Sukses

Pemulihan Ekonomi China Bakal Lamban Karena Covid-19

Eekonom memprediksi ekonomi China tidak akan pulih dengan cepat dari wabah terbaru Covid-19. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom memprediksi ekonomi China tidak akan pulih dengan cepat dari wabah terbaru Covid-19. Para ekonomi ini memprediksi pemulihan ekonomi di China bakal berlangsung lamban. 

“Untuk China, cerita utama di sini adalah kita telah melihat cahaya di ujung terowongan. Dislokasi rantai pasokan terburuk di China dari penguncian Covid tampaknya akan berakhir," ujar Robin Xing, kepala ekonom China Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International, Selasa (24/5/2022).

"Tapi kami juga berpikir jalan menuju pemulihan kemungkinan akan lambat dan bergelombang," kata Xing.

Selama akhir pekan, distrik pusat kota Shanghai kembali melarang warga meninggalkan kompleks apartemen mereka untuk melakukan tes Covid-19 massal.

Lebih banyak wilayah di ibu kota Beijing juga meminta warga bekerja dari rumah ketika jumlah kasus harian lokal meningkat - mencapai 83 kasus pada Minggu (22/5/2022) - tertinggi untuk wabah terbaru di kota itu.

Ketika pandemi Covid-19 pertama kali melanda China pada tahun 2020, negara itu sempat bangkit dari kontraksi kuartal pertama menjadi tumbuh pada kuartal kedua.

Tahun ini, China menghadapi varian Covid-19 yang jauh lebih menular, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah secara keseluruhan, dan lebih sedikit stimulus pemerintah.

Namun sekitar seminggu lalu, Shanghai mengumumkan rencana untuk keluar dari lockdown — dan dibuka kembali sepenuhnya pada pertengahan bulan Juni 2022.

“Banyak wilayah dan kota telah memperketat pembatasan pada tanda pertama kasus lokal," terang Meng Lei, ahli strategi ekuitas China di UBS Securities, dalam sebuah catatan pekan lalu.

"Studi kasus kami di Shanghai, Jilin, Xi'an, dan Beijing menunjukkan gangguan logistik dan rantai pasokan adalah titik nyeri terbesar yang memengaruhi dimulainya kembali produksi," ungkapnya. 

"Oleh karena itu, dimulainya kembali pekerjaan kemungkinan akan dilakukan secara bertahap daripada terjadi dalam semalam," lanjut dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wabah Terbaru Covid-19 Memperlambat New Normal di Sektor Bisnis China

Kepala ekonom di Hang Seng Bank China yang berbasis di Shanghai, yakni Dan Wang, mengatakan bahwa dampak paling signifikan dari naiknya kasus Covid-19 adalah bahwa hal itu mengganggu waktu pembuatan kebijakan normal.

Dia mengatakan gelombang kasus Covid-19 dan penguncian terbaru di China benar-benar baru dimulai setelah pemerintah pusat merilis rencana ekonomi tahunannya pada pertemuan parlemen "Dua Sesi" pada bulan Maret.

Dengan ekonomi China yang sangat terkelola, pertemuan tahunan ini merupakan bagian penting dari siklus pengembangan dan penerapan kebijakan nasional — lintas departemen dan wilayah negara itu.

"Gangguan rantai pasokan dan konsumsi yang lesu dapat dikelola, tetapi begitu jadwal kebijakan terganggu, sulit untuk mengembalikannya ke jalur aslinya dengan cepat,” kata Wang.

Ada begitu banyak target ekonomi yang berbeda sehingga “banyak kompromi harus dibuat antara berbagai departemen [pemerintah]," katanya.

"Hal itu telah membuat proses kebijakan sangat lambat dan tertinggal," tambah Wang.

3 dari 3 halaman

Masih Ada Harapan

Namun, ada juga kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi di China bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.

“Intinya adalah, pengalaman dari dua tahun terakhir menunjukkan bahwa resesi yang disebabkan oleh Covid-19 cenderung berakhir dengan cepat, terutama dengan respons kebijakan yang cepat dan kuat," kata Larry Hu, kepala ekonom China di Macquarie, dalam sebuah catatan pekan lalu.

Hal ini diperkuat dengan sebagian besar wilayah di China, di mana sebagian pekerjaan tetap berjalan, meskipun ada persyaratan tes Covid-19.

Sekitar 80 persen manufaktur di China sudah kembali normal. Meskipun kota besar Shenzhen menutup hampir semua bisnis selama sekitar sepekan di bulan Maret, kata Klaus Zenkel, ketua cabang Kamar Dagang Uni Eropa di China, kepada CNBC.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.