Sukses

Ternyata Rusia Cuan Rp 1,4 Kuadriliun dari Ekspor Minyak dan Gas Selama Perang di Ukraina

Rusia untung hampir Rp. 1,4 kuadriliun, dari ekspor minyak dan gas selama 100 hari pertama perang di Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan mengungkapkan bahwa Rusia memperoleh keuntungan hampir USD 100 miliar atau setara Rp 1,4 kuadriliun, dari ekspor minyak dan gas selama 100 hari pertama perang di Ukraina. 

Laporan itu datang dari Centre For Research on Energy and Clean Air (CREA).

Dilansir dari BBC, Selasa (14/6/2022) laporan CREA menemukan bahwa Rusia masih memperoleh pendapatan sebesar USD 97 miliar dari ekspor bahan bakar fosil dalam 100 hari pertama konflik Ukraina, dari 24 Februari hingga 3 Juni 2022.

Diketahui bahwa banyak negara menghindari pasokan energi dari Rusia, dalam kecaman dan sanksi atas invasi di Ukraina.

Uni Eropa, AS dan Inggris termasuk di antara mereka yang telah memutuskan pemberhentian sumber energi dari Rusia.

Pada bulan Maret, blok tersebut berkomitmen untuk mengurangi impor gas dari Rusia hingga dua pertiganya dalam setahun. Namun, sejauh ini belum dapat menyepakati larangan langsung.

Sementara itu, AS telah mendeklarasikan larangan penuh atas impor minyak, gas, dan batu bara Rusia. Inggris akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun ini.

Uni Eropa sendiri sebelumnya mengambil hingga 61 persen dari impor energi Rusia, bernilai sekitar USD 59 miliar atau Rp 868,3 triliun.

Secara keseluruhan, ekspor minyak dan gas Rusia turun dan pendapatan Moskow dari penjualan energi juga menurun dari puncaknya hingga  lebih dari USD 1 miliar per hari di bulan Maret 2022.

Tetapi pendapatan negara itu masih melebihi biaya perang di Ukraina selama 100 hari pertama - dengan CREA memperkirakan bahwa Rusia menghabiskan sekitar USD 876 juta (Rp. 12,8 triliun) per hari untuk invasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Signifikan

Laporan CREA juga mengatakan bahwa embargo minyak yang direncanakan Uni Eropa akan memiliki dampak yang signifikan.

Lembaga penelitian tersebut memperingatkan sejumlah besar minyak mentah Rusia yang sekarang sedang dikirim ke India, bisa meningkatkan pangsa total ekspor minyak mentah Rusia dari sekitar 1 persen sebelum invasi Ukraina menjadi 18 persen pada Mei 2022.

Laporan itu mengatakan "bagian yang signifikan" dari ini sedang disempurnakan dan dijual - seringkali kepada pelanggan di AS dan Eropa - yang digambarkan sebagai "celah penting untuk ditutup".

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa, ketika Rusia mencari pasar baru untuk minyak, sebagian besar diangkut dengan kapal - dan sebagian besar kapal yang digunakan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Eropa dan AS.

Selain India, negara-negara lain yang meningkatkan impor bahan bakar dari Rusia termasuk Prancis, China, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, demikian  menurut laporan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.