Sukses

Indonesia Bakal Resesi Lagi? Tak Semudah Itu Ferguso

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menanggapi peluang Indonesia masuk zona resesi seperti beberapa halnya negara lain di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menanggapi peluang Indonesia masuk zona resesi seperti beberapa halnya negara lain di dunia. Menurutnya, perekonomian Indonesia sangat kuat jika dibandingkan negara negara yang masuk zona resesi.

"Apakah indonesia masuk resesi? mari kita lihat faktanya dan angka angkanya. Ekonomi indonesia kuartal ini tumbuh 5 persen bahkan diatasnya sedikit. Perkiraan BI kisarannya 4,5 hingga 5,3 persen tahun ini," kata Gubernur Bank Indonesia, Selasa (24/5/2022).

Perry memastikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia positif. Meski demikian, dia tidak menampik ada kenaikan inflasi dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan inflasi bahkan diperkirakan bisa naik di atas 4 persen hingga akhir tahun.

"Memang ada kenaikan inflasi sedikit lebih tinggi dari 4 persen. Namun bisa ditangani, kenapa, karna adanya bantuan dari pemerintah, kemudian peran TPID, dan kebijakan moneter," katanya.

Lebih lanjut, Perry menambahkan, perekonomian Indonesia semakin kuat karena pemerintah terus mendorong pemerataan vaksinasi di seluruh daerah. Dia juga mengingatkan, seluruh masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Ekonomi kita tumbuh, vaksinasi terus dilakukan, mari kita tingkatkan prokes. Sehingga Alhamdulillah ekonomi kita terus membaik. Harga-harga memang naik, namun komitmen pemerintah sangat tinggi menjaga stabilitas harga," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ngeri, 3 Faktor yang Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, negara-negara di seluruh dunia tengah menghadapi triple challenges alias tiga tantangan sekaligus. Ia pun menjelaskan tantangan tersebut adalah inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan pelemahan ekonomi.

"Ini akan mempengaruhi environment ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Harus kita waspadai," ujar Sri Mulyani, dalam APBN KITA di Jakarta, Senin (23/5/2022).

Harga komoditas dunia melonjak tajam tahun ini akibat perang Rusia dengan Ukraina. Ini menyebabkan inflasi melambung sehingga mencatat rekor baru dan suku bunga bergerak naik. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi sangat mungkin melambat.

Harga berbagai komoditas dunia naik yaitu gas alam naik 125,8 persen secara year-to-date (ytd), batu bara 166,1 persen, minyak brent 45,7 persen, minyak sawit mentah (CPO) 20,9 persen, gandum 55,6 persen, jagung 31,5 persen, kedelai 28,1 persen, dan biji-bijian 15,5 persen.

Sri Mulyani mengatakan, harga komoditas akan mempengaruhi harga bahan baku di tingkat industri. Saat harga bahan baku makin mahal, harga jual ke konsumen akan ikut naik yang berakibat pada kenaikan inflasi di berbagai negara.

"Brasil 12,1 persen, Amerika Serikat 8,5 persen, dan Inggris 9 persen. Ini inflasi tertinggi 40 tahun di negara-negara advanced. Kemudian Afrika Selatan 5,9 persen dan Australia 7,7 persen," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Suku Bunga Acuan

Dalam merespon inflasi, bank sentral di berbagai negara sudah menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut dilakukan untuk meredam jumlah uang beredar dan menjangkar ekspektasi inflasi.

"Tingkat suku bunga, kemungkinan akan naik kalau inflasi tak terkendali. Di AS sudah diumumkan, di Eropa masih 0 persen tetapi dengan inflasi 7,4 persen mulai ada tanda-tanda adjustment suku bunga," sebut Sri Mulyani.

Saat suku bunga makin tinggi, maka biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi lebih mahal. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi sangat mungkin melambat. "Jadi inflasi tinggi diikuti suku bunga tinggi dan kemudian berdampak pada perlambatan ekonomi," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.