Sukses

Wamenkeu: Peran Bunga Acuan Sangat Penting, Jadi Pilar Pemulihan Ekonomi

uku bunga benchmark atau suku bunga acuan punya fungsi krusial dalam pasar keuangan dan berpengaruh langsung terhadap stabilitas sistem keuangan.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, suku bunga benchmark atau suku bunga acuan punya fungsi krusial dalam pasar keuangan dan berpengaruh langsung terhadap stabilitas sistem keuangan. Suku bunga benchmark merupakan acuan penetapan harga berbagai produk keuangan.

Perkembangan transisi benchmark suku bunga global dari LIBOR ke acuan yang lebih kredibel, serta penguatan acuan suku bunga di pasar domestik, telah menjadi perhatian otoritas sektor keuangan di berbagai negara, termasuk indonesia.

“Suku bunga benchmark, jika berbicara tentang suku bunga acuan itu, tentu saja, perspektif pertama adalah tentang stabilitas ekonomi dan stabilitas sektor keuangan kita. Sangat penting untuk memiliki sektor keuangan yang stabil sebagai salah satu pilar untuk mendapatkan pemulihan yang kuat,” kata Suahasil dalam seminar internasional bertajuk "Best Practices and Lessons Learnt on LIBOR Transition in Developing a Robust and Credible Reference Rate", Senin (13/6/2022).

Lebih lanjut, Suahasil menjelaskan terkait Presidensi G20 Indonesia. Pihaknya memastikan bahwa G20 dapat terus berfungsi sebagai platform di mana agenda Internasional dapat dibahas secara menyeluruh termasuk pemulihan dampak dari pandemi covid-19.

“Di tengah pemulihan pandemi ini kami memastikan bahwa kita dapat pulih bersama dari efek pandemi. Kita dapat pulih lebih kuat menatap masa depan dengan cara yang sangat cerah. Jadi dengan senang hati saya berada di sini dan berbagi beberapa pandangan,” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Isu G20

Menurutnya, pandemi mengajari kita bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya agenda penting yang harus dibahas dalam Pertemuan G20 mendatang. Melainkan, sisi kesehatan juga sama pentingnya. Pasalnya krisis kesehatan akibat pandemi juga berdampak terhadap ekonomi.

“Kami tahu bahwa tingkat infeksi menurun, tetapi kami tahu virusnya sebenarnya ada di luar sana dan kapan saja virus bisa menyerang kita. Jadi, sangat penting untuk melihat bagaimana ekonomi kesehatan dapat digabungkan bersama dan kita siap menghadapi masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi ekonomi kita,” ujarnya.

Tak berhenti di situ saja, ada bahasan lain yang tak kalah penting dari ekonomi dan kesehatan, yaitu mengenai isu lingkungan. Transisi menuju ekonomi hijau menjadi salah satu isu yang akan dibahas dalam Presidensi G20.

“Transisi menuju ekonomi hijau ini ada dalam agenda kami, dan penting untuk membahas ini bersama di G20,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 3,50 persen pada April 2022.

Keputusan itu diambil setelah bank sentral menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Senin hingga Selasa, atau 23 hingga 24 Mei 2022.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 sampai 24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRRR sebesar 3,50 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Mei 2022, Selasa (24/5/2022).

Selain suku bunga acuan, bank sentral pun kembali menahan suku bunga deposite facility tetap sebesar 2,75 persen. Keputusan yang sama juga berlaku pada suku bunga lending facility tetap di level 4,25 persen.

Perry mengatakan, dari dalam negeri pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, terbukti dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 sebesar 5,01 persen. Pada kuartal II/2022, BI melihat pertumbuhan tetap kuat. Hal ini tercermin dari indeks PMI, neraca perdagangan dan indeks mobilitas penduduk.

"Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2022 Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,5-5,3 persen," papar Gubernur BI.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.