

Menurut Revandra, isu resesi semakin kencang setelah laporan inflasi AS bulan Mei yang secara tahunan naik 8,6 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

"Hal ini membuat dolar sebagai mata uang safe haven lebih menarik, terlihat dari index USD yang naik menembus 105 akibatnya rupiah semakin tertekan," ujar Revandra.

Investor tengah bersiap untuk kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve yang agresif dan kemungkinan resesi.

Bank sentral diperkirakan melakukan kenaikan terbesar dalam hampir tiga dekade pada Rabu (15/6) sebesar 75 basis poin.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke posisi 3,377 persen yang menunjukkan bahwa investor khawatir jalur pengetatan yang cepat akan merugikan pertumbuhan dan mungkin membawa resesi.

Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.650 per dolar AS hingga 14.750 per dolar AS.

3 dari 4 halaman

Gubernur BI: Rupiah Melemah 1,2 Persen di Mei 2022 Dampak Ketidakpastian Global

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 1,2 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk periode awal akhir April 2022 hingga saat ini. Perry mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh aliran modal asing keluar.

Keluarnya aliran modal asing itu akibat dari ketidakpastiannya pasar keuangan global. Ia juga mengungkap terdepresiasinya nilai tukar rupiah ini sejalan dengan mata uang regional lainnya.

“Nilai tukar rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 23 mei 2022 terdepresiasi 1,2 persen dibanding dengan akhir April 2022,” katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).

Depresiasi tersebut disebabkan oleh aliran modal asing keluar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik. Khususnya,kata dia, dari korporasi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian indoneisa.

“Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87 persen year-to-date dibandingkan dengan tingkat akhir 2021,” kata dia.

Kendati demikian, Perry Warjiyo menyebut tingkat depresiasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di beberapa negara tetangga. Contohnya, India yang mengalami depresiasi sebesar 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen.

4 dari 4 halaman

Tetap Terjaga

Lebih lanjut, Perry memprediksi kedepannya stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga. Ini didukung oleh kondisi fundamental ekonomi indonesia yang tetap terjaga.

“Tercermin dari rendahnya defisit transaksi berjalan, memadainya pasokan valas dari korporasi yang terus berlanjut serta komitmen dari Bank Indonesia,” ujarnya.

“Dalam hal ini Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi Indoneisa,” terangnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.