Sukses

Presiden Bank Dunia Ingatkan Perang Rusia - Ukraina Bisa Sebabkan Resesi Global

Bulan lalu, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini hampir satu poin persentase penuh, menjadi 3,2 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Bank Dunia David Malpass memberi peringatan kepada seluruh negara di dunia bahwa invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina dapat menyebabkan resesi global. Hal ini bisa terjadi karena kenaikan harga pangan, energi dan pupuk.

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan pada acara bisnis AS pada hari Rabu bahwa sulit untuk melihat bagaimana dunia bisa menghindari resesi yang diakibatkan dari perang Rusia dengan Ukraina ini.

Dia juga mengatakan bahwa serangkaian penguncian di China untuk mengisolasi penyebaran virus corona menambah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dunia.

Menurutnya, berbagai tantangan ini akan meningkatkan risiko bahwa ekonomi dunia mungkin akan mengalami kontraksi.

"Saat kita melihat PDB global, sulit sekarang untuk melihat bagaimana kita bisa menghindari resesi," kata Malpass, tanpa memberikan perkiraan spesifik.

"Harga energi yang naik dua kali lipat sudah cukup untuk memicu resesi dengan sendirinya," tambahnya.

Bulan lalu, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini hampir satu poin persentase penuh, menjadi 3,2 persen.

Untuk diketahui, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran pertumbuhan ekonomi. Ini adalah salah satu cara terpenting untuk mengukur seberapa baik atau buruk, kinerja ekonomi.

PDB membantu pebisnis untuk menilai kapan harus memperluas dan merekrut lebih banyak pekerja atau berinvestasi lebih sedikit dan memotong tenaga kerja mereka.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terlalu Bergantung

Malpass mengatakan, banyak negara Eropa masih terlalu bergantung kepada Rusia untuk minyak dan gas. Bahkan ketika negara-negara Barat terus maju dengan rencana untuk mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia.

Dia juga mengatakan pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang AS bahwa langkah Rusia untuk memotong pasokan gas dapat menyebabkan perlambatan substansial di wilayah tersebut.

Dia mengatakan harga energi yang lebih tinggi sudah membebani Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di Eropa dan terbesar keempat di dunia.

"Negara-negara berkembang juga terpengaruh oleh kekurangan pupuk, makanan dan energi, kata Malpass.

 

3 dari 3 halaman

Penguncian China

Dia juga menyuarakan keprihatinan tentang penguncian di beberapa kota besar China, termasuk pusat keuangan dan manufaktur Shanghai, yang katanya masih memiliki konsekuensi atau dampak perlambatan pada dunia.

"China sudah mengalami beberapa kontraksi real estat, sehingga perkiraan pertumbuhan China sebelum invasi Rusia telah melunak secara substansial untuk 2022," katanya.

“Kemudian gelombang Covid menyebabkan penguncian yang semakin mengurangi ekspektasi pertumbuhan untuk China,” tambahnya.

Juga pada hari Rabu, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah terpukul lebih keras oleh putaran penguncian terakhir daripada pada awal pandemi pada tahun 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.